Mohon tunggu...
Nila Kusyarina
Nila Kusyarina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PMI IAIN Salatiga

Community Development

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Sosial, Tren Manusia Silver di Traffic Light Salatiga

10 Juni 2021   00:08 Diperbarui: 10 Juni 2021   00:56 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://www.tagar.id/tagarphoto/132673/

“Saya bekerja mulai jam 08.00 WIB sampai sore jam 16.00 WIB. Tapi kalau lembur ya bisa sampai jam 20.00 WIB Mbak”.

Dalam sehari mereka bisa mengumpulkan uang 100 sampai 200 ribu. Uang tersebut dikumpulkan dan sebagian digunakan untuk membeli makan.

“Makan saya dirangkap, satu hari makan sekali di malam hari.”

Mereka rela menahan lapar karena memang pendapatan yang mereka peroleh tidak sebanding dengan jam kerja dan pengorbanan mengecat diri menjadi silver. Apabila uang yang mereka dapat digunakan untuk makan tiga kali sehari maka mereka harus berfikir bagaimana besok mengecat diri.

Lalu bagaimana proses mereka mengecat diri menjadi silver? Apakah bisa hilang?

Diki menjelaskan secara singkat bagaimana cara merubah dirinya menjadi manusia silver. Bahan dasar yang dipakai adalah cat khusus untuk kulit.

“ini yang dipakai adalah cat khusus kok,” kata Diki.

Mereka mengaku membeli cat dengan harga Rp.35.000, kemudian menyiapkan adonan cat dan melumuri seluruh badan yang terbuka dengan cat khusus tersebut. Semua bagian tubuhnya yang terlihat harus tertutup oleh cat secara merata. Mulai dari tangan, leher , dada, punggung, wajah hingga kepala.

Selama menjadi manusia silver para pemuda ini mengaku belum mendapatkan efek samping akibat cat silver yang mereka kenakan, walaupun secara kasat mata dapat dilihat terjadi iritasi pada kedua bola matanya.  Setelah pulang kerumah mereka membersihkan diri yang terkena cat dengan sabun cuci piring.

“hilangnya ini pakai sunlight mbak, nanti setelah pulang kerumah mandi sama sunlight. Terus bilas lagi pakai sabun mandi agar bersih.” Ujar Diki.

Walaupun manusia silver dianggap sebagai masalah sosial, bagi saya munculnya ide pemuda jalanan mengecat tubuh mereka dengan warna perak adalah suatu kreasi yang unik dan suatu cara yang mereka gunakan untuk memperoleh penghasilan. Pemuda-pemuda inilah yang seharusnya memperoleh perhatian penuh dari pemerintah daerah setempat. Pemerintah harus berfikir lebih jauh mengenai bagaimana mengatasi tren ‘manusia silver’ di Kota Salatiga, bukan hanya melakukan tindak reaksional dengan cara menangkapi mereka. Manusia silver bukanlah tindak kejahatan di jalanan namun ini masalah sosial yang timbul dari faktor ekonomi dan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun