Seni tari dan drama di Bali tidak hanya sekedar dijadikan sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan kisah, cerita dan ajaran moral keagamaan dalam masyarakat Bali. Masyarakat Bali yang kebanyakan memeluk Agama Hindu memiliki banyak ritual keagamaan yang melibatkan tarian didalamnya. Seni tari dan drama di Bali memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan spiritualitas masyarakat.
Tari dan drama sering kali dipersembahkan dalam konteks upacara keagamaan dan memiliki tujuan dan makna yang berbeda. Salah satu nya Tari Rejang Dewa. Tari ini sering dikatakan sebagai tarian yang sakral. Tarian ini hanya di tampilkan di pura pada saat upacara odalan. Tari Rejang Dewa bertujuan untuk menyambut kedatangan Dewa/Dewi dari kahyangan yang di percaya dalam Agama Hindu akan datang saat upacara odalan.
Tari rejang dewa ini hanya di bawakan oleh anak perempuan yang belum beranjak dewasa, belum mengalami fase datang bulan dan belum menikah. Hal ini dikarenakan tarian ini bersifat sakral dan memiliki makna religi, edukasi, estetika, dan hiburan serta melambangkan kesejahteraan, keselamatan, dan kesucian masyarakat Hindu. Walaupun memiliki makna hiburan, tarian ini hanya dibawakan di tempat-tempat suci.
Tarian Rejang Dewa ini memiliki gerakan yang sederhana bernuansa meditatif. Gerakan nya yang dibuat berulang beberapa kali sehingga dapat mudah di pahami oleh anak-anak. Dalam menari Rejang Dewa kebanyakan pakaian yang digunakan oleh penari adalah pakaian sembahyang yang berwana putih dan kuning, serta menggunakan topi yang terbuat dari daun kelapa muda (busung) yang sudah disediakan. Riasan wajah untuk penari dibuat bold seperti ciri khas tari Bali lainnya.
Tari Rejang Dewa sudah di wariskan secara turun temurun dalam Agama Hindu. Sampai sekarang tari ini masih ditampilkan pada acara-acara keagamaan di tempat suci (Pura).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H