Mohon tunggu...
Nila syarifah Agustina
Nila syarifah Agustina Mohon Tunggu... Desainer - Mahasiswi INISNU Temanggung

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pandangan Carl Gustav Jung terhadap Psikologi Kepribadian

11 November 2023   20:39 Diperbarui: 11 November 2023   20:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Jung, dalam kehidupan setiap orang selalu terjadi perkembangan yang konstan dan seringkali kreatif, sehingga memotivasi individu untuk mencari arah yang lebih sempurna dan keinginan untuk terlahir kembali. Teori psikologi analitik Jung berpendapat bahwa kepribadian seseorang terbagi menjadi tiga tingkatan kesadaran, yaitu kesadaran dan ego, ketidaksadaran personal dan kompleks (personal and complex unknown), ketidaksadaran kolektif dan arketipe (collective and archetypal ketidaksadaran). Pada ketiga kepribadian tersebut, tergantung pada tingkat kesadarannya, mempunyai sikap dan fungsi yang beroperasi pada tingkat kesadaran, serta mempunyai tingkat dominasi yang pada akhirnya dapat membentuk ego sebagai pusat dari keseluruhan kepribadian.

PEMBAHASAN 

Struktur Kepribadian Manusia Pandangan Jung terhadap manusia menitikberatkan pada keberadaan kepribadian holistik yang disebut jiwa, yang tersusun dari sejumlah sistem yang berbeda namun saling berhubungan. Melalui jiwa, energi spiritual yang bersifat nyata, terus mengalir ke berbagai arah, dari alam bawah sadar ke alam sadar dan sebaliknya, serta dari realitas batin ke realitas lahiriah dan sebaliknya. Dalam hal ini Jung berbeda dengan Freud karena proses seksual hanya merupakan salah satu aspek dan bukan aspek utama.

Energi spiritual (libido)  seperti  energi fisik  tidak dapat dilihat, tetapi dapat diketahui berdasarkan akibat yang ditimbulkannya. Energi psikis ini muncul dari konflik yang terjadi antara kekuatan-kekuatan  kepribadian. Dapat dikatakan bahwa psikologi adalah suatu sistem  yang dinamis, dapat menyesuaikan diri secara spontan, tanpa konflik, tanpa keseimbangan psikologis dan tanpa sistem pengaturan.

Keseluruhan  sistem senantiasa bekerja menuju satu tujuan, yaitu mencapai integritas karakter. Menurut Jung, introvert merupakan seseorang yang lebih memusatkan dirinya pada pengalaman subjektifnya. Orang yang cenderung introvert, suka untuk mengintropeksi diri sendiri. Sehingga mereka lebih bisa belajar dari hal yang mereka amati dan melakukan pemikiran secara mendalam.

Karena itulah, Mereka terlihat seperti penyendiri, pendiam, jarang untuk bersosialisasi di masyarakat. Karena mereka senang melakukan pengamatan dan pemikiran secara mendalam mengenai dunia di luar sana. Kemudian berdasarkan hasil observasinya, mereka akan memberikan pandangan subjektifnya masing-masing.

Menurut Jung, orang dengan kecenderungan introvert memiliki kemampuan berpikir  mendalam dan bertindak hati-hati. Mereka akan memikirkan dengan matang rencana untuk diri mereka sendiri dan masa depan. Menurut Jung, perbedaan orang dengan kecenderungan introvert dan ekstrovert terletak pada cara mereka mengisi energinya. Bagi  introvert, cara  untuk mengisi ulang energinya adalah dengan fokus pada diri sendiri.Mereka senang melakukan aktivitas sehari-hari yang tenang sendirian, seperti mendengarkan musik, membaca, bermeditasi, dan aktivitas  menyenangkan lainnya yang dapat mereka lakukan sendiri.

Istilahnya saat ini adalah "Me Time". Saat mereka lelah setelah seharian beraktivitas.Cara mereka mengatasi rasa lelah tersebut adalah dengan memisahkan diri dari keramaian. Menurut Jung,  ekstrovert lebih condong pada kepentingan sosial. Mereka bertujuan untuk mencapai pengalaman objektif, ya, lebih banyak kesadaran dan interaksi dengan orang-orang di sekitar mereka. Orang ekstrover cenderung terlihat sebagai orang yang mempunyai banyak teman.

Hal ini dikarenakan mereka lebih memilih menghabiskan waktu dalam interaksi sosial dibandingkan mengamati dan berpikir secara mendalam. Oleh karena itu, orang ekstrovert lebih  dipengaruhi oleh dunia di sekitar mereka dibandingkan faktor internal mereka sendiri. Bagi introvert, otaknya akan berproses lebih lama untuk menghubungkan satu informasi  dengan informasi lainnya secara mendalam, cenderung mengelompokkan  informasi menjadi satu kesatuan. Sedangkan bagi orang ekstrovert, otaknya akan cepat menghasilkan informasi yang relevan, seperti kemunculan kembang api. Namun informasi yang diberikan hanyalah informasi yang relevan. Kebenaran uniknya adalah orang ekstrovert akan melupakan apa yang mereka katakan sebelumnya karena terlalu banyak menyampaikan informasi.
 

Sikap orang tua dan teladan orang tua juga mempengaruhi anak menjadi individu introvert. Jika orang tua tidak menciptakan kesempatan untuk berkomunikasi, maka tidak tidak hanya komunikasi seperlunya maka anak nantinya tidak akan ada keterbukaan atar keluarga satu sama lain. Hal ini pula akan berpengaruh pada perilaku anak nantinya. Perang dingin dalam keluarga disini dapat diartikan bahwa tidak hanya hilangnya komunikasi tetapi ada rasa perselisihan dan kebencian di masing-masing pihak. 

Hal ini dapat menyebabkan beberapa hal, diantaranya : 1) Rasa takut dan cemas pada anak 2) Anak merasa tidak betah dirumah karena merasa tertekan 3) Anak menjadi pribadi yang tertutup dan tidak dapat mendiskusikan masalah yang dialaminya 4) Konsentrasi anak menjadi turun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun