Mohon tunggu...
Nilam Dwiyanti
Nilam Dwiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa 23107030044 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Saya adalah salah satu mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sedang belajar untuk menulis disini. Hobi saya mempromosikan produk mulai dari skincare, fashion, makanan dan lain sebagainya melalui review di akun media sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Nyumbang Sebelum Hajatan: Apakah Tradisi ini Masih Dilakukan?

4 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 4 Juni 2024   22:32 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah gempuran modernisasi, tradisi "Nyumbang" di Bantul masih lestari, terutama dalam menyambut pernikahan. Tradisi ini merupakan wujud gotong royong dan kepedulian antar warga dan kerabat dalam membantu meringankan beban biaya hajatan. 

Lebih dari sekadar memberi bantuan materi, tradisi Nyumbang mengandung nilai-nilai penting seperti gotong royong, kepedulian, silaturahmi, dan pelestarian budaya lokal. Bagi masyarakat Bantul, Nyumbang bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk kasih sayang dan rasa kebersamaan.

Biasanya, beberapa hari sebelum pernikahan, keluarga mempelai akan mengundang tetangga dan kerabat untuk menghadiri acara Nyumbang. Ada juga yang melakukan “punjungan” sebelum acara Nyumbang yaitu memberikan nasi dan beberapa lauk yang dibagikan ke tetangga dan kerabat dekat. 

Punjungan biasanya dilakukan untuk pemberitahuan adanaya acara hajatan. Setelah punjungan biasanya tetangga dan kerabat akan datang dalam rangka nyumbang yang  diadakan di rumah mempelai dengan menyediakan hidangan sederhana.

Punjungan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Punjungan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Para tamu kemudian memberikan sumbangan berupa uang. Besaran sumbangan bervariasi, tidak ada paksaan, dan ikhlas dari hati. Uang yang terkumpul digunakan untuk membantu biaya pernikahan, seperti penyediaan catering, dekorasi, dan keperluan lainnya. Besaran sumbangan dalam tradisi Nyumbang di Bantul biasanya disesuaikan dengan kedekatan dan kemampuan pemberi. 

Bagi yang sangat dekat dan akrab, nominal sumbangannya bisa mencapai Rp100.000, sedangkan untuk yang tidak terlalu akrab, sumbangannya bisa Rp50.000 atau Rp75.000. Terkadang, sumbangan diberikan tanpa mencantumkan nama, menunjukkan rasa ikhlas dan tanpa pamrih dari pemberi.

Bagi Suprihatin, salah satu warga yang aktif dalam tradisi Nyumbang, tradisi ini memiliki makna yang mendalam. "Nyumbang bukan hanya tentang memberi, tapi juga tentang rasa kebersamaan dan saling membantu. Ini adalah cara kami untuk meringankan beban tetangga dan sekaligus mempererat tali persaudaraan," ujarnya.

“Nyumbang juga bisa sebagai ajang pergantian saling membantu, kalau mereka punya hajat saya nyumbang begitupun sebaliknya,” imbuhnya.

Suprihatin Salah Satu Warga yang Aktif Nyumbang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Suprihatin Salah Satu Warga yang Aktif Nyumbang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun