Jika kita diperintah untuk memaparkan apa itu Indonesia? Pasti yang terpikir pertama adalah negeri yang memiliki kekayaan alam berlimpah. Dari mulai pertambangan, pertanian, peternakan, hingga kekayaan flora-faunanya.
Namun, dibalik sketsa indah tersebut masih banyak permasalahan yang menjadi PR pemerintah Indonesia. Salah satunya yang menjadi sorotan mata masyarakat yang peka dan sadar akan itu adalah permasalahan kesenjangan sosial.
Pemerintah Indonesia sebenarnya sangatlah ingin kinerjanya sukses, cita-cita untuk memajukan dan menyejahterakan warganya berhasil. Seperti pada cita-cita Indonesia yang sudah terangkum dalam Pancasila, yang mana salah satunya ada pada sila kelima yang mengatakan, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."Â
Namun, peran pemerintah pusat tidak akan bisa maksimal jika pemerintah daerahnya tidak ikut andil di dalamnya, tapi dengan satu perhatian bahwa keandilannya tidak hanya di pusat dan sekitarnya saja yang terjangkau, semua harus merata dan didata sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan.
Salah satu contoh nyatanya yang hingga sekarang masih jalan di tempat adalah desa Cisadon yang terletak di Kp. Cisadon, Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat. Jika dilihat dari letak geografis tempat tersebut, walaupun desa Cisadon adalah desa yang terletak di antara bukit, tapi ia terletak tidak jauh dari pusat pemerintah Indonesia, yaitu Ibukota DKI Jakarta.
Pada Sabtu (02/02), Komunitas GEBUK (Gerakan Baca Buku) yang mana adalah sebuah komunitas yang bergerak dibidang sosial, terutama literasi dengan pusat kumpul di Taman Stadion Mini Tambelang, Bekasi. Melakukan kunjungan ke kampung Cisadon dan menjadi mediator penyebar aksi gemar membaca bagi anak-anak dan sekitarnya. Bukan hanya itu, mereka juga menjadi motivator sekaligus obat bagi anak-anak yang jauh dari sentuhan pendidikan.
Salah satu aktivis GEBUK, Desi Rahmatullah menyampaikan, "Di sana tidak ada sekolah, Cuma ada rumah belajar yang didirikan oleh para relawan. Itupun sudah satu bulan vakum karena sudah tidak ada lagi relawan yang datang," jelasnya melalui pesan singkat.
Dia menjelaskan pula bahwa ketersediaan listrik begitu memprihatinkan. Pasalnya di desa Cisadon masih menggunakan turbin pembangkit listrik untuk memasok ketersediaan listrik bagi warganya. Itupun dengan memanfaatkan arus air yang letaknya tidak jauh dari desa tersebut, yang mana ketika kondisi airnya surut maka mereka terpaksa akan menikmati waktu malamnya dengan suasana gelap.
Ada salah satu anak yang menulis surat untuk para aktivis GEBUK. Isinya mengatakan, "Aku harap kalian jangan menyerah ya untuk mengajari kami dan kami senang belajar sama kalian. Kakak-kakak jangan kapok ya, kami tungu kedatangan kalian di sini. Terima kasih ya."
Siapapun akan terenyuh membacanya. Sebuah keinginan besar untuk belajar, tapi dengan fasilitas yang serba kurang. Adapun sekolah begitu jauh dari tempat mereka, kaki-kaki kecil itu perlu melewati jalur terjal.Â
Hal ini disebabkan oleh jalan yang masih berupa tanah dengan bebatuan. Ketika hujan kondisi tersebut akan semakin parah dan sulit untuk dilewati. Itulah salah satu faktor yang menjadikan waktu tempuh menuju lokasi desa semakin lama.
Meskipun dari segi perkebunan, desa Cisadon mempunyai kontur tanah yang begitu potensial dengan letaknya yang berada di ketinggian. Hanya saja dengan infrastruktur yang seadanya, itu menjadi penghambat untuk kemajuan perekonomian mereka, yang mana efeknya bukan hanya pada sandang dan pangan saja. Namun, pada pendidikan para penerusnya juga.
Para aktivis GEBUK juga berharap pemerintah segera menindak lanjuti permasalahan desa Cisadon dengan membawa solusi. Bukan hanya desa Cisadon saja, tetapi untuk seluruh desa di wilayah Indonesia yang masih tertinggal. Mereka juga berharap dan memberikan saran untuk pemerintah daerah agar melihat keseluruhan dan berkordinasi dengan pusat. "Jadi bukan hanya yang terlihat saja, tapi hingga keplosok juga," ungkapnya.
Ini yang perlu pemerintah garis bawahi, sebuah permasalahan yang perlu penanganan serius dan PR Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka untuk mencapai salah satu tujuannya pada sila kelima dalam Pancasila, serta merealisasikan isi dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang membahas tentang memajuan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa di Indonesia.Â
Maka perlu pemerataan pembangunan, agar fasilitas dapat dirasakan juga oleh masyarakat yang letak tempat tinggalnya jauh dari pusat daerahnya. Sehingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi ada dan nyata bukan hanya sebuah tulisan yang terpampang pada lambang garuda yang terpasang pada sekolah-sekolah, kelurahan, serta kantor-kantor pemerintah daerah dan pemerintah pusat saja.
Tanggal 17 April 2019 mendatang Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi 5 tahunan, yang akan memilih para anggota dewan legislatif dan memilih presiden serta wakilnya. Semoga ini bisa menjadi pelajaran dan menjadi bahan pembenahan untuk pemerintah periode yang akan datang.
Salam literasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H