Air Terjun Sunggah ( Dokomentasi Pribadi)
Ketika mendapat undangan resepsi pernikahan yang berlokasi di Kecamatan Ngrayun Ponorogo, saya dan rombongan menyusun agenda "lain" untuk dilaksanakan setelah acara kondangan. Mumpung berada di daerah pegunungan,  sekalian saja mampir ke tempat wisata. Acara silaturahim  harus dilanjut travelling, begitu tekat kami.
Dan pilihan kami jatuh kepada lokasi air terjun Sunggah. Sebuah lokasi wisata baru yang mulai naik daun. Kebetulan tempat resepsi dan air terjun Sunggah berada di desa yang sama. Tetapi jangan tanya bagaimana medannya ya?  Khas daerah pegunungan. Tanjakan dan turunan sepanjang perjalanan. Kami harus memilih driver  khusus untuk perjalanan  ini. Karena katanya, hanya mereka yang sudah mengenal dan paham lokasi lah yang mampu membawa penumpang sehat, selamat sampai tujuan dan balik lagi ke tempat asal.
Ngrayun, sebuah kecamatan di ujung selatan Kabupaten Ponorogo. Sebagian besar wilayahnya adalah daerah pegunungan terletak pada 81'39"S dan 11128'1"E serta ketinggian kurang lebih 700 meter diatas permukaan air laut dengan luas wilayah 184,76 km, sekitar 46 Kilometer dari IbukotaKabupaten Ponorogo.
******************
Jarum jam memunjukkan pukul 9.30 waktu Ponorogo, ketika kami memasuki  Ngrayun. Tampaknya kabut sedang turun. Lumayan pekat. Deretan pohon di pinggir jalan, hanya  samar-samar terlihat. Begitu pula indahnya area persawahan terasering, tak begitu jelas tertangkap kamera, saat kami mengabadikannya.
Mobil yang menyusuri jalan berkelok-kelok, naik turun, membuat kami sedikit tegang. Ditambah kondisi berhimpitan  duduk diantara ibu-ibu ber-size L dan XL  , mohon ampun my bray dan sist,   hehehe .  Kondisi jalan membuat tubuh tertarik dan terdorong ke kiri kanan, maju mundur. Terhimpit tapi tak bisa diam.Â
Mendekati tempat tujuan, lelah dan pegal mulai terasa. Turun dari kendaraan, punggung dan kaki berontak minta diregangkan setelah 'terpenjara' dalam himpitan body-body maxi  selama sekitar 2  jam. Bunyi gemeretak dari sendi-sendi, menurut saya  menandai terbebasnya raga dari suasana tak merdeka, hahahaha.
Memasuki arena resepsi, kami harus menyusuri jalan kecil menanjak  sekitar 100 meter yang agak licin karena tanah basah sehabis hujan. Ini perjuangan juga lho.. Mengapa? Karena ibu-ibu mengenakan busana resmi, lengkap dengan selop hak tinggi. Maka ekstra hati-hati dan saling dengan berpegangan adalah strategi penyelamatan yang ampuh.
Suara sound system bervolume kencang menyambut kedatangan para tamu. Terdengar suara penyanyi electone tunggal dengan lagu-lagu dangdut koplo yang dipopulerkan Nella Karisma dan Via Vallen. Resepsi dengan model piring terbang, bukan prasmanan, mengharuskan tamu duduk manis sepanjang acara berlangsung. Sekitar 2 jam lamanya! Pegal linu selama perjalanan  bertambah dosis nya karena kelamaan duduk (lagi).