Yogyakarta, 2024 - Di tengah gempuran modernisasi dan maraknya pusat perbelanjaan modern, Pasar Beringharjo di Yogyakarta masih kokoh berdiri sebagai ikon budaya dan ekonomi rakyat. Pasar tradisional ini, yang telah ada sejak tahun 1758, terus berkembang pesat dan menjadi magnet bagi wisatawan lokal bahkan sampai mancanegara.
Pasar Beringharjo berlokasi di Jl. Margo Mulyo No.16, Ngupasan,Gondomanan, Kota Yogyakarta. Tepatnya di sebelah selatan Malioboro dan di sebelah utaranya benteng Vredeburg dan titik nol km.
Nama 'Beringharjo' sendiri diberikan oleh Hamengku Buwono IX, artinya wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).
Pasar Beringharjo menawarkan pengalaman berbelanja yang autentik dan tak terlupakan. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai macam produk-produk tradisional sampai yang modern sekalipun dengan harga yang terjangkau, mulai dari batik, pakaian, aksesoris, sembako, souvenir hingga kuliner khas Yogyakarta.
“Kami dari Bekasi, baru aja sampai langsung ke Beringharjo,” ucap Lita, salah seorang pengunjung dari Bekasi.
“Saya sudah Belanja batik, tas, dan beskap. Sebelumnya memang udah pernah belanja kesini,” ucap Citra, teman dari Lita seorang pengunjung dari Bekasi.
“Tertarik untuk ke Beringharjo karena Jogja ini pusatnya batik dan harganya juga lebih miring dan banyak pilihannya,” imbuh Citra.
Pasar Beringharjo buka mulai pukul 08.30-21.00. Parkiran yang tersedia disekitaran Pasar Beringharjo termasuk banyak dan luas. Di sekitaran Pasar Beringharjo banyak yang menjajakan makanan makanan tradisional, seperti sate koyor/kere, dawet, jamu tradisional, dan masih banyak lagi. Suasana pasar yang ramai dan penuh warna, serta keramahan para pedagang, menambah daya tarik Pasar Beringharjo. Pengunjung tidak hanya berbelanja, tetapi juga dapat merasakan atmosfer budaya Jawa yang kental.
Di tengah hiruk pikuk aktivitas jual beli, Pasar Beringharjo Yogyakarta memiliki tradisi yang jarang dilakukan di Pasar tradisional untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Setiap hari Senin dan Kamis pukul 10 pagi, seluruh aktivitas di pasar berhenti sejenak untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Pedagang, pembeli, dan pengunjung bersatu suara, menggemakan melodi kebangsaan di tengah keramaian pasar.