Mengenal Fast food
Di zaman yang serba modern seperti sekarang, siapa yang tidak pernah mencoba hamburger, pizza, ayam goreng, kentang goreng, dan kawan-kawannya yang menggiurkan itu? Mayoritas penduduk di bumi pasti sudah menyicipi bahkan menjadi makanan sehari-harinya.Â
Apalagi bagi masyarakat urban yang tinggal di kota-kota besar dan mempunyai aktivitas yang beragam sehingga tidak punya waktu untuk menyiapkan makanan olahan sendiri, fastfood hadir 'menyelamatkan' perut yang kelaparan. Namun, tahukah kamu jika terlalu sering mengkonsumsi fastfood tidak baik dampaknya bagi tubuh?
Menurut Sihaloho (2012), fastfood adalah jenis makanan yang dapat disajikan dalam waktu cepat. Umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi, serta adanya tambahan berbagai zat adiktif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa produk tersebut.Â
Proses pengolahannya yang sedemikian rupa itu membuat kandungan gizi (serat, vitamin, nutrisi, mineral) dalam makanan yang kamu konsumsi sangat rendah, akan tetapi justru kandungan kalori, lemak, garam, dan gula sangat tinggi.Â
Berdasarkan daerah asalnya, Fastfood dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
- Fastfood western (makanan yang terpengaruh budaya barat/modern) :  ayam goreng (fried chicken), pizza, sosis, nugget, hamburger, sandwich, french fries (kentang goreng), hot dog, donat, ice cream, milk shake, soft drink, dll.
-  Fastfood lokal (makanan yang berasal dari budaya sendiri/tradisional) : gorengan, makanan kalengan, asinan, olahan keju, manisan, mie instan, dll.
Dikarenakan kandungan gizinya yang sangat rendah (atau hampir tidak ada), fastfood banyak dikategorikan sebagai junkfood. Menurut World Health Organization (WHO), Junkfood didefinisikan sebagai makanan yang tidak sehat dan memiliki sedikit nilai gizi. Junk food mengandung tinggi lemak, garam, dan gula, serta rendah serat. Dari penjelasan diatas, tak jarang yang mengaitkan junk food dan fast food sebagai penyebab munculnya beragam penyakit.Â
Dampak Konsumsi Fast food
1. Obesitas
Fastfood mengandung kalori dan lemak yang sangat tinggi. Jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan obesitas, dan efek sampingnya kolesterol kamu juga akan naik dan beresiko menyebabkan penyumbatan pembuluh darah dan berakibat pada penyakit jantung dan stroke.
2. Diabetes
Fastfood diolah menggunakan gula tambahan dan karbohidrat olahan yang mengakibatkan kenaikan gula darah dalam tubuh. Jika dibiarkan bisa menyebabkan gangguan pada insulan dan beresiko terkena resistensi insulin dan berakibat pada penyakit diabetes.
3. Hipertensi
Pada proses pengolahan fastfood banyak digunakan garam (natrium) yang sangat tinggi dengan tujuan menambah cita rasa lebih nikmat dan sebagai pengawet. Akan tetapi, ketika kadar natrium dalam darah tinggi dan tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal, volume darah akan meningkat karena natrium bersifat menarik dan menahan air. Peningkatan ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh yang menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Itulah sedikit dari banyaknya dampak negatif mengkonsumsi fastfood terlalu berlebihan. Karena kamu sudah tau, lalu apa saja cara untuk mengurangi atau menghindari dampak tersebut?Â
Dalam kondisi yang serba tidak menentu seperti sekarang ini, apalagi di era covid-19, banyak yang akhirnya tersadarkan betapa berharganya nyawa dan mahalnya sebuah kesehatan. Masyarakat sudah mulai aware dan sadar untuk menjaga kesehatan mulai dari makanan yang dikonsumsinya dan cenderung memilih untuk mencari healthy food. Namun, tahukah kamu jika slow food bisa menjadi salah satu solusinya.Â
Mengenal Slow Food
Slow Food adalah gerakan global yang didirikan 1989 oleh Carlo Petrini dengan tujuan untuk menyelamatkan rasa dan produk tradisional di seluruh dunia, melawan kebangkitan gaya hidup cepat, dan memberikan advokasi tentang bagaimana pilihan makanan kita dapat mempengaruhi dunia di sekitarnya.
Pada penerapannya, slow food mempunyai prinsip yaitu makanan harus baik (good), bersih (clean), dan adil (fair) seperti berikut :
- Makanan yang baik : makanan yang dikonsumsi mampu memberi kenikmatan cita rasa, tanpa mengubah keaslian dan kealamian bahan baku yang dipakai (tanpa melalui proses pengolahan yang rumit dan panjang, serta tanpa tambahan bahan mimia)
- Makanan yang bersih : makanan yang dikonsumsi tidak boleh merusak sumber daya alam, dengan cara melestarikan lingkungan dan menjaga hubungan sosio-lingkungan
- Makanan yang adil : makanan harus mempunyai manfaat regeneratif budaya, sosial dan ekonomi dari sistem pangan berkelanjutan, seperti rantai produksi, budidaya, dan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan.Â
Secara konsep, istilah slow food sebenarnya lebih menekankan pada cara memasak yang benar. Bukan berarti slow food itu artinya proses memasaknya dilakukan dalam waktu lama (slow cooking). Pada kenyataannya, makanan yang dimasak dalam waktu yang lama dan peralatan masak yang digunakan keliru justru akan merusak atau menghilangkan nutrisi alami pada makanan. Oleh karenanya, orang terdahulu lebih sering menggunakan peralatan masak dari tanah liat karena proses pengolahannya relatif tidak merusak nutrisi alami bahan makanan dan cita rasanya.
Gerakan slow food ini mengajak kamu untuk mengambil peran dalam menyiapkan hidangan mulai dari proses pemilihan bahan yang alami dan segar, mengolah bahan dengan cara yang benar dan tidak merusak kandungan gizinya, kemudian menyantapnya dengan mindfulness (sadar dan fokus pada apa aktivitas yang dilakukan : makan). Gaya hidup seperti ini diyakini tubuh akan lebih siap menambung makanan dan dapat tercerna dengan optimal.
Berikut cara makan yang sehat mengikuti gerakan slow food :
1. Pilih bahan makan yang alami dan segar, seperti makanan organik
2. Hindari penggunaan penyedap rasa atau bumbu instan dan ganti dengan memanfaatkan bumbu dan rempah yang alami, seperti air rebusan ayam sebagai pengganti kaldu instan
3. Olah semua bahan makanan dengan teliti supaya kandungan gizinya tidak rusak atau hilang
Nah, sekarang kamu sudah tau dampak negatifnya jika terlalu banyak mengkonsumsi fastfood bagi tubuh. Hal ini bukan berarti kamu dilarang memakan fast food ya. Karena, pada dasarnya apa yang kamu makan itu harus seimbang antara pola konsumsi dan mungkin bisa diterapkan juga gaya hidup slow food seperti contoh diatas ya! Buat kamu yang sudah menerapkan gerakan slow food, apa saja manfaat yang dirasakan dalam tubuh? Boleh diskusi di kolom komentar ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H