Dalam hal ini, arti keseimbangan adalah tidak hanya memuja tuhan dalam hal sebagai pencipta alam semesta saja. Dalam agama Hindu, juga tetap memuja segala kekuatan yang ada pada alam ini yang disimbolkan sebagai perwujudan dewa,Â
seperti contohnya : Dewa Baruna (penguasa laut), Dewa Bayu (penguasa angin), Dewa Wisnu ( sebagai dewa air), dan Dewi Sri (sebagai dewi kemakmuran). Hal ini sudah termuat dalam (Rg Veda I.164.46) yang menyebutkan "ekam sat vipra bahudha vedanty agnim yamam" yang artinya tuhan itu satu namun sang bijaksana seperti halnya para maharsi menyebutnya dengan banyak nama. Selain kekuatan alam, dalam agama Hindu juga memuja penunjang kehidupan, seperti Dewi Saraswati (sebagai dewi pengetahuan) dan Dewa Rambut Sedana (sebagai dewa rezeki).Â
Penyebutan dewa dengan banyak nama inilah yang sering menimbulkan spekulasi bahwa agama Hindu itu politheisme. Padahal sebenarnya maksud dari mengapa memuja banyak dewa itu adalah untuk menggambarkan kekuasaan tuhan yang begitu banyaknya dengan sebutan yang berbeda.Â
Selain itu penyebutannya yang berbeda, pelaksanaan upacara keagamaannya juga berbeda. Seperti; Hari raya Saraswati untuk memperingati turunnya ilmu pengetahuan dan yang dipuja ialah Dewi Saraswati. Kemudian ada budha cemeng klawu yang merupakan hari pemujaan pada Dewa Rambut Sedana.
Seperti yang sudah dijelaskan tadi bahwa, ajaran agama Hindu itu terfokus pada keseimbangan sebagai penunjang kehidupan baik itu alam dan penunjang lainnya. Namun, dalam ajaran agama Hindu juga tetap mempercayai animisme dan dinamisme yang merupakan kepercayaan asli Indonesia sebelum masuknya agama Hindu ke Indonesia.Â
Masyarakat Hindu khususnya di Bali masih mempercayai adanya roh leluhur disekitar yang juga melekat pada kehidupan ini serta beberapa benda yang memiliki roh ataupun jiwa. Hal ini juga sering menjadi spekulasi bahwa agama Hindu sering dikatakan memuja batu dan patung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa agama Hindu itu bukanlah politheisme tetapi tetap monotheisme (memuja satu tuhan). Namun yang sering menjadi salah perspektif dari masyarakat luar itu adalah karena penyebutan banyak dewa dan juga menyembah benda-benda pusaka. Padahal sebenarnya hal ini dilakukan untuk menyelaraskan ajaran agama Hindu dengan keseimbangan alam beserta dengan kepercayaan asli nenek moyang Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H