Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah wajib membiayai. Namun, praktiknya tidak sesederhana itu. Kondisi geografis Indonesia terutama di luar Pulau Jawa belum semuanya memiliki akses infrastruktur yang memadai.
Termasuk infrastruktur penunjang pendidikan seperti jalan yang masih berupa kebun, berbatu dan sulit dilalui kendaraan walau hanya sepeda. Penggambaran kondisinya dapat dilihat dalam film laskar pelangi. Anak-anak dalam film lascar pelangi harus bersepeda jarak jauh bahkan ada yang berjalan kaki.
Kondisi gedung pun hampir roboh sampai harus ditopang dengan tiang. Ternyata di Sulawesi Selatan terdapat kondisi serupa yang membuat M. Rais Hajat terketuk membuat program pendidikan gratis mulai TK hingga SMA.
Berawal dari Bakar Jagung
Ada kata-kata motivasi "Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat". Suatu hari M. Rais Hajat memenuhi undangan teman untuk bakar-bakar jagung. Seperti kita pada umumnya saat kumpul, pasti ada sesi mengobrol tentang banyak hal. Rais pun mulai berkomunikasi dengan orang-orang yang ditokohkan di wilayah tersebut yaitu Dusun Saukang Desa Bajiminasa Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.
Didapat kesimpulan bahwa Rais merasa dia harus berkontribusi mengamalkan ilmu yang didapat semasa kecil hingga meraih S1. Sebab anak SD yang sekolah pada daerah tersebut menempuh jarak kurang lebih 2km jalan kaki melewati rute kebun-kebun warga setiap hari. Dia terinpirasi dengan keadaan pendidikan dalam film Laskar Pelangi.
Bukan hal mudah, karena saat proses merealisasikan ide yaitu melakukan pendataan terhadap jumlah anak putus sekolah pada dusun tersebut yang jumlahnya sangat banyak dan ingin dijadikan siswa.
Ada saja warga tidak bisa menerima pendirian program pendidikan tersebut bahkan melarang anak-anak bersekolah di yayasan milik Rais karena dianggap sekolah kampungan  atau sekolah hutan yang tidak punya ijazah lulusan.
Siapakah M. Rais Hajat?
Rais Hajat adalah pemuda yang peduli terhadap kondisi memprihatinkan di kampung halamannya di mana tingkat pendidikan masyarakat rendah dan jumlah putus sekolah yang tinggi. Dia sebagai seorang sarjana merasa bertanggung jawab terhadap permasalahan tersebut.
Dia memilih untuk mengerjakan proyek besar itu bersama beberapa orang sarjana di sekitar dusun tersebut. Terus menggerutu pada pemerintah tentu bukan solusi yang tepat mengatasi pendidikan kurang merata. Dia pernah diganjar penghargaan dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Bantaeng bidang Pendidikan (Tingkat Kabupaten), pada tahun 2015 telah meraih penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Kategori Bidang Pendidikan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Terbaru, M. Rais Hajat meraih Apresiasi Tingkat Provinsi 2021 dalam Ajang SATU Indonesia Award dalam kategori bidang Pendidikan.
Keistimewaan Yayasan Al-Hikmah yang Didirikan M. Rais Hajat
Rais berharap dengan adanya MIS Cendekia Saukang (setingkat SD), lulusan mempunyai nilai plus dengan pendekatan Ilmu Agama sebagai pondasi anak untuk mengimbangi kecerdasan yang didapat melalui mata pelajaran umum jadi siswa akan mendapatkan pendidikan dunia akhirat.
Didirikan sejak 25 April 2008, di tahun kedua Rais berupaya mengembangkan ke jenjang tingkat menengah pertama yaitu Madrasah Tsanawiyah Cendikia Saukang tahun 2010. Pada tahun 2013 dikembangkan Madrasah Aliyah setingkat SMA, selain itu ada pendidikan non formal dengan mendirikan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM Insan Caradde) dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP Jasmin Celebes), 2015 didirikan PAUD (TK Insan Mubarak).
Hasilnya cukup membanggakan, sudah ada sekitar 700 orang usia lanjut yang mampu mengenal huruf dan membaca. Beberapa di antara lulusan paket kesetaraan Pendidikan Paket C telah bekerja baik diinstansi pemerintah maupun swasta.
Harapan Rais saat ini adalah membangun wadah Pusat Kegiatan Peningkatan Sumber Daya Manusia yang berdaya saing dengan pembangunan Pondok Pesantren dan wadah Kewirausahaan yang mampu memberikan peluang kerja kepada lulusan sehingga tidak lagi berpikir menjadi tenaga kerja di Malaysia. Hambatan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya tenaga terampil serta tingkat kemampuan pengajar yang masih pas-pasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H