Mohon tunggu...
eny mastuti
eny mastuti Mohon Tunggu... -

Ibu dua orang remaja. Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Tua Ingin Lihai Bermedia Sosial, Belajarlah dari Anak

26 Juli 2017   16:26 Diperbarui: 27 Juli 2017   11:13 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengutip Wikipedia Bahasa Indonesia, Media sosial adalah sebuah media online, para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.   

Selain layanan itu, ada juga aplikasi chatting. Yaitu kegiatan berkomunikasi secara langsung oleh sesama pengguna internet. Bentuk komunikasi chatting dapat berupa suara, teks atau dalam bentuk video langsung dan berbicara tanpa teks.

Aplikasi chat yang kini digandrungi masyarakat Indonesia, yaitu WhatsApp (WA). Layanan ini lebih terbatas dalam penyebaran pesan. Karena hanya tertuju kepada satu penerima,  atau  kepada anggota grup WA tertentu.  Namun , konten yang dishare dalam grup terbatas pun, bisa dengan mudah disebarkan ke media sosial yang jangkaunnya lebih luas.

Aplikasi WA yang relatif mudah, sederhana serta gratis ini, paling diminati di Indonesia. Pengguan nya  sesuai laporan Databoks,  mencapai 43 persen. Terbanyak diantara pengguna layanan chat lainnya. Maka tak heran, bermunculan grup WA yang dibentuk atas dasar ikatan atau kesamaan. Misalnya hubungan keluarga,  profesi, hoby dan lain-lain.  

Melalui aplikasi chat ini pula, sebagai seorang ibu,   saya bisa tetap menjalankan rutinitas "cerewet"   setiap hari.  Khususnya kepada anak-anak yang sedang jauh secara jarak.  Seperti mengingatkan  waktu sholat,  jam makan, waktu belajar, meminta mereka tetap jaga diri, jaga iman dan jaga image..., pokoknya berhati-hati dalam setiap kegiatan yang mereka lakukan.

Kebo Nyusu Gudel

Sebelum sampai pada  tahap bisa saling bertukar informasi di dunia maya seperti saat ini, kami  -orang tua-  harus berguru dulu kepada anak-anak. Tentang cara mengoperasionalkan  telepon pintar,  memahami fitur-fiturnya,  cara bergabung dan aktif  dalam medsos dan aplikasi chatting, dan lain sebagainya.

Dalam bahasa Jawa, ada peribahasa yang  menggambarkan situasi tersebut. Yaitu  Kebo Nyusu Gudel.  Terjemahan bebasnya adalah , orang tua (bapak ibu) berguru, menimba ilmu kepada anak-anak, atau  pihak yang lebih muda. Intinya,  menggambarkan sebuah situasi yang  tidak  ideal.  Karena pada umumnya, anak-anaklah yang berguru kepada orang yang lebih tua.

Bukan rahasia lagi,  generasi muda jauh lebih terampil dan sigap memahami teknologi, termasuk gadget.  Sementara orang  tua -- paruh baya- lebih banyak yang   gaptek. Gagap teknologi.  Atau setidaknya, harus tertatih - tatih dulu ketika mulai menggunakan aplikasi yang agak njlimet.

Akibatnya pengguna telepon pintar  dari  kelompok umur ini,  hanya menggunakan smartphone sebatas untuk berkomunikasi  telpon, SMS, dan komunikasi yang mudah cara pengoperasiannya.  

Salah satu bukti terampilnya generasi muda dalam penggunaan perangkat telekomunikasi modern adalah, pelaku online shop yang didominasi kaum muda.   Income para pedagang barang  dan jasa  di dunia maya, saat ini konon banyak yang melebihi penghasilan para pebisnis (lama) yang berdagang secara konvensional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun