ABSTRAK
Drama ini mendeskripsikan sebuah cerita tentang sebuah keluarga yang harmonis, drama dengan tema "Lagu Cinta Jeung Sajabana" ini menarik pembaca untuk ingin terus mengetahui mengenai kehidupan keluarga sepasang kekasih Kakek dan Nenek.
Drama karya Nazarudin Azhar ini menjelaskan sebuah kehidupan sepasang kekasih Kakek dan Nenek yang selalu telihat harmonis dan di penuhi cinta dan kasih sayang setiap harinya, siapa sangka bahwa kehidupan yang di alami sepasang kekasih ini sangatlah tidak mudah kehidupan bertahun-bertahun tanpa di karuniai seorang anak membuat kehidupannya terasa hampa dan sepi, hari-hari yang di lalui hanya berjalan tidak ada yang berubah tetap tersa sepi yang selalu mereka rasakan berdua belum lagi dengan cerita masalalu keduanya yang membuat Kakek dan Nenek ini selelu bertengkar setiap membahsanya.
Alur dalam cerita drama ini sangat membuat penasaran pembaca karena karakter yang di mainkan setiap pemeran sangat unik dan lucu sehingga pembaca merasa terhirbur walaupun sebenarnya cerita ini sangat menyayat hati.
PENDAHULUAN
Drama sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu draomai yang berarti berbuat, bertindak, dan sebagainya. Kata drama dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau tindakan. Secara umum, pengertian drama merupakan suatu karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dan dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dapat dikenal dengan istilah teater. Drama juga dapat dikatakan sebagai cerita yang diperagakan di panggung dan berdasarkan sebuah naskah.
Pada umumnya, drama memiliki 2 arti, yaitu drama dalam arti luas serta drama dalam arti sempit. Pengertian drama dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan atau pertunjukkan yang mengandung cerita yang ditontonkan atau dipertunjukkan di depan khalayak umum. Sedangkan pengertian drama dalam arti sempit ialah sebuah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan di atas panggung.
Drama merupakan karangan yang menggambarkan suatu kehidupan serta watak manusia dalam berperilaku yang dipentaskan dalam beberapa babak.
Sejarah Drama
Drama sudah menjadi tontonan sejak zaman dahulu. Nenek moyang kita sudah pernah memainkan drama sejak ribuan tahun yang lalu. Terdapat sebuah bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan yang mengungkapkan bahwa drama sudah ada pada abad kelima SM. Hal ini didasarkan pada temuan naskah drama kuno di Yunani. Penulisnya yaitu Aeschylus yang hidup antara tahun 525-456 SM. Isi ceritanya berupa persembahan kepada dewa-dewa.
Di Indonesia, sejarah lahirnya drama ini juga tidak jauh berbeda dengan kelahiran drama di Yunani. Drama di Indonesia juga diawali dengan upacara keagamaan yang diselenggarakan pada zaman dahulu oleh para pemuka agama.
Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dari dasar yang digunakannya. Dalam bentuk pembagian jenis drama, biasanya digunakan 3 dasar, yaitu : berdasarkan penyajian kisah drama, berdasarkan sarana, serta berdasarkan keberadaan naskah drama tersebut. Berdasarkan penyajian kisah, drama dapat dibedakan menjadi 8 jenis, antara lain:
Tragedi: drama yang bercerita tentang kesedihan.
Komedi: drama yang bercerita tentang komedi yang penuh dengan kelucuan.
Tragekomedi: perpaduan antara kisah drama tragedi dan komedi.
Opera: drama yang dialognya dengan cara dinyanyikan dan diiringi musik.
Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dan dengan diiringi musik.
Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya drama tersebut dagelan.
Tablo: jenis drama yang lebih mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan suatu dialog, namun dengan melakukan berbagai gerakan.
Sendratari: gabungan antara seni drama serta seni tari.
Berdasarkan dari sarana pementasannya, pembagian jenis drama antara lain:
Drama Panggung: drama yang sepenuhnya dimainkan dipanggung.
Drama Radio: drama radio tidak seperti biasanya. Drama ini tidak dapat dilihat, tepai hanya dapat didengerkan oleh penikmatnya saja dengan melalui radio.
Drama Televisi: hampir sama dengan drama panggung, namun drama televisi tidak dapat diraba.
Drama Film: drama film menggunakan media layar lebar serta biasanya dipertunjukkan di bioskop.
Drama Wayang: drama yang diiringi dengan pagelaran wayang.
Drama Boneka: para tokoh drama tidak dimainkan oleh aktor manusia sungguhan, tetapi digambarkan dengan boneka yang dimainkan beberapa orang.
Jenis drama berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis drama berdasarkan ada tidaknya naskah drama antara lain :
Drama Tradisional: yaitu drama yang tidak menggunakan naskah.
Drama Modern: yaitu drama yang menggunakan naskah.
Unsur-Unsur Drama
Berikut unsur-unsur drama :
Tema merupakan ide pokok atau sebuah gagasan utama dalam cerita drama.
Alur yaitu jalan cerita dari pertunjukkan drama dimulai pada babak pertama sampai babak terakhir.
Tokoh drama terdiri atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama disebut juga dengan primadona sedangkan peran pembantu disebut dengan figuran.
Watak merupakan perilaku yang diperankan oleh si tokoh drama tersebut. Watak protagonis adalah salah satu jenis watak dan protagonis adalah berwatak baik. Sedangkan watak antagonis merupakan watak yang jahat.
Latar adalah gambaran tempat, waktu, serta situasi yang terjadi dalam kisah drama yang berlangsung.
Amanat drama merupakan pesan yang disampaikan dari pengarang cerita drama tersebut kepada penonton. Amanat drama dapat disampaikan dengan melalui peran para tokoh drama tersebut.
Ciri-Ciri Teks Drama
- Seluruh cerita drama berbentuk dialog, baik tokoh dan juga narator. Inilah ciri utama dalam naskah dialog, semua ucapan ditulis dalam bentuk teks.
- Dialog dalam drama tidak menggunakan tanda petik ("..."). Hal ini karena dialog drama bukan sebuah kalimat langsung. Oleh karena itu, naskah drama sendiri tidak menggunakan tanda petik.
- Naskah drama sendiri dilengkapi dengan sebuah petunjuk tertentu yang harus dilakukan pada tokoh yang pemeran bersangkutan. Petunjuk tersebut ditulis dalam tanda kurung atau dapa juga dengan menggunakan jenis huruf yang berbeda dengan huruf pada dialog.
PEMBAHASAN
ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA DRAMA
 Â
1. Unsur Intrinsik
1. Tema               : Kisah Cinta
2. Tokoh/Penokohan     : 1. Lelaki Tua  (Lucu dan pencemburu)
"Gustii....terus yang ada dipikiran mamaih siapa? Kalau mamih sedang berdendang di dapur, di kamar mandi, di halaman rumah, di mana-mana?
"Spontan? Weeks...menyanyikan lagu yang sudah sepuluh tahun spontan? Untukmu kuserahkan bungaku, oh kekasihku, dirimu selalu...lagu murahan" LC : 05
2. Wanita Tua  (Pencemburu)
"Mamih tahu apa yang di pikirkan papih kalau papih sedang mendengrakan lagu cianjur yang itu"
"Mungkin papih masih bernostalgia, mengenag masalalu sama si dia"
"Nambah koleksi? Tapi yang di beli cuma Euis komariah , gk ada bosennya apa. Siang, malam, pagi, sore yang diputer itu saja.. seperti tak punya kaset lain saja". LC : 04
 3. Kardiman (Peran Pembantu)
 4. Pak Rt (Peran Pembantu)
 5. Pak Ustadz (Pemeran pembantu)
 6. Euis Komariah (Pemeran Pembantu)
3. Alur                : Campuran
Karena di tengah-tengah cerita terjadi perdebatan yang sudah sepuluh tahun lamanya di bahas kembali.
4. Setting/Latar Tempat   : Ruangan keluarga, ada meja, kursi dan beberapa hiasan    ruangan lainya .      Â
5. Sudut Pandang       : Orang pertama serba tahu
6. Amanat             : Jangan mudah berpikir negatif terhadap orang lain.
2. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Sosial  : Terhadap orang lain sebaiknya jangan mudah berpikran yang  tidak-tidak sebelum melihat apa kebenaran yang terjadi, karena jika semua terjadi maka akan menjadi fitnah bagi orang tersebut.
Jika dirimu mencintai dan menyayangi seseorang maka kamu harus bisa memberikan sebuah kepercayaan terdapnya namun jika sebaliknya jika yang  kamu berikan hanyalah rasa curiga maka yang dia lakukan terhadap mu tidak sesuai dengan yang kamu harapakan sebelumya.
KESIMPULAN
inopsis dari cerita tersebut iyalah ini menjelaskan sebuah kehidupan sepasang kekasih Kakek dan Nenek yang selalu telihat harmonis dan di penuhi cinta dan kasih sayang setiap harinya, siapa sangka bahwa kehidupan yang di alami sepasang kekasih ini sangatlah tidak mudah kehidupan bertahun-bertahun tanpa di karuniai seorang anak membuat kehidupannya terasa hampa dan sepi, hari-hari yang di lalui hanya berjalan tidak ada yang berubah tetap terasa sepi yang selalu mereka rasakan berdua belum lagi dengan cerita masalalu keduanya yang membuat Kakek dan Nenek ini selelu bertengkar setiap membahasnya, akan tetapi kisah cinta keduanya selalu melekat di hati mereka berdua meskipun selalu bertengkar tetapi mereka selalu kembali membaik dan membuat hubungan keduanya seperti anak muda yang sedang jatuh cinta.
Keharmonisan yang di berikan si Kakek kepada sang Nenek membuat hubungan keluarga yang mereka jalani terasa ramai dan tidak merasakan sebuah kesepian lagi hingga saat ini mereka selalu bersama selamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H