Gempol, Pasuruan - TK Bangkit di Gempol, Pasuruan, menjadi salah satu sekolah pendidikan anak usia dini yang mengeksplorasi perbedaan pendidikan di desa dan kota.
Terletak di perbatasan antara kecamatan Gempol dan Ngoro, sekolah ini menghadapi tantangan dalam menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan karakteristik masyarakat setempat.
Dalam pendidikan di desa dan kota, lingkungan belajar dapat menjadi faktor penting dalam pengembangan potensi peserta didik. Kepala Sekolah TK Bangkit, Ibu Tri, mengatakan bahwa sekolah ini mencoba untuk memanfaatkan karakteristik lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik.
"Kami memiliki anak-anak dengan latar belakang bahasa sehari-hari yang beragam, seperti bahasa Jawa dan Madura. Kami mencoba memanfaatkan karakteristik bahasa ini sebagai sarana pembelajaran, misalnya dengan memperkenalkan kosakata baru dalam bahasa sehari-hari yang mereka gunakan," ujarnya.
Selain itu, kebanyakan masyarakat di sekitar sekolah adalah muslim. Oleh karena itu, TK Bangkit juga menekankan pendidikan agama yang kuat dalam program pembelajarannya.
"Kami mengajarkan nilai-nilai agama Islam dan membantu anak-anak memahami arti pentingnya dalam kehidupan mereka sehari-hari," tambah Ibu Tri.
Pendidikan di desa dan kota memiliki tantangan dan keunikan masing-masing. Di TK Bangkit, sekolah ini menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak di daerah perbatasan, sementara juga mengeksplorasi lingkungan belajar yang beragam.
Namun, dengan memanfaatkan karakteristik bahasa dan budaya setempat, serta mengintegrasikan pendidikan agama, TK Bangkit berhasil menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan beragam.
TK ini memiliki karakteristik yang sangat unik, dengan 30 peserta didik berusia 4-6 tahun yang terbagi ke dalam kelas A dan B. TK ini juga memiliki kepala TK dan empat guru, dengan dua guru lulusan sarjana pendidikan dan dua guru lulusan SMA.
Kepala sekolah juga bertindak sebagai operator sekolah dan tenaga administrasi. Kebersihan sekolah di TK Bangkit Gempol dikerjakan bersama-sama oleh para guru dan murid, karena sekolah ini tidak memiliki tenaga kebersihan sendiri.