Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Enggak Malu, Di Punggungmu Ada Bekas Kerokan?

26 November 2017   16:30 Diperbarui: 27 November 2017   06:58 5711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                             ilustrasi : s1.bukalapak.com

Rasanya mayoritas masyarakat Indonesia pernah kerokan. Apa Anda salah satunya? Jawabnya, Iya. Dan mungkin beberapa generasi seangkatan saya atau yang lebih senior ( maaf, sedang menghindari kata tua, hehehe) juga memiliki jawaban yang sama.

Tetapi jika pernyataan dan pertanyaan itu disampaikan kepada generasi milenial, saya ragu apakah anak-anak muda kita pernah kerokan. Generasi yang lahir tumbuh dan berkembang dalam 'asuhan' internet dan komunikasi global ini, umumnya tidak terlalu akrab dengan kerokan. Mengapa? Karena dunia mereka lebih cenderung mengarahkan ke hal-hal yang bersifat modern, kekinian bahkan futuristik. Sementara kerokan adalah produk jaman dulu yang secara turun temurun diwariskan oleh pendahulu kita.

Seperti diungkapkan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Solo (UNS), Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo,dr, PAK, MM, M.Kes., kerokan atau kerikan adalah suatu upaya pengobatan tradisional Jawa dengan cara menekan dan menggeserkan secara berulang-ulang benda tumpul pada kulit dengan pola tertentu, sehingga terjadi bilur-bilur berwarna merah. Biasa digunakan uang logam benggol.

Beberapa hal yang membuat manusia masa kini enggan kerokan, menurut saya adalah karena :

- Bekas nya berupa galir-galir merah yang tampak menyolok

Galir atau garis merah kehitaman bekas kerokan baru bisa hilang beberapa hari. Meskipun terletak di punggung, namun kadang dianggap bisa mengganggu penampilan.  Seringkali bekas kerokan menjadi bahan untuk membully. Ketika seseorang berpenampilan kekinian tetapi ketahuan di punggungnya ada bekas kerokan, maka akan difoto, dicapture, dibuat meme dan sebagainya. Alasannya tentu saja karena dianggap kontradiktif, unik, lucu bahkan aneh. People zaman now tetapi masih suka kerokan -- yang merupakan tradisi pengobatan zaman old.

- Kegiatan kerokan butuh beberapa tahapan / tindakan serta memakan waktu.

Di jaman yang sering serba sibuk dan menuntut kepraktisan ini, orang cenderung memilih solusi yang instan. Misalnya, ketika merasa sakit pengen nya segera sembuh dalam waktu singkat dan tak perlu repot, sehingga prinsip "DikitDikitJanganMinumObat" agak sulit diterapkan.

- Manfaat kerokan yang kurang difahami oleh gererasi masa kini.

Beberapa waktu lalu, saya merasa kesulitan mencari artikel atau ulasan tentang manfaat kerokan dari aspek medis. Entah karena pada waktu itu para dokter dan pekerja di bidang per-medis-an belum ada yang meneliti manfaat kerokan atau sebenarnya sudah dilakukan tetapi hasil nya belum dipublikasikan. 

Sehingga kerokan masih lebih saya anggap pengobatan yang semi mitos. Jadi, ketika badan terasa lebih baik setelah kerokan, maka sembuhnya sakit/keluhan  tersebut, saya pastikan lebih karena "Placebo effect" atau faktor sugesti. Bukan karena adanya sebuah proses penyembuhan yang benar-benar terjadi di dalam tubuh.

Bersyukur, sekarang banyak tulisan yang menjelaskan manfaat kerokan secara medis.  Lalu pada awal November lalu, dokter @ryuhasan menjawab pertanyaan apa yang terjadi pada tubuh ketika sedang dikeriki, pendapatnya : " Membuat pembuluh darah di bawah kulit jadi relatif melebar, menimbulkan rasa hangat."

Pada laman Dr. Oz Indosesia Trans TV dijelaskan tentang kerokan, antara lain :

  1. Untuk mengusir angin yang masuk ke dalam tubuh. Yang menyebabkan badan terasa pegal, nyeri dan terjadi bersin-bersin.
  2. Pergesekan dua benda, benggol dengan kulit punggung, mengakibatkan panas dalam tubuh meningkat, sehingga terjadi pelebaran pembuluh darah, oksigen menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit mereda.
  3. Kerokan menyebabkan terjadinya inflamasi yang kemudian menatralisir penyebab sakit dan menghilangkan jaringan yang telah mati. Sehingga proses penyembuhan lebih cepat.
  4. Warna kemerahan pada kulit yang dikerok, menandakan adanya jaringan yang meradang yang mengandung banyak darah akibat pembuluh kapiler yang awalnya kosong karena menyempit, jadi melebar dan diisi oleh darah.

 

Jadi, untuk melestarikan budaya Kerokanisme, menurut saya yang paling mendesak dilakukan saat ini adalah menginformasikan kepada generasi milenial tentang manfaat kerokan bagi tubuh, yang ternyata  cukup banyak dan telah diakui secara medis.   Agar, semakin banyak Kids zaman now yang doyan kerokan, sehingga anjuran "DikitDikitJanganMinumObat" bisa terwujud pada generasi muda kita.

Ada Bekas Kerokan di Punggung? No Problemo

"Kamu nggak malu ? Di punggungmu ada bekas kerokan? "

"Enggak !!"jawab Ario " Bekas kerokan di punggung,  itu  kan efek, resiko. Tiap jenis pengobatan ada efek  nya, kan ? Cuma levelnya beda-beda. Kerokan ini buat aku, relatif aman, resiko nya nggak seberapa,"

Ario cowok 21 tahun, mahasiswa, seorang duta wisata daerah, aktif dalam berbagai komunitas.  Mulai dari  seni budaya,  penyeleggaraan berbagi event, dan penyuka fotografi

Diskusi itu terjadi ketika Ario meminta salah satu diantara enam teman kos nya untuk keriki punggungnya. Ario merasakan  badannya sakit setelah menyelesaikan kegiatan yang berat dan padat. Posisi sedang di kota tempatnya kuliah. 

Ah, kalau saja saat itu sedang di rumah sendiri, pasti Ibu nya sudah turun tangan menjalankan aksi kerokan. Agar keluhan segera reda, dan tidak berlarut-larut menjadi sakit yang lebih parah.

Sayangnya, tak satu pun teman kos Ario yang akrab dengan kerokanisme. Tetapi karena melihat wajah Ario yang pucat dan lesu, akhirnya Didu salah satu dari mereka bersedia mencoba praktek kerokan. Syaratnya, Ario harus mendikte step by step, dalam proses kerokan itu :

  1. Cuci koin atau benggol  alat kerokan. Karena benggol yang kotor bisa membawa kuman dan menyebabkan infeksi.
  2. Siapkan Balsem Lang.
  3. Oleskan Balsem Lang ke punggung,dari tengah ke pinggir,  dengan arah miring.
  4. Kerik bagian kulit yang telah diolesi Balsem Lang
  5. Ulangi sampai seluruh permukaan punggung dikerok semua.

Balsem Lang Selalu Jadi Andalan

Apa sih hebatnya  Balsem Lang? tanya Didu. Maka inilah jawaban Ario sesuai pengalaman dan wejangan dari ayah ibu dan neneknya :

  • Meredakan sakit kepala. Oleskan Balsem Lang pada beberapa titik,   dan pijit perlahan. Misalnya pelipis, leher bagian belakang serta pundak.
  • Mengurangi pegal pada tulang dan sendi.
  • Mengatasi perut kembung.
  • Melegakan hidung tersumbat dan melancarkan pernafasan. Ambil Balsem Lang secukupnya, taruh dalam mangkok atau cawan, tuangkan air hangat/ panas, lalu hirup uapnya.
  • Mengobati atau mengurangi nyeri otot karena kesleo.
  • Menghilangkan rasa gatal dan bentol akibat gigitan serangga, sekaligus melindungi kulit dari gigitan serangga.

Bagi Ario, Balsem Lang adalah barang wajib bawa, selevel HP, dompet dan kartu identitas diri. Jadi, kemana pun pergi, Balsem Lang selalu menemani.

Sebenarnya, bekerja secara mandiri  - single fighter -  pun  ,  Balsem Lang ini sudah cukup ampuh untuk mengatasi berbagai keluhan. Cukup dioleskan plus dipijit pelan. 

Tetapi untuk keluhan yang lebih komplek, maka aksi  Balsem Lang yang duet dengan benggol kerokan, hasilnya akan sangat luar biasa. Monggo, silahkan mencoba, dan rasakan manfaatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun