Di era digital ini, Pasar Beringharjo menghadapi tantangan untuk tetap relevan dan bersaing dengan platform e-commerce. Namun, pasar ini juga memiliki peluang besar untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan layanan dan menjangkau lebih banyak pelanggan.
Pasar Beringharjo adalah bukti nyata bahwa pasar tradisional masih memiliki tempat di hati masyarakat. Dengan terus beradaptasi dan berinovasi, Pasar Beringharjo dapat terus berkembang dan menjadi ikon budaya dan ekonomi Yogyakarta yang tak lekang oleh waktu.
“Pengunjung banyak yang ke Pasar Beringharjo karena banyak grosir produk seperti sembako, sandang, pakaian, dll. Dibandingkan dengan mall pasti lebih memilih pasar beringharjo. Apalagi dekat dengan wisata utama yaitu Malioboro.” Ucap Rio salah satu penjual produk grosir di Pasar Beringharjo.
Pasar tradisional ini tak henti memikat pengunjung dengan pesonanya yang unik, memadukan tradisi dan modernitas dalam satu kesatuan yang harmonis. Menyadari kebutuhan untuk beradaptasi dengan zaman, Pasar Beringharjo tak ragu untuk mengadopsi teknologi dan layanan modern dengan beberapa upaya digitalisasi yang telah dilakukan di Pasar Beringharjo antara lain adalah penggunaan media sosial untuk promosi, dan penjualan di e-commerce.
“Saya nyambi e-commerce juga, biasanya penjual di beringharjo juga pakai e-commerce karena dipaksa untuk bersaing,” ucap Rio.
Selain itu adanya penerapan sistem pembayaran digital yaitu QRIS. QRIS ini sudah diterapkan selama 6 bulan, dengan adanya QRIS juga dapat meminimalisir peredaran uang palsu di pasar.
Selain itu juga sudah tersedia beberapa mesin atm di area Pasar Beringharjo. Upaya-upaya ini diharapkan dapat membantu meningkatkan daya saing pasar yang menjadikan pasar ini semakin nyaman dan mudah diakses oleh para pengunjung serta menarik lebih banyak pembeli, khususnya generasi muda. Hal ini tentunya juga semakin memudahkan transaksi dan membantu para pedagang untuk meningkatkan penjualan mereka.