"SIAP!"
Bak sebuah kebiasaan, para Capas dengan sigap menempelkan kedua telapak tangannya di permukaaan lapang yang berlapiskan paving block itu. Panasnya sinar matahari yang terserap sempurna oleh paving block, tak membuat mereka ragu untuk memasang posisi push up dengan sempurna.
Seperti inilah suasana yang ada di lingkungan kantor Kecamatan Cibatu ketika bulan kemerdekaan telah tiba. Selama satu bulan penuh, riuh kesibukan para anggota Paskibra, akan menjadi pemandangan yang terlihat di setiap sudut ruang lingkup kantor Kecamatan Cibatu. Sudah menjadi tradisi tahunan, pihak Kecamatan akan mengembankan tugas pengibaran Sang Saka Merah Putih kepada anggota Paskibra.Â
Pengibaran akan digelar di lapangan Alun-alun Kecamatan Cibatu, maka tak heran jika kegiatan ini mengundang antusias yang tinggi dari seluruh masyarakat. Terutama bagi para siswa dan siswi SMA, yang memiliki kesempatan untuk menjadi sang pejuang dalam kegiatan ini.
Tentunya, mencari pemegang tongkat estapet generasi baru tidaklah mudah, banyak tahapan yang harus panitia kerjakan sebelum menemukan sang pelari selanjutnya. Setiap tahun, Pasdya (Paskibra Madya) dan Passen (Paskibra Senior) akan ditunjuk untuk menjadi panitia kegiatan selama satu tahun lamanya. Mereka akan melakukan pencarian kandidat, pemilihan, lalu mendidik, dan juga melantik putra-putri yang memiliki potensi untuk menjadi petugas pengibar bendera di Kecamatan Cibatu.
Putra dan putri membanggakan yang lolos menjadi Capas tahun 2023, berasal dari delapan satuan berbeda. Sekolah yang namanya diharumkan oleh para pejuang muda ini diantaranya yaitu SMAN 3 Garut, SMK SANTANA 1 Cibatu, SMK SANTANA 2 Cibatu, MAN 5 Garut, SMAS Al Hikmah Cibatu, SMA PGRI Cibatu, SMA AL MADINAH dan SMK Al-QUDSY Cibatu.
Tujuh belas sukses menjadi tujuan utama para Capas, namun tidak bagi panitia. Selain mengantarkan Sang Dwiwarna pada puncak dengan sempurna, panitia juga harus mematangkan kemampuan dan sikap para Capas. Menghasilkan Capas yang beretika dan terdidik tidaklah mudah, harapan dan kenyataan yang sering tak beriringan mengharuskan panitia memutar otak agar bisa merealisasikan ekspektasi yang ada.
Renyahnya suara tawa dan hangatnya percakapan, terdengar jelas dari sebuah gedung tua yang terletak tak jauh dari kantor Kecamatan. Bangunan bercat putih pucat dengan motif batu alam yang menghiasi dinding bagian bawah, menjadi tempat bagi panitia mengeringkan peluh selepas bertugas. Sebuah rak berisikan pot-pot kecil menghiasi bagian depan halaman, membuat halaman yang tak terlalu luas itu terasa lebih hidup.