Namun, desa Sukagalih tak lagi terlihat. Ia berdiri di atas padang rumput yang tak ia kenal, dan tak ada seorang pun di sekitarnya. Jaka merasa senang karena akhirnya ia menemukan langit, tapi hatinya juga merasa hampa.
Saat ia berjalan menyusuri padang rumput, ia mendengar suara yang familiar. Itu adalah suara ibunya. Ia menoleh ke arah suara itu, tapi tak ada siapa-siapa. Hanya angin yang berhembus lembut.
Jaka menyadari sesuatu. Langit memang indah, tapi ia telah kehilangan sesuatu yang lebih penting: keluarganya, desanya, dan orang-orang yang mencintainya. Langit adalah kebebasan, tapi ia juga kesepian.
Ia duduk di bawah pohon besar, menatap langit biru yang selama ini ia cari.
"Apakah ini sepadan?" bisiknya pada dirinya sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H