Video tersebut mengharukan dan menyadarkan, betapa selama ini sering mengingkari nikmat Tuhan. Dikaruniai fisik normal sehat,  namun  terampil dan rajin mengeluh. Lalu bergumam : nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Guru istimewa,  juga bisa berwujud selebtwit,  orang dewasa yang rajin menyuarakan pendapatnya di medsos. Para penyanjung idola dan barisan haters yang selalu berseberangan. Pasukan pro kontra, yang memulai ronde tempur pada pilpres 2014, lanjut saat pilkada DKI ,  siap-siap buka ring lagi menjelang  pilpres  2019.
Menyimak adu argumen mereka, bagai terjebak dalam perang (kata), ganas menyeramkan. Memang ada yang berbicara ilmiah bersandar ilmu, fakta dan data. Tetapi banyak juga  yang asbun.  Tidak adil sejak dalam pikiran,  begitu mereka saling menuduh sikap dan komentar lawan.
Seperti terpaku  tak bisa lepas dari  satu perspektif , cara pandang  yang dipilih. Masing-masing menilai pihak lawan tidak pernah dan tidak akan benar.  Sehingga  selalu berlaku jargon abadi : Elu salah gue bener.  Memuja dan membenci melewati batas. Meninggalkan tata krama . Mengedepankan sudut pandang subyektif, mengabaikan fakta dan akurasi.
Namun untuk memperkaya wawasan,  bolehlah sesekali menyimak  'twitwar'  , istilah adu argumen di salah satu medsos. Yang penting  tidak terpancing.  Saran pemerhati medsos,  jaga jarak aman dari "medan tempur",  jangan gampang nyamber.Â
Atau memilih sikap :
Ambil sisi baiknya : keberanian mengemukakan dan berbeda pendapat. Kesediaan untuk berbagi ilmu berdasar data fakta.
Buang sisi buruknya : mudah menyebar berita bohong, fitnah dan caci maki, mengabaikan obyektifitas dalam menilai sesuatu.
Konsisten dengan sikap itu, InsyaAlloh akan membantu menjaga nalar tetap sehat, di tengah perang argumen di medsos yang terjadi setiap hari, tiap jam, tiap menit.
Â
Hidup Serba Update Bersama XLÂ 4GÂ LTE