Mohon tunggu...
Nilma Afada
Nilma Afada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Demi ilmu, rintangan tak menjadi pemacu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fundamental Atma Manusia dalam Vista Pendidikan Islam

11 November 2022   16:10 Diperbarui: 11 November 2022   16:19 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

FUNDAMENTAL ATMA MANUSIA DALAM VISTA PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : Nilma Afada
Mahasiswi Pogram Studi Pendidikan Agama Islam Semester 3B
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Islam Nahdlatul 'Ulama Temanggung

PENDAHULUAN
Berbicara tentang manusia, amatlah beragam entitas dan esensinya. Yang mana, menurut tesmak penulis, arti manusia ialah makhluk Allah swt. yang memiliki beragam potensi yang mana diselaraskan dengan penyatuan akal dan hati dalam perspektif manusia berakhlaq. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa prospek manusia itu dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, manusia yang didominasi rasio dan hasrat utamanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Kedua, manusia yang didominasi oleh roh yang hasrat utamanya untuk meraih prestasi. 

Ketiga, manusia yang didominasi nafsu yang hasrat utamanya ialah materi. Dalam Islam, sudah jelas bahwa manusia sangatlah berbeda dengan makhluk Allah swt yang laina seperti halnya hewan dan iblis. Dimana manusia memiliki nafsu, dan akal untuk berfikir. 

Disisi lain, manusia haruslah menanggung segala yang diperbuat kelak di akhirat. Dalam alquran dijelaskan bahwa Allah swt menjadikan kehidupan manusia dengan akhir semata-mata untuk beribadah kepada Allah swt. Dengan hal itu, manusia merupakan makhluk yang berada dalam proses berkembang dan tumbuh sesuai fitrah masing-masing. Manusia dengan segala potensi atau kemampuan kejiwaan naluri seperti akal, pikiran, dan hati yang mana ditunjang dengan potensi jasmaninya umtuk mencapai derajat manusia yang sempurna(beriman, berilmu dan beramal) dimata Sang Pencipta.

PEMBAHASAN
Sebelumnya, Penulis akan kaitkan konsep manusia berdasarkan dengan bagaimana yang telah dikemukakan oleh Dr. Ali Syari'ati dalam buku yang berjudul "Humanisme antara Islam dan Madzhab Barat" bahwa manusia ialah makhluk satu-satunya di alam semesta ini yang memiliki ruh ilahi dan bertanggung jawab atas amanat dari Allah swt serta berkewajiban berakhlaq dengan akhlaq Allah swt. Dengan begitu, terdapat suatu upaya atau usaha yag dapat dilakukan dalam rangka memberdayakan manusia yang berkualtas baik, terampil, serta berkeribadian dan juga berakhlaq luhur ialah dengan jaur pendidikan. Dengan demikian,dapat membentu pribadi makhluk yang fitrah, berakal, dan amanah.

Lebih luas lagi, penulis akan menjelaskan lebih dalam tentang dimensi manusia mengenai firtah. Apa itu fitrah? Ya, fitrah sendiri berasal dari akar kata fathr yang berarti kejadian atau belahan. Fitrah dapat dimaknai bahwa fitrah ialah kejadian asal ataupun pembawaan asli yang ada bahkan meleka pada diri manusi diiringi sifat dan juga potensinya. Ditegaskan lagi oleh Dr. M. Quraish Shihab yang menuturkan bahwa "Manusia berjalan dengan kakinya adalah fitrah jasadiyahnya, berfikir untuk menarik kesimpulan melalui premis-premise adalah fitrah akhliahnya, senang dan gembira juga termasuk fitrahnnya. 

Disisi lain, penulis menarik ungkapan lain dari Dr. Syahminan Zaini dalam buku yang berjudul "Ciri Khas Manusia" yang menyatakan bahwa "Fitrah merupakan potensi-potensi tertentu yang ada pada diri manusia yang dibawanya semenjak lahir." Jadi, dapat diambil kesimpulan, fitrah ialah apa-apa yang ada dalam diri manusia sejak diciptakan dan dijdikan oleh Allah swt yang itu berkaitan dengan aspek jasmani begitu juga aspek rohani serta kemampuan yang ada pada keduanya. 

Fitrah manusia dengan segenap potensinya sebagaimana disebutkan potensi yang mengandung berbagai kemungkinan. Ya, kemungkinan untuk menerima kebaikan atau keburukan. Dengan kata lain fitrah tersebut belum berarti apa-apa bagi kehidupan manusia sebelum dikembangkan, didayagunakan dan diaktualisasikan. Manusia berkewajiban mengembangkan dan menggunakan potensi positifnya dalam kehidupan.

Selanjutnya, terkait akal pikiran manusia. Manusia secara fitrah sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang dianugerahi akal pikiran tentunya. Yang mana, akal pikiran ialah potensi sentral manusia. Penulis mengungkapkan pendapat dari Abdul Fattah Jalal sebagaimana yang dikutip Ahmad Tafsir bahwa "Kata 'aqala dalam alquran kebanyakan dalam bentuk fi'il (kata kerja). Hanya sedikit dalam bentuk isim (kata benda). 

Dengan begitu, akal ialah aspek dari diri manusia yang terkategorikan penting yang digunakan guna berfikir, menimbang, dan membedakan perkara yang baik darai perkara atau hal yang buruk. Jika dikaitkan dengan pendidikan yang mana berperan sebagai pembina manusia dalam berkarakter. Apalagi dalam hal pendidikan islam, yang mengarahkan manusia dengan wasilah pokok-pokok ajaran islam seperti halnya ibadah, akhlaq, dan aqidah.

Dalam perspektif pendidikan, manusia ialah salah satu unsur atau struktur terpenting. Memang ada nyatanya, bahwa membicarakan manusia tentu tak ada ujungnya. Tidak akan sampai ketuntasan dan kepuasan. Sejatinya, hakikat manusia tidaklah dapat ditangkap secara utuh dan tuntas. Karena akan terdapat banyak dimensi-dimensi yang bermunculan dalam benak seseorang yang tidak akan ada putusnya. Bahkan, dapat menimbulkan dimensi lain yang terus menerus ingin dibahas. Disisi lain, pendidikan manusia, berawal dari pergaulan. Entah pergaulan dengan orang lain ataupun lingkungan pada umumnya, dan juga pergaulan dengan orang tua pada khususnya. 

Menurut Dr. Alexis Carrel (seorang peletak dasar-dasar humaniora di Barat) yang dikutip Nata (2001) mengatakan bahwa "Manusia ialah makhluk yang misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yang demikian tinggi terhadap dunia yang ada diluar dirinya."

Selain itu, penulis juga menarik kutipan menurut Hasan Langgulung, bahwasanya, filsafat pendidikan ialah suatu hal secara ontologis ysng mana membicarakan tentang hakikat-hakikat manusia dan juga masyarakat. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa dari filsafat pendidikan menjawab manusia dan juga masyarakat, bahwa seperti apa dan bagaimana hal yang ingin dicapai ataupun dituju dari pendidikan itu sendiri.

Selanjutnya, penulis sebutkan, bahwa disi lain, terdapat ilmu yang membahas mengenai hakikat manusia yang ditulis oleh Jalaluddin dan Abdullah dengan sebutan antropologi masyarakat. Penulis juga menemukan sebutan lain yang dikemukakan oleh Umar dan Sulo dengan sebutan antropologi. Bahkan, penulis juga menemukan sebutan lain yang dikemukakan oleh Poejawijatna dengan sebutan Antropologis saja.

Dalam pendidikan, manusia dikatakan bahwa dirinya menempati posisi sentral. Mengapa demikian? Ya, dalam pendidikan, manusia dikatakan berada diposisi sentral, dikarenakan selain manusia itu dipandang sebagai subjek, yang mana posisi manusia  sebagai menentukan corak dan arah pendidikan. 

Disisi lain, dirinya juga dilihat sebagai objek pendidikan itu sendiri yang bertanggungjawab menyelenggarakan dengan moral dan perkembangan. Mengenai pendidikan islam yang pada dasarnya merupakan proses tanpa akhir yang sejalan dengan konsensus universal yang ditetapkan oleh Sang Pencipta yang merupakan proses berkesinambungan guna mengembangkan serta membimbing fitrah serta potensi yang melibatkan aspek jasmani dan juga rohani.

Penulis menekankan bahwa, pendidikan Islam merupakan jalan yang tepat dalam mengembangkan fitrah manusia. Disisi lain, Pendidikan Islam guna pengembangan potensi manusia yang diupayakan melalui proses bimbingan. Disisi lain, potensi manusia dapat dibimbing dengan pendidikan islam guna adanya aktualisasi dengan baik dan terbentuk pribadi sesuai agama islam. Hal lain, untuk menciptakan makhluk dwi dimensi. Yang mana terdapat keseimbangan antara dunia dan akhirat, seperti dalam hal berilmu, beriman, dan juga beramal. 

Lebih-lebih, sejatinya manusia itu berkewajiban dalam hal patuh dan taat terhadap semua apa-apa yang diperintahkanAllah swt dan juga patuh terhadap segala yang menjadi larangan Nya yang mana diwujudkan dengan manusia itu dalam mengemban peran sebagai khalifah. 

Dalam perannya, manusia direalisasikan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam pelaksanaan dari kekuasaan dan kehendak dari Allah swt, yang mana telah dicontohkan oleh nabi dan rosul sebagai salah dua dari makhluk Allah swt yang sempurna seperti dalam hal cara hidup, mengembangkan  hidup, dan memelihara diri dengan baik. Yang dengan begitu, manusia dapat hidup dan bertumbuh kembang yang terarah dalam kapasitas sempurna. Sempurna dalam akhlaq dan juga sempurna dalam aspek ketuhanannya.

Dengan dalih-dalih merealisasikan fungsi kekhalifahan, manusia pastinya juga memerlukan pendidikan dan ilmu pengetahuan guna menunjang kesuksesan. Karena dengan peran khalifah itu sendiri, manusia tidak diperbolehkan untuk berbuat kerusakan dengan hal kemungkaran yang bertolak belakang dengan kehendak Allah swt.

Penulis katakan, bahwa pendidikan ialah usaha strategis dalam rangka mencerdaskan manusia. Karena dengan pendidikan, manusia dapat menjadi sumber daya dan pribadi yang berkualitas dan menjadi aset bangsa tertinggi yang mana dapat berperan dimasa yang akan datang. Penulis dengan itu juga menegaskan,  bahwa manusia sangat amatlah perlu mengambah dunia pendidikan. Sangatlah mustahil bukan? Jika manusia dapat bertaqwa apabila tidak terdidik. 

Dapat dikatakan, bahwa pendidikan islam ialah salah satu syarat manusia untuk kembali dan bertaqwa hanya kepada Allah swt. Dalam hal lain, dengan itu manusia juga dapat teraktualisasi secara aktif dan konstrukrif sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan Sang Maha Pencipta. Lebih-lebih, penulis juga mengaitkan dengan manusia yang berpendidik dapat diharapkan menjadi sosok pribadi yang berkualitas bijak dan menyandang derajat yang mulia dihadapan Allah swt dengan memperoleh ridho di dunia sebagai bekal di akhirat kelak.

PENUTUP
Manusia ialah makhluk Allah swt. yang memiliki beragam potensi yang mana diselaraskan dengan penyatuan akal dan hati dalam perspektif manusia berakhlaq. Dalam Islam, sudah jelas bahwa manusia sangatlah berbeda dengan makhluk Allah swt yang laina seperti halnya hewan dan iblis. Dimana manusia memiliki nafsu, dan akal untuk berfikir. Disisi lain, manusia haruslah menanggung segala yang diperbuat kelak di akhirat. Sejatinya, hakikat manusia tidaklah dapat ditangkap secara utuh dan tuntas. 

Manusia dikatakan berada diposisi sentral dalam konteks pendidikan, dikarenakan selain manusia itu dipandang sebagai subjek, yang mana posisi manusia  sebagai menentukan corak dan arah pendidikan. Disisi lain, dirinya juga dilihat sebagai objek pendidikan itu sendiri yang bertanggungjawab menyelenggarakan dengan moral dan perkembangan. 

Mengenai pendidikan islam yang pada dasarnya merupakan proses tanpa akhir yang sejalan dengan konsensus universal yang ditetapkan oleh Sang Pencipta yang merupakan proses berkesinambungan guna mengembangkan serta membimbing fitrah serta potensi yang melibatkan aspek jasmani dan juga rohani. Jika dikaitkan dengan manusia yang berpendidik, dimana dapat diharapkan menjadi sosok pribadi yang berkualitas bijak dan menyandang derajat yang mulia dihadapan Allah swt dengan memperoleh ridho di dunia sebagai bekal di akhirat kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun