Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Mengkritik Tempat Kita Bekerja = Mengkritik Diri Sendiri

17 Juni 2015   10:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:51 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekarang ini mudah sekali kita temui orang-orang yang mengeluhkan pekerjaannya atau perusahaan tempatnya bekerja. Alih-alih bersyukur karena telah memiliki pekerjaan yang bisa mencukupi kehidupannya, mereka malah mengkritik habis perusahaan tempatnya bekerja. Jika dahulu kejelekan/ keluhan/ komplain akan tersampaikan pada 10 orang, namun saat ini dengan kekuatan media sosial satu keluhan yang kita sampaikan akan sampai ke seluruh penjuru dunia yang tidak bisa kita hitung berapa jumlah orang yang akan membacanya. Masih ingat kasus prita? Terlihat betapa dahsyatnya kekuatan media sosial dalam kasus itu.

Kembali pada hal mengkritisi institusi tempat kita bekerja, ini bukanlah hal yang tidak boleh dilakukan. Apalagi jika alasannya adalah untuk memperbaiki kinerja dan kualitas perusahaan. Namun yang terjadi saat ini adalah, pekerja mengeluh dan menyampaikan ketidakpuasannya terhadap tempatnya bekerja yang terkadang disampaikan secara tidak proporsional dan tidak pada tempatnya. Penyampaian kritik yang berlebihan ini apalagi jika disampaikan di media sosial bukan tidak mungkin akan menjadi boomerang bagi diri kita sendiri. Orang-orang diluar sana yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi akan menilai kita dari 160 karakter yang kita tuliskan di media social. Apakah mereka salah telah menilai kita secara sepihak? Tentu tidak, karena kitalah yang membuat mereka menilai kita melalui tulisan yang kita buat.

Ketidakpuasan sering kali menjadi topik utama keluhan karyawan. Jika ada pepatah rumput tetangga selalu tampak lebih hijau. Mungkin itu yang dirasakan atau setidaknya dilihat oleh beberapa orang yang sering mengeluhkan perusahaan tempatnya bekerja dengan membandingkannya dengan perusahaan lain. Siapa yang tidak tahu perusahaan Apple. Perusahaan sebesar apple pun masih saja menerima keluhan dari karyawan.

Saya pernah mendengar seorang ustadz berkata “ Jangan meludahi sumur yang airnya kita minum”. Rasanya sedikit tertohok mendengar penjelasan sang ustadz tentang hal ini. Karena kadang kita secara sadar ataupun tidak sadar mengkritik habis-habisan sumur tempat kita “minum” (tempat kita bekerja). Mengeluh adalah hal yang manusiawi, apalagi jika dihadapkan pada pekerjaan yang menumpuk, target yang tak kunjung tercapai namun tidak diimbangi dengan penghargaan yang sesuai dari perusahaan. Masih menurut sang ustadz daripada kita sibuk mengkritisi atau mengeluhkan perusahaan tempat kita bekerja bukankah lebih baik kita memperbaiki diri dan memperbaiki kualitas pekerjaan kita. Karena ketika kita mengkritik perusahaan tempat kita bekerja, secara tidak langsung kita mengkritik diri kita sendiri yang merupakan bagian didalamnya.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.”  (QS 13: 11)

Bagi anda yang seorang muslim pasti memahami maksud ayat diatas. Allah sudah menyatakan bahwa perbaikan dimulai dari diri sendiri. Daripada mengkritik perusahaan, lebih baik kita meningkatkan kualitas diri yang pada akhirnya meningkatkan kualitas perusahaan. Dalam tatanan manajemen juga harus ada manajemen keluhan bagi karyawan, sehingga keluhan-keluhan karyawan tersampaikan pada tempat yang sesuai dan tidak harus meluas ke luar perusahaan apalagi media social. Hal ini juga membuat tingkat kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya dapat termonitor.

Ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan penilaian kinerja (Lefaan, 2006). Hasil penelitian ini menunjukkan pekerja yang tingkat kepuasannya baik maka kinerjanya pun akan baik. Hal ini dapat menjadi indicator untuk melakukan deteksi pada karyawan yang kinerjanya rendah untuk mengetahui tingkat kepuasan dan keluhannya terhadap pekerjaannya. Kinerja merupakan salah satu gambaran penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. (Yaslis, 2012). Kinerja ini Teknik evaluasi lain disampaikan ilyas (2012) dalam bukunya yang berjudul Kinerja, ia menuliskan bahwa penilaian 360 derajat merupakan penilaian yang diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerancuan dalam penilaian karyawan. Proses penilaian ini dilakukan oleh tiga pihak yaitu oleh atasan, mitra, dan bawahan. Hal ini dapat menjadi pilihan untuk bahan evaluasi diri bagi karyawan.

Dengan adanya manajemen keluhan karyawan yang baik dari sebuah perusahaan akan membuat karyawan memiliki wadah untuk menyampaikan aspirasinya. Berbeda jika tidak ada wadah tersebut maka keluhan akan disampaikan di sembarang tempat, mungkin social media, yang akan berpengaruh pada citra perusahaan selanjutnya. Dan bagi masing-masing individu mari kita mulai mensyukuri pekerjaan yang kita miliki, diluar sana masih banyak pengangguran yang merindukan posisi di pekerjaan kita. Jika ingin mengeluh, mari kita ubah mindset kita dengan melakukan perubahan yang kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang kecil, dan mulai dari sekarang seperti kata Aa Gym.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun