Desa Mundusewu memiliki berbagai macam sektor peternakan, antara lain sapi perah, lele, dan bebek. Komoditas ternak bebek menjadi terbesar dengan jumlah 6 peternak dengan rata-rata jumlah bebek 150/orang. Hal ini memicu adanya peluang usaha berupa telur asin. Namun komoditas telur asin biasa belum mampu mempunyai prospek yang bagus dan memikat minat pembeli. Dengan latar belakang ini tim KKN UM memunculkan ide terbaru mengenai produk telur asin tersebut dengan menambahkan rasa pedas.Â
Pembuatan produk telur asin sebelumnya telah didiskusikan bersama pelaku usaha telur asin biasa guna kelancaran program kerja. Langkah pertama penyiapan alat dan bahan berupa telur bebek, batu bata, garam, bawang, cabe rawit, cabe merah, dan air. Tahap kedua terdapat 2 metode untuk meresapkan rasa pedas kedalam telur yaitu menggunakan adonan perasa batu bata yang dihaluskan atau media direndam adonan cair. Untuk metode pertama, batu bata ditumbuk san dihaluskan kemudian dicampur dengan garam, cabe rawit, cabe merah, bawang, dan air secukupnya. Kemudian adonan perasa dilapiskan pada telur bebek.
Untuk metode kedua air bersih dicampurkan dengan cabe rawit, cabe merah, garam dan bawang yang telah dihaluskan. Pada metode ini telur bebek direndam pada adonan cair tanpa menggunakan batu bata. Untuk penggunaan metode batu bata telur disimpan selama 7 hari, sedangkan untuk metode adonan cair telur direndam selama 10 hari.
Setelah proses peresapan rasa pada masing-masing metode tercapai, dilakukan proses pembongkaran dan perebusan pada telur bebek. Hasil yang diperoleh dengan metode batu bata lebih efektif dalam proses penyerapan rasa telur asin pedas dibandingkan dengan metode adonan cair. Rasa pedas yang meresap dapat diatur sesuai dengan jumlah cabe rawit dan cabe merah pada adonan baik metode batu bata dan adonan cair.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H