Mohon tunggu...
Putri Oktadewi
Putri Oktadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

semua sudah tertakar dan tidak akan tertukar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tanpa Mengurangi Makna: Pelaksanaan Upacara Menjelang Nyepi di Era New Normal

15 Maret 2021   20:12 Diperbarui: 15 Maret 2021   20:27 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Suasana dibuat seramai dan seberisik mungkin yang dipercaya dapat mengusir para bhuta (makhluk alam bawah) yang ada dipekarangan rumah. Sehingga pekarangan rumah menjadi bersih baik secara sekala maupun niskala sebelum Nyepi. Setelah tawur selesai, seluruh anggota keluarga akan melakukan persembahyangan di merajannya masing-masing untuk memohon agar tahun baru caka ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Kemudian setelah itu, barulah dilaksanakan pawai ogoh-ogoh yang biasanya sangat semarak dan meriah.

Sayang seribu sayang pelaksanaan Hari Raya Nyepi dua tahun terakhir sangatlah berbeda daripada biasanya. Pelaksaan rangkaian  Nyepi yang biasanya penuh sukacita mulai dari melasti hingga pangerupukan sekarang terasa begitu hampa. Dalam hal ini kita tidak dapat menyalahkan siapapun. Semua ini terjadi sudah karena kehendak yang di atas, kita sebagai umat yang taat beragama hanya bisa terus menaati peraturan disertai dengan doa. Sama halnya dengan pelaksanaan rangkaina upacara Nyepi yang tentu berbeda dari tahun sebelumnya mengajarkan kita untuk tetap bisa adaptif dalam keadaan ini. 

Tentu banyak sekali perubahan yang terjadi seperti: pawai ogoh-ogoh ditiadakan, pembatasan jumlah orang dalam upacara, melasti juga ditiadakan hanya dari perwakilan saja dan masih banyak lagi yang berbeda. Namun, dibalik itu semua ada hal yang lebih penting yang harus diutamakan yakni nyawa kita bersama. Sehingga meskipun pelaksanaan rangkaian hari raya Nyepi tidak semarak biasanya bahkan ada yang disingkat maupun ditiadakan saat ini tentu tak mengurangi makna dari Hari Raya Nyepi itu sendiri. 

Sekarang adalah bagaimana kita tetap melaksanakannya dengan sepenuh hati tanpa memikirkan kekurangan ataupun perubahan yang terjadi. Sebab sejatinya apapun yang dilakukan dengan tulus ikhlas pasti akan berbuah manis, yang terpenting adalah kita dapat melaksanakan Catur Bratha Penyepian dengan baik tanpa adanya godaan apapun. Jangan anggap pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1943 ini tidak memiliki makna sama sekali. Namun jadikanlah Nyepi 1943 ini sebagai upaya kita untuk adaptif dan bangkit pada keadaan.

SELAMAT HARI RAYA NYEPI 1943

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun