"Udah ahhh jangan ngomongin ini lagi. Bentar lagi aku mau mimpin anak-anak, gak lucu kalo mata aku bengkak," ucap Citra yang sudah banjir air mata.
"Ayok guys bertahan sampe akhir, kita sukseskan pengibaran tahun ini. Jangan sampe anak-anak nangis karena gagal, kita harus bikin anak-anak bangga sama diri mereka sendiri. Gak papa kita gak dicari, yang penting tujuan kita tercapai," ungkap Pajar dengan serius.
"Bentar duhh.. kenapa ya kalo denger Pajar serius tuh bawaannya pengen ketawa," ucap Chica yang disetujui oleh semuanya.
"Bener ih hahahahaha.." ucap Saripah yang sudah tidak bisa menahan tawanya.
"Boro-boro (jangankan) kalian, aku wae (aja) nu (yang) ngomongnya pengen ngakak." Seketika gelak tawa pecah memenuhi ruangan karena ucapan Pajar.
Tawa dan tangisan penuh makna yang mereka ciptakan, akan menghangatkan hati siapapun bagi yang mendengarkan. Beban ekspektasi yang mereka pikul, rasa letih yang menggoyahkan semangat, dan juga cercaan pendapat yang sering mematahkan harapan, semua itu tersimpan rapat di balik senyum profesional yang mereka tunjukan. Tekad yang agung serta dharma yang kuat, menjadi bekal bagi mereka untuk mengarungi permasalahan yang ada.
Mereka tak peduli jika nantinya mereka tak mendapatkan sorotan, karena yang menjadi tujuan utamanya yaitu membuat sang pemegang tongkat estapet bisa sampai di garis finish dengan penuh kebanggaan. Inilah alasan mengapa semesta memilih mereka, karena semua ini tak akan bisa terjadi jika bukan mereka yang mengenggamnya. Mungkin mereka tak terlihat rupawan, namun mereka adalah pejuang nyata yang menawan.Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H