Mohon tunggu...
Ni Made Ratna
Ni Made Ratna Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jawa Tengah Contact at : ratnaparamita07@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pahami Aku dalam Diamku

31 Agustus 2020   08:32 Diperbarui: 31 Agustus 2020   09:05 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

            Penyebab SAD sendiri disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : (1) Genetik. Fakta menemukan bahwa orang yang mengalami kecemasan sosial memiliki orang tua atau saudara yang memiliki masalah kecemasan sepuluh kali ebih banyak dari keluarga yang tidak memiliki masalah kecemasan. Dapat dikatakan kecemasan dapat diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya, (2) Otak. Bahwa amigdala yaitu bagian otak yang berperan dalam melakukan pengolahan dan ingatan terhadap reaksi emosi lebih sensitif dibanding orang normal, (3) Proses Belajar. Belajar dari pengalaman mengembangkan peran penting dalam mempengaruhi kehiupan seseorang. Jika seseorang selalu terpapar pengalaan negatif atas tindakan yang dilakukan ia akan merasakan kecemasan terus-menerus sepanjang hidupnya. Begitu juga dengan proses belajar dari role model orang tua yang pencemas akan mengembangkan anak dengan tipe pencemas juga, (4) Anxious Beliefs (Kepercayaan akan Rasa Cemas). Orang yang memiliki masalah kecemasan sosial biasanya memandang bahwa orang lain harus melihat dirinya dalam figur penting dan sangat positif, tidak boleh ada yang terlihat buruk dan jika ada situasi buruk yang terjadi itu adalah bencana, (5) Anxious Behaviors (Perilaku Cemas). Semakin keras mereka berusaha tidak menampilkan semua pemikiran buruk yang dirasakannya, mereka akan semakin cemas harus menampilkan perilaku yang seharusnya dilakukan ketika berada dalam lingkungannya.

            Penanganan Sosial Anxiety Disorder (SAD) dapat dilakukan baik melalui pengobatan psikofarmaka yaitu dengan obat-obat psikiatri atau dilakukan psikoterapi. Kecemasan dalam taraf ringan dimana seseorang masih dapat mengotrolnya, mungkin obat tidak diperlukan, hanya dibutuhkan psikoterapi rutin untuk mengelola coping (cara berespon terhadap masalah)  masalah yang dihadapi. Namun jika Gejala-gejala cemas yang dirasakan sulit dikontrol pengobatan psikofarmaka psikiatri dan psikoterapi rutin sangat diperlukan.  Psikoterapi yang paling umum digunakan adalah Cognitive-Behavioural Therapy (Terapi Perilaku Kognitif) yaitu jenis terapi yang didasarkan pada pemikiran, emosi, dan menentukan perilaku atau reaksi diri. Selain itu,  Social Skills Training dan Exposure In Vivo Therapy juga diketahui efektif dalam terapi seseorang dengan SAD. Dalam proses terapi ini secara bertahap seseorang dengan SAD mulai berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dari interaksi yang tidak mencemaskan sampai interaksi sosial yang menjadi kecemasan terbesarnya.

            Selain mengikuti berbagai pengobatan psikofarmaka maupun psikoterapi untuk proses kesembuhan, penting bagi orang dengan SAD memiliki kelompok dukungan agar tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah yang dirasakannya. Adapun kelompok dukungan bisa bergabung di : Facebook SM Space Cafe, bergabung di www.anxiety.org, atau kelompok dukungan lainnya.

            Maka dalam proses penyembuhan bagi orang-orang yang mengalami kecemasan sosial ini kuncinya adalah  motivasi atau gairah untuk berubah, dan kemauan untuk menantang diri mereka sendiri untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial, biarpun ketika rasanya berat.

            Proses pengobatan SAD yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar ini, dapat diminimalisir jika kita berupaya untuk melakukan pencegahan secara dini agar gangguan SAD tidak berkembang lebih jauh. Apa saja yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir potensi SAD ini? Anda bisa menggunakan metode JOB,  sebagai berikut : (1) Jangan Maklum dengan Rasa Malu. Sejak dini orang tua dapat "aware" atau berkesadaran terhadap anak-anak pemalu atau kesulitan beradaptasi secara sosial di usia tiga sampai enam tahun. Orang tua dapat mendampingi anak sebagai role model atau contoh peran dalam memulai dan menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Beri contoh selangkah demi selangkah apa yang harus dilakukan anak dan lakukan secara berulang sampai anak dapat melakukannya secara mandiri dengan nyaman, (2) Olah Emosi. Sadari semua emosi yang tidak nyaman dalam diri anak, dan jika anda adalah orang dengan usia yang lebih tua terima semua emosi-emosi ketidaknyamanan anda yang anda rasakan ketika harus berada di lingkungan sosial, (3) Be Relax. Orang terserang cemas dikarenakan memiliki pemikiran terus-menerus agar dirinya harus diterima orang lain secara  perfect atau sangat baik. Berhenti untuk membandingkan diri sendiri baik itu dalam hal nilai, penyelesaian tugas atau apapun dengan orang lain. Anda adalah seseorang yang "unik", maka rajin-rajinlah menggali dan memberanikan diri untuk terlibat di lingkungan sosial secara berkala sesuai dengan kemampuan anda.

            Jadi dapat dikatakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, sepertinya masih merupakan slogan kesehatan yang tepat bagi kesehatan mental seseorang. Ini akan membuat seseorang menjadi orang yang bertumbuh memiliki pengalaman-pengalaman adaptasi  dan  keluwesan menyelesaikan masalah-masalah sosial sepanjang masa bertumbuhan pribadinya.  

Daftar pustaka :

Antony, Martin, M. (2004). Ten Simple Solutions to Shyness : How to Overcome Shyness, Social, Social Anxiety & Feer of Public Speaking. California : New Harbinger Publication.

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing.

Rebecca Kamm. January (2016). What it's like to have a phobia of talking https://www.rnz.co.nz/news/the-wireless/373698/what-s-it-like-to-have-a-phobia-of-talking.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun