Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panggung Melahirkan Panggung

15 September 2017   22:01 Diperbarui: 15 September 2017   22:10 1859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : wordpress.com

Saya akan sangat bersyukur, andai ada bidan atau dokter spesialis kandungan bisa menghentikan proses anak pinak dari rahim pilres ini. Terserah, dengan  kontrasespsi,  steril atau  vasektomi bahkan kebiri. Pokonya stop jangan lahiran lagi.   Eh tapi, memang ada bapaknya  ya ??

Tetapi..., sesekali saya merasa tidak semua panggung mubadzir. Tetap ada manfaat : sikap para oposan menjadi kontrol untuk lawan. Juga berguna mengasah sikap kritis masyarakat.  Intinya, tidak ada yang memiliki kebenaran mutlak atau sebaliknya. Jaga nalar agar tetap tegak , adalah  koentji.

Beralih ke kasus pembersihan etnis Rohingnya di Myanmar. sebuah gerbong  kesengsaraan yang mulai tampil sejak  ratusan tahun lalu. Pemain tidak hanya suku Rohingnya, dan pemerintah setempat. Dalam panggung sebelumnya, tercatat pernah tampil sebagai pelakon adalah tentara Inggris dan Jepang pada era 1824--1948.  Sementara PBB dan Bangladesh bermain peran pada panggung ini, di periode tahun 1978--1982. (JawaPos.Com, 3 Sept. 2017)

Pada kasus domestik. Perkawinan yang berakhir cerai, tidak selalu bermakna  usai nya panggung  rumah tangga. Akan ada drama-drama susulan. Anak-anak dalam keluarga bercerai sedang menyeting panggung masing-masing. 

Pembawa kecewa dan duka karena tak lagi memiliki keluarga utuh, menyusun naskah untuk drama panggung bergenre duka nestapa,  amarah murka.  Atau sebaliknya anak yang bangkit dan menjadikan gagal nya orang tua sebagai cambuk , justru menyusun skenario, untuk panggung kabar bahagia bahwa jamu pahit  bisa berasa manis. Tergantung cara mengolah nya.

Nah.... Anda mungkin memiliki contoh lain  dari  gambaran panggung melahirkan panggung.  Semua peristiwa dalam hidup, episode demi epiosde berjalin kelindan satu sama lain.

Jika menginginkan panggung penuh kisah manis, maka stage seperti apa yang kudu kita tampilkan sebelumnya? Monggo direnungkan.

Ponorogo, 21.55  ~  15 September 2017

                                                                           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun