Pertanyaan Pajar sukses membuat semua orang termenung dalam diam. Tatapan yang mereka pancarkan, terlihat abstrak hingga sulit untuk diartikan.
"Gimana ya.. aku sih ngerasanya kaya udah panggilan hati aja hehehe. Kaya ngerasa harus dateng aja ke sini demi bendera merah putih nyampe ke puncak," ucap Shidiq yang disertai dengan kekehan.
"Terus juga ngerasa kaya kalo bukan kita, siapa yang bakal bantu anak-anak sukses. Kaya punya kewajiban buat ngabdi di Paskibra," tambah Chica.
Dari sorot mata yang mereka pancarkan, terlihat jelas seberapa tulusnya mereka melakukan tugas ini. Saripah menyandarkan kepalanya pada bahu Pipih yang ada di sampingnya.
"Meskipun kita sering debat terus berantem, tapi kanpa kalian aku gak bisa bertahan jadi panitia sampe sekarang," ucap Saripah dengan jujur.
"Jadi inget pas aku marahan sama pajar, aku sampe nangis karena saking keselnya. Terus Teh Pipih ngajak aku buat ngobrol berdua, teteh nguatin aku sampe bantu aku buat baikan lagi sama Pajar," kenang Citra yang membuat Pajar tertawa.
Pajar memperbaiki duduknya, lalu ia menatap teman-temannya.
"Konyol pisan sih itu. Aku lagi emosi, terus si Citra ngotot jadinya kita cekcok," ungkap Pajar.
"Asli da, suasana sekre sampe canggung pisan (sekali) pas mereka marahan. Untungnya Pipih gercep akurin mereka" ucap Shidiq yang ikut mengenang kejadian tersebut.
Semua ungkapan yang dikatakan rekan-rekannya tiba-tiba membuat Pipih emosional, kedua manik hitamnya menyiratkan rasa penuh syukur dan haru. Tanpa sengaja Chica menangkap sorot sendu dari sang ketua, lalu dengan cepat Chica berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Pipih.Â
"Ihhhhhhhh ibu kenapa nangissss?" Tanya Chica ketika mendekap Pipih.