Mohon tunggu...
Nimas Matuhatul Firdausa
Nimas Matuhatul Firdausa Mohon Tunggu... -

aku bukanlah sorang yang pandai berkata. bukanlah orang yang pandai menulskan kata-kata indah diatas sebuah kertas adaupun menghentakkan jemari diatas keyboard. yang aku tahu aku ingin semua mengenalku karena tulisanku... salam kenal.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ilusi Sang Gadis

16 Juni 2013   17:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:56 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Butiran dari langit sama sekali tak membuat dia terhenti. Kini matanya tajam sibuk mencari sesuatu, bibirnya biru tampak bergerak tanpa dikomando. Diajalan yang licin itu tak henti-hentinya dia berlari dengan membawa sehelai daun pisang sebagai payungnya. Entah apa gunanya dia membawa daun pisang itu. Sama sekali badannya yang kurus menyusuri jalanan kecil itu tak tertolong oleh daun pisang yang dibawanya.

“kau disini? Akhirnya aku menemukanmu” katanya sambil meringis menampakkan giginya yang hitam dimakan permen.

Segera dia timang kucing warna putih yang basah kuyup, lalu dia masukkan kedalm tas lusuhnya. Sangat hati-hati dia berjalan kali ini. Dilihatnya kucing yang ada ditasnya berharap dia tidak akan kebasahan.

“dimana kau temukan dia?”wajah manis berambut pirang gelombang menyapa sang bocah kurus dari arah jendela kamarnya

“dia tersesat daiantara dua pohon” jawabnya sambil menulurkan kucing itu pada sang gadis

“ kau harus mampir dulu. Bunda sudah sipkan makanan utuk kita. Kau juga basah kuyup. Kau akan sakit” seru sang gadis meyakinkan sahabatnya itu untuh istirahat sejenak

“tak usah. Emak pasti sangat khawatir karena aku sore gini belom pulang. Aku pulang dulu ya put” jawabnya melambaikan tagnnya tanpa harap balas kata dari sang gadis.

Sang gadis hanya senyum kecil menatap kepergian sang kawan dari pandangannya.

“kau tahu si Irfan. Anaknya teh Asri mati. Dia meninggal dihutan kemaren siang. Kabarnya dia tersesat” kata sang bunda

“nggak mungkin bunda, dia datang kemaren sore dai antarkan pussy kemari.” Jawab sang gadis dengan gusar.

“kamu jangan mengada-ada put. Dia sudah meninggal” kata bunda mempertegas suaranya.

“lalu siapa yang kemarin antarkan pusy?”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun