Sudah beberapa minggu ini nilai dolar AS begitu kuat di seluruh dunia, semua mata uang dunia lemah dihadapanya, apalagi nilai rupiah yang benar-benar jatuh hingga level yang sangat dramatis yakni mencapai Rp 13.000 per dolar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah baru-baru ini disebabkan karena kondisi perekonomian AS yang memang benar-benar sedang berada pada level yang sangat baik. Dengan kuatnya mata uang dolar AS banyak pihak-pihak yang memanfaatkan hal ini, utamanya para investor. Banyak investor yang pergi keluar dari Indonesia guna mendapatkan suku bunga yang tinggi. Hal ini yang juga menyebabkan rupiah tidak akan cepat bangkit. Sedangkan bagi para investor yang tetap bertahan dalam negeri membeli dolar AS atas harganya yang tinggi demi mendapat untung yang lebih banyak. Dengan semakin banyaknya investor yang berharap nilai dolar tinggi dan berbondong-bondong untuk membelinya, sama halnya bahwa para investor ini berharap nilai rupiah semakin lemah dan perekonomian Indonesia semakin buruk.
Banyaknya pembelian dolar AS yang dilakukan oleh para investor ibarat kata “dolar dipegang, rupiah terbuang”. Ini bermakna jika semakin hari semakin banyak investor dalam negeri yang membeli dolar maka dolar semakin menguat dan rupiah akan jauh dari kata menguat. Pembelian dolar tidak hanya dilakukan oleh para investor saja, ada beberapa pihak yang mengerti akan dampak pembelian dolar tetapi tetap membeli dolar. Hal ini semata-mata dilakukan untuk memperoleh keuntungan sendiri tanpa memikirkan nasib dari nilai rupiah. Banyak masyarakat yang sengaja mengambil tabungan atau menjual aset-asetnya untuk membeli dolar dan mendapat keuntungan yang besar. Jika semua masyarakat berpikir seperti itu, entah apa yang akan terjadi pada perekonomian Indonesia. Tetapi di sisi lain ketika nilai rupiah melemah ada juga masyarakat yang menjual dolarnya, masyarakat tergiur dengan nilai kurs yang saat ini begitu tinggi, sehingga dengan menjual dolar mereka berpikir bahwa akan mendapatkan rupiah yang banyak. Tindakan masyarakat yang seperti inilah yang dapat mendorong rupiah untuk sedikit menguat.
Pelemahan nilai rupiah ini sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor itu saja, faktor yang paling jelas dan terpopuler adalah karena adanya kebijakan AS yang akan menaikkan tingkat suku bunga. Alih-alih ini pulalah yang akan membawa para investor di Indonesia akan pergi. Melemahnya nilai rupiah ini sangat berpengaruh juga pada utang luar negeri. Dengan semakin lemahnya nilai tukar rupiah semakin tinggi utang yang harus dibayar. Jika dikaitkan dengan kasus pembelian dolar, maka pembelian dolar yang digunakan untuk membayar utang itu sangat baik. Beda halnya jika dolar tesebut dibeli hanya untuk mencari keuntungan bagi kepentingan pribadi.
Untuk menghindari banyaknya pembelian kurs yang dilakukan oleh para investor atau masyarakat, maka perlu adanya tindakan dari pemerintah. Pemerintah harus membangun trust pada masyarakat. Trust dapat dibangun dengan cara menunjukkan konsistensi kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Pemerintah harus bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang terjadi “Perlu bukti tidak butuh janji”. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hendaknya juga memantau terus mengenai transaksi industri perbankan dalam bentuk valas guna menjaga besarnya utang negara dalam bentuk mata uang asing, kebanyakan industri perbankan meminjam dana luar negeri dalam rangka memperkuat likuiditas dan sumber pendanaan untuk kredit. Sehingga dengan melihat kondisi rupiah yang seperti ini, lebih baik perbankan tidak lagi meminjam dana dari luar. Untuk menghindari banyaknya pembelian dolar, perlu adanya suatu regulasi berupa punishment untuk orang-orang yang melakukan pembelian dolar pada kondisi perekonomian yang seperti ini. Misalnya berupa sanksi atau denda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H