Sebut saja Astrid, seorang mama muda . Akhir-akhir ini terus menerus menolak rayuan  Doni,  teman sekantor nya.  Astrid mulai jengkel dan lelah menghadapi perjuangan pantang menyerah Doni.
Tetapi di sisi lain, ternyata segala perhatian dan sikap Doni yang penuh harap - penuh kasih itu  membuat Astrid berubah.  Dia lebih memperhatikan penampilan.  Mulai dari merawat wajah hingga berusaha maksimal memadu padakankan pakaian.  Astrid ingin selalu tampil prima di depan laki-laki pemuja rahasia nya itu. Â
Belakangan Astrid suka berlama-lama di depan cermin, seperti mengklarifikasi  'gombalan'  Doni  tentang daya tarik fisiknya, dengan mengamatinya di depan kaca meja rias.
Tanpa sadar dia menyukai dan menunggu momen-momen ketika  "pria"  lain itu mengapresiasi usaha nya tampil cantik.
Hm..., sesuatu yang lama tak dia dengar dari suami nya.
3. Menerima sebagai Hiburan atau Pelarian.
Alicia Walker Dalam buku The Secret Life of the Cheating Wife Power Pragmatism and Pleasure in Women menulis,  beberapa  wanita / istri merasa bahwa kehidupan pernikahannya sangat membosankan dan menghambat langkahnya. Membenci fakta bahwa mereka secara wajib melakukan jumlah pekerjaan harian yang terlalu banyak.
Bejibunnya rutinitas di dalam keluarga yang menjadi tanggung jawab istri, dan minimnya penghargaan atas jerih payah tersebut, Â bisa menjadi pemicu selingkuh.
Cinta lain ini menjadi semacam hiburan, di tengah penatnya fisik dan psikis, selalu berperan sebagai "jantung"  yang mengatur  semua denyut nadi urusan keluarga.
4. Menerima Sebagai Sarana Menambah Income
Agak tabu atau entah ini apa namanya, ketika berbicara cinta, namun harus terkait dengan uang. Tetapi fenomena tersebut ada di tengah-tengah kita. Seorang istri dengan lebih dari 4 orang anak, memiliki suami yang tak bisa lagi  "dituntut"  untuk menambah jatah bulanan, entah karena karakter yang pelit, pemalas dan kurang pinter mencari duit atau memang itulah kemampuan maksimalnya.