Mohon tunggu...
Nimas Aksan
Nimas Aksan Mohon Tunggu... -

Saya seneng menulis pemberitaan, fiksi dan feature, dalam bentuk apapun...audio, visual, maupun tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bulan Madu di Pulau Tidung

16 Maret 2011   09:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:44 1831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1300266037353059638

Naek banana boat ternyata pengalaman yang supeeerrr sensasional! Seperti naik motor yang melaju diatas permukaan air laut. Pilotnya membawa kami ke tengah lautan dengan kecepatan yang makin kencang. Walaupun dia sudah diwanti-wanti agar tidak menceburkan kami karena kami semua tidak pandai berenang, si Pilot masih dengan nekatnya malah mempercepat laju banana boat dan menggulingkan kami tepat ditengah-tengah laut yang dalam. Jebyyuuurrr....Blepppp!!!

Yang kurasakan hanya air, kepungan air laut, dan rasa asin yang luar biasa tertelan mulut. Ketika rasa kagetku pulih aku merasa heran karena aku tidak tenggelam, tentu karena memakai life jacket yang berfungsi. Aku segera mencari tangan suamiku. Sebagai satu-satunya penumpang pria, sekaligus satu-satunya yang bisa berenang, diapun membantu keempat penumpang cewek ini naik kembali ke atas banana boat, tentu dengan bantuan si pemandu yang terus saja cengengesan melihat kepanikan kami. Aku yang terakhir dinaikkan. Badan kami basah kuyup dan kami semua dilanda shock yang luar biasa. Sesaat tadi aku mengira akan tenggelam, dan ketika kembali eksis di atas boat, yang kurasakan hanya kebebasan. Hoooaaahhh....Sensasional, dan benar-benar menegangkan!! Anehnya, aku bukannya takut dan trauma, malah tertawa-tawa sesudahnya sambil terus melaju di atas permukaan laut dengan jiwa yang lepas luar biasa....

Pelajaran yang kupetik dari banana boat adalah, jangan ngaku gak bisa berenang pada si pilot dan pemandu, karena nantinya kita justru akan diberikan shock teraphy berupa hadiah setimpal : Digulingkan tepat ditengah lautan yang dalam...(kalau yang lain aku lihat rata-rata dijeburinnya di pinggir pantai, dasar curang!). Tapi shock teraphy seperti itu memang manjur untuk kita-kita yang takut air.

Sejak kejadian Banana Boat itu, liburan terasa jauh lebih menggairahkan.

Tapi itu belum seberapa dibanding keesokan harinya, ketika dihadapkan pada jadwal snorkeling. Pukul delapan pagi kami sudah berkumpul di dermaga untuk bersama-sama menuju Pulau Payung, tempat dimana akan kami temukan habitat terumbu karang yang sangat indah. Kami semua naik perahu boat selama kurang lebih setengah jam perjalanan dari dermaga Pulau Tidung menuju pantai Pulau Payung. Perahu berhenti sekira beberapa ratus meter dari pantai Pulau Payung. Seluruh peserta bersiap-siap mengenakan peralatan snorkeling dan terjun ke laut. Semula, aku hanya memotret teman-teman, termasuk suamiku yang sedang ber-snorkeling-ria dengan gembira. Tapi lama kelamaan, aku tidak tahan berlama-lama di atas perahu tanpa melakukan apapun kecuali memotret. Aku juga iri mendengar teriakan-teriakan kagum teman-teman yang berhasil melihat keindahan terumbu karang. Akhirnya kuputuskan segera mengenakan perlengkapan snorkelingku dan melambai-lambai memanggil suamiku yang berenang agak jauh dari perahu.

Aku telah bertanya pada si pemandu tentang kedalaman air laut,d an dia jawab sekitar dua meteran lebih (aku yakin lebih). Tapi aku pasrah. Siapapun yang sehari sebelumnya pernah mengalami diceburkan ditengah-tengah laut yang dalam, pasti akan berani menceburkan diri sekali lagi demi melihat keindahan terumbu karang.

Itulah yang kulakukan. Dengan sang suami menunggu di bawah, aku nekat menceburkan diriku ke kedalaman laut. Dan aku pasti menyesal kalau melewatkan kesempatan seperti ini. Baru kali ini aku tahu, laut Jawa memiliki keindahan terumbu karang yang juga tak kalah dengan Bunaken. Beberapa meter lagi berenang lebih ke tengah, laut semakin dangkal. Jika tidak hati-hati, terumbu karang bisa menggores-gores kaki. Ajaibnya, orang yang tidak bisa berenang seperti akupun bisa menikmati wisata seperti surga ini. Tentu saja dengan peralatan yang lengkap, meski masih belum bisa menyesuaikan diri dengan sistem pernafasan melalui mulut. Terumbu karang yang beraneka bentuk dan keindahannya, bintang-bintang laut dan ikan-ikan hias yang berseliweran berhasil aku rekam dalam memoriku. Seorang teman bahkan mengabadikannya melalui kamera kedap air. Dengan didampingi suamiku yang setia tidak jauh-jauh dariku, tak ada alasan untuk takut. Kami bahkan tertawa-tawa menikmati keindahan laut berdua, membuat iri peserta yang lain.

Pengalaman di Pulau Tidung memang tak terlupakan. Meski sudah menjadi salah satu tujuan wisata, pulau ini belum juga mencirikan sebagai pulau para wisatawan. Masyarakat sepertinya belum siap menjadikan pulau ini kawasan tujuan wisata. Tidak seperti di Pulau Bidadari misalnya, jangan harap menemukan cottage yang indah dan mahal di pulau ini. Jika ingin menginap, pakailah sistem homestay di rumah penduduk. Penduduknya menyewakan rumah-rumah mereka, sementara mereka sendiri rela berdesak-desakan di rumah salah satu famili yang tidak disewaan. Satu rumah biasa disewakan seharga tiga ratus hingga lima ratus ribu rupiah (dua hari satu malam) tergantung keadaan dan fasilitas rumah tersebut. Beberapa penginapan juga tersedia dengan tarif sekitar seratus lima puluh ribu hingga dua ratus ribu semalam, yang bisa dihuni lebih dari dua orang tanpa batas.

Tapi jangan tanya oleh-oleh ya,karena sekali lagi masyarakat disini belum sadar wisata banget. Toko oleh-oleh bisa dihitung dengan jari dari sebelah tangan. Makanan khas nyaris tidak ada, hanya ada satu pengrajin keripik sukun (memang banyak pohon sukun di Tidung). Sisanya, ada pengrajin souvenir kerang dan bintang laut, serta penjual baju batik. Aku sendiri harus berebut baju batik dengan pengunjung lain di sebuah warung kecil untuk bisa membawa pulang oleh-oleh yang dipesan. Diluar itu semua, Pulau Tidung hanya seperti kampung biasa. Ramainya wisatawan juga tidak setiap hari seperti di Bali misalnya. Menurut penduduk sekitar yang sempat aku wawancara (gatel juga ngorek-ngorek info), pulau ini hanya ramai dikunjungi jika liburan panjang atau long week end. Kalau libur week end biasa, tidak terlalu ramai. Jika musim long week end atau liburan sekolah, panitia penyelenggara wisata di Pulau tersebut akan menggelar pesta barbeque (bakar ikan) untuk seluruh pengunjung yang hadir. Seperti pada malam Minggu dimana kami bermalam, pesta barbeque pinggir pantai yang cukup meriah menambah semarak dan kebersamaan diantara pengunjung yang datang dari segala penjuru.

Ternyata, menyenangkan juga berlibur di Pulau Tidung. Semua ketakutanku karena keterbatasan kemampuanku tidaklah beralasan lagi. Aku tetap bisa menikmati keindahan pulau yang masih ‘perawan’ itu. Walaupun aku tetap bertekad, kalau nanti balik lagi harus sudah bisa naik sepeda :P.

Ketika berdiri di anjungan bersama suamiku, melaju di atas kapal boat yang mengantar kami kembali ke Muara Angke, aku mengingat jelas moment-moment indah yang kami lalui bersama di Pulau Tidung. Tidak salah jika peserta lain meledek kemesraan kami. Dari bersepeda berdua, perlindungan yang kudapat dari dia saat naik banana boat, romantisme malam hari di tepi pantai saat barbeque, dan berenang berdua menyaksikan terumbu karang, belum lagi berjalan-jalan berdua menyusuri jembatan cinta, menuju pulau tidung kecil, dan menikmati sunset serta sunrise... Tak berlebihan rasanya jika aku rekomendasikan pulau ini untuk mereka yang ingin berbulan madu. Tantangan-tantangannya sungguh akan menambah keakraban dan kemesraan. Ssst, apalagi buat cewek yang tidak bisa naik sepeda dan berenang, ada alasan untuk minta dibonceng dan digandeng-gandeng saat snorkeling bersama. Hihii J

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun