Mohon tunggu...
Ni Luh Sri Damayanti
Ni Luh Sri Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Edukasi

Selanjutnya

Tutup

Seni

Sakralitas Tradisi Usaha Gumang dalam Memaknai Hubungan Manusia dengan Tuhan

24 Oktober 2024   07:56 Diperbarui: 24 Oktober 2024   07:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: facebook Angga Prabawa

Pura Gumang merupakan salah satu pura yang ada di Bali yang memiliki arsitektur bangunan yang indah. Pura Gumang tepatnya terletak di Desa Bugbug, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Pura Gumang tidak hanya memiliki bangunan yang indah tetapi memiliki pemandangan yang menakjubkan karena letak pura berada di atas bukit sehingga yang melakukan persembhyangan ke Pura Gumang dapat menyaksikan hamparan laut dan perbukitan yang indah sehingga memberikan nuasansa yang tenang dan spiritual yang mendalam. Pura ini memiliki nilai sejarah dan tradisi yang mendalam bagi umat Hindu di Bali khususnya masyarakat kabupaten Karangasem.

Berdasarkan cerita dari Lontar Kanda Purana Dewa Bangsul menceritakan keberadaan gunung-gunung di Bangsul atau Pura Bali di sisi Tenggara serta Bukit Byaha yang terletak di sisi selatan Pura Bukit Gumang. Lontar ini menceritakan beberapa dewa yang beristana di Pura Bukit Gumang.  Dewa yang berasal dari Huluwatu lalu beralih ke arah Bukit Byaha dan menyunting putri Bhatara Gede di Bukit Byaha yang bernama Dewi Ayu Mas. Kemudian beliau ke arah Bukit Gumang dan disebut Bhatara Gede Gumang.

Dalam Lontar Pangaci-aci Desa Pekraman Bugbug disebutkan, Usaba Gumang adalah Aci yang bertempat di Bukit Juru atau Bukit Gumang yang terletak di daerah Sanghyang Ambu. Dewa atau Betara Lingsir yang berstana di bukit tersebut, beliau mempunyai 4 keturunan 1 Putra (lanang) dan 3 Putri (istri) diantarannya adalah:

1.         Ida Betara Gede Manik

2.         Ida Betari Ayu Made

3.         Ida Betari Ayu Nyoman

4.         Ida Betari Ayu Ketut

Betari Ayu Made menikah dengan Ida Betara Gede Puseh dari Desa Pekraman Bebandem dan berstana di Pura Puseh Bebandem. Ida Betari Ayu Made mau menikah dengan Ida Betara Gede Puseh jika kakaknya mau menunggu beliau di Desa Pekraman Bebandem, maka dari itu Ida Betara Gede Manik juga berstana di Desa Pekraman Bebandem. Putri bungsu yaitu Ida Betari Ayu Ketut kawin ke Desa Ngis dengan Betara Gede Dangin.

Sebenarnya yang paling cantik diantara saudarinya adalah Ida Betari Ayu Nyoman, karena kecantikannya maka, Ida Betara Gede Puseh jatuh cinta kepadanya, tetapi justru beliau jatuh cinta kepada Ida Betara Gede Pasisi dari Desa Jasri, karena itu membuat Betara Gede Puseh murka sehingga Ida Betara Gede Puseh memohon restu kepada Ida Betara di Luhur Gunung Agung dan Ida Betari Ayu Nyoman dilempari dengan sebuah batu sakti tepat mengenai kaki Ida Betari Ayu Nyoman. Dengan kesaktian dan kekuatan batu permata itu membuat luka yang tidak akan bisa sembuh, demikian juga halnya Desa Pekraman Jasri berkat anugrah Betara Gunung Agung memusnahkannya dengan batu dan lahar. Keadaan ini hampir saja menenggelamkan Jasri.

Dari sejarah itu maka terbangun hubungan harmonis antara desa-desa yang berkaitan dengan sejarah dan tradisi pura gumang dalam menciptakan hubungan harmonis dengan tuhan. Upacara paling dikenal yang ada di Pura Gumang adalah Usaha Kadulu Gede, sebuah rangkaian persembhyangan yang dilakukan pada setiap dua tahun sekali. Upacara ini bertujuan untuk memuja dan memohon kesejahteraan serta keselamatan dari Bhatara Gede Gumang, sebagai dewa pelindung yang beristana di Pura Gumang.

Tradisi Usaba Gumang merupakan tradisi yang memaknai ketuhanan sangat mendalam dan tercermin dari berbagai aspek ritual, sejarah dan prosesi yang dilaksanakan selama usaba. Beberapa nilai ketuhanan yang terkandung dalam tradisi ini meliputi:

Sumber: facebook Angga Pratama
Sumber: facebook Angga Pratama
  • Rasa hormat kepada tuhan dan Bhatara-bhetari
  • Tradisi usaba gumang merupakan bentuk penghormatan dan upacara syukur atas kesejahteraan dan keselamatan yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida SANG Hyang Widhi Wasa melalui manifestasi-Nya sebagai bhatara-bhetari.
  •  Melakukan persembhyangan di Pura Gumang mempresentasikan penyatuan fisik, mental, dan spiritual sehingga tercapai hubungan yang lebih harmonis dengan Tuhan.
  • Persembahan Banten Piodalan
  • Dalam setiap prosesi usaba Gumang umat hindu mempersembahkan banten atau sesajen bentuk syukur dan penghormatan kepada tuhan dalam wujud Bhatara Gede Gumang.
  • Proses Mabyasa
  • Dalam tradisi usaba gumang ada acara mabyasa. Mabyasa merupakan tradisi mengarak joli-joli atau jempana sebagai simbul para dewa bentuk penghormatan dan kepercayaan adanya kehadiran tuhan dalam kehidupan manusia.

  • Secara keseluruhan, tradisi usaba gumang mengajarkan bahwa hubungan manusia dengan tuhan tidak hanya tercermin dari dalam persembahyangan. tetapi juga dalam keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan spritualitas. Memaknai tuhan dalam segala tradisi yang ada di tanah Bali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun