Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian dengan judul "Pengembangan Karakter Religius di Sekolah Dasar Melalui Program Salat Dhuha Berjamaah" yaitu metode kuantitatif dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap guru PAI sebagai pelaksana program salat Dhuha berjamaah tersebut.
Menurut Putri, dkk. (2020: 606) Studi literatur pada penelitian ini adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola data penelitian secara obyektif, sistematis, analitis, dan kritis.
PembahasanÂ
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap salah satu guru PAI di Sekolah Dasar yang berada di Serang  yaitu Ibu Nia menyatakan bahwa pelaksanaan program salat Dhuha berjamaah di Sekolah Dasar tersebut sudah berjalan lebih dari 1,5 tahun dan dilaksanakan dalam dua minggu sekali yang mana diselingi dengan kultum, shalawat, pembacaan asmaul husna serta hafalan surat-surat pendek. Pada pelaksanaan program salat Dhuha berjamaah ini diikuti oleh peserta didik dari kelas 3 hingga kelas 6 beserta guru-guru yang ada di Sekolah tersebut.
Pada pelaksanaannya guru PAI berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik yang belum mengerti dan lancar dalam melaksanakan salat Dhuha, terutama untuk kelas 3 yang mana merupakan peralihan dari kelas 2 yang sebelumnya tidak mengikuti program salat Dhuha berjamaah. Cara yang dilakukan oleh guru untuk membimbing peserta didik yang belum lancar tersebut yaitu dengan menyelingi materi mengenai salat dhuha ketika pembelajaran agama, mulai dari bagaimana tata cara salat Dhuha, bacaan yang wajib dibaca, dan juga mengarahkan peserta didik untuk mendalami salat Dhuha itu sendiri serta memberikan contoh keutamaan dari salat Dhuha. Dan untuk kelas 1-2, guru biasanya menyuruh para peserta didik untuk diam di kelas dan tidak berisik saat salat Dhuha berjamaah dilaksanakan agar peserta didik yang mengikuti salat dhuha melaksanakannya secara khusyuk dan tertib.
Guru-guru yang dibantu peserta didik untuk menyiapkan alat serta keperluan untuk salat berjamaah seperti speaker, terpal yang mana alat-alat tersebut sudah disediakan oleh sekolah. Jadi, dalam pelaksanaannya peserta didik bertugas membawa sajadah, mukena bagi peserta didik perempuan dan sarung serta peci bagi peserta didik laki-laki. Mereka juga dianjurkan untuk melakukan wudhu terlebih dahulu di rumah untuk mempercepat kegiatan salat Dhuha berjamaah.
Pada pelaksanaannya biasanya dilakukan pada pukul 07.00 pagi, maka dari itu peserta didik diharapkan datang lebih awal dari waktu yang telah ditetapkan. Jika ada peserta didik yang terlambat maka akan dikunci dari dalam gerbang dan tidak boleh melaksanakan kegiatan salat Dhuha berjamaah tersebut sebagai konsekuensi. Saat salat dhuha tersebut dimulai biasanya guru akan menunjuk peserta didik laki-laki secara acak untuk dijadikan imam salat Dhuha berjamaah, hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri peserta didik dan juga memberikan contoh yang baik bagi peserta didik lainnya. Dalam kegiatan ini juga peserta didik merasa antusias dan senang saat kegiatan berlangsung.
Ibu Nia  juga memaparkan beberapa manfaat serta dampak dari program salat Dhuha berjamaah yang diadakan di Sekolah, yaitu:
- membangun silaturahmi yang baik antar peserta didik dan juga para guru.
- Mendekatkan diri kepada Allah.
- Memperbaiki akhlak peserta didik.
- Dan juga sebagai muslim, salat Dhuha dapat memperlancar serta mempermudah dalam mendapatkan rezeki yang halal.
Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Rosad dalam (A’yunin : 2014) menjelaskan beberapa nilai edukasi bagi yang mengerjakan shalat dhuha, sebagai berikut:
- Menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah
Wujud dari ketaqwaan seseorang kepada Allah dengan sikap menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT.
- Istiqamah dalam menjalankan shalat dhuha
Istiqamah disini adalah satu hal yang harus tertanam dalam diri- diri orang beriman, yaitu tetap berada di jalan Allah SWT. dan tidak