Mohon tunggu...
Nila Kusyarina
Nila Kusyarina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PMI IAIN Salatiga

Community Development

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Community Empowerment di Tengah Pandemi Melalui Taman Baca Masyarakat (TBM)

17 Juni 2020   11:40 Diperbarui: 17 Juni 2020   21:43 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 TBM sebagai medium pengembangan budaya baca merupakan tempat mengakses berbagai bahan bacaan: seperti buku pelajaran, buku keterampilan praktis, buku pengetahuan, buku keagamaan, buku hiburan, karya-karya sastra serta bahan bacaan lainnya yang sesuai dengan kondisi obyektif dan kebutuhan masyarakat dan minat baca yang baik aksaran baru, peserta didik jalur Pendidikan Formal dan Non-Formal (warga belajar), dan masyarakat umum tanpa batas usia.

Menurut Amrin (2011: 04) Taman bacaan Masyarakat adalah sebuah lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan dan berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat di desa atau diwilayah TBM berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat  berbudaya baca.

 Community Empowerment Melalui TBM di Tengah Pandemi

Program pemberdayaan masyarakat memang banyak bentuk dan macamnya, namun seorang pekerja sosial atau TKS harus mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dalam masyarakat.  Dalam situasi yang seperti kita hadapi saat ini, seorang pekerja sosial yang kreatif mampu membaca peluang dan kebutuhan dimasyarakat. Sebagai contoh, Siswanto Seorang Dosen Pengembangan Masyarakat Islam IAIN Salatiga sekaligus founder Taman Baca Masyarakat (TBM) yang ia beri nama “ABATA”. Memanfaatkan TBM sebagai sebuah wadah untuk pemberdayaan masyarakat di lingkungan sekitar tempat beliau tinggal. Menurut Siswanto, pemberdayaan adalah merubah sesuatu yang tidak berdaya menjadi berdaya, merubah yang tidak tahu menjadi tahu. Pemberdayaan melalui pendidikanlah yang ia pilih. TBM ini bermanfaat bagi masyarakat dan anak-anak yang terdampak pandemic Covid-19 ini.

Seperti yang beliau katakan, pemberdayaan berdampak pada adanya bentuk perubahan sosial. Taman baca "Abata" menjadi tempat edukasi bagi anak-anak terdampak pandemi covid. Dimana kegiatannya memberikan bentuk literasi (baca dan tulis) bagi warga sekitar. Agar tidak jenuh, diadakan selingan dongeng, dan kuis. Sesuai dengan prinsip pemberdayaan yaitu  Learning by doing, pekerja sosial harus menjadi inisiator dan memberikan tindakan konkrit ditengah pandemi ini. Seorang pemberdaya tentulah mempunyai jiwa yang peka dan peduli terhadap sesama. Siswanto mengatakan proses pemberdayaannya  berpedoman khoirunnasi an fauhum linnas. Dengan semangat itulah kita dapat membantu sesama ditengah musibah yang kita alami. Hikmahnya kita bisa mengaplikasikan pengetahuan, wawasan dan keilmuan kepada anak-anak dan masyarakat. Agar mereka bisa menambah wawasan dan goalnya adalah “berdaya”. Rata-rata anak-anak yang belajar notabenya keluarganya dari yang  berpendidikan rendah dan yang tidak  mampu, sehingga melalui gerakan taman baca, anak-anak bisa berubah baik secara etika, buta huruf maupun dalam pendidikan.

Kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat untuk anak ditengah pandemi yaitu sholat berjamah di taman baca. Hal ini dapat merubah etika anak dan menanamkan nilai-nilai religi kedalam diri anak. Di taman baca “ABATA” anak dan masyarakat sekitar juga latihan buat video. Upaya ini dilakukan sebagai strategi pengenalan teknologi dan media ke anak dan masyarakat pedesaan. Sehingga masyarakat menguasai dari segi pengetahuan dan teknologi.

 Banyak manfaat yang diperoleh dari taman membuka taman baca bagi masyarakat di tengah pandemi. Dengan membuka taman baca para anak-anak dan masyarakat desa yang terdampak pandemi masih bisa memperoleh pengetahuan dengan membaca di taman baca.  Masyarakat dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, menambah informasi bagi diri sendiri, meningkatkan pengetahuan serta menambah ide.

Taman Baca masyarakat umumnya mempunyai tujuan , visi dan misi yang sama, yaitu mewujudkan masyarakat yang mampu berdaya dan menjadikan kebiasaan membaca, menulis dan berinofasi sebagai salah satu cara dalam meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan kecakapan hidup. Beberapa contoh kegiatan yang bisa dipadukan dengan bahan bacaan di tengah pandemi melalui TBM adalah : 1) Mempraktekan isi buku (keterampilan), seperti praktek membuat video dan pesan bergambar 2) Mendiskusikan isi buku baru atau berdiskusi bersama warga tentang covid-19 , sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat khususnya di desa perilah bahaya dan pencegahan virus covid-19, 3) mengadakan kuis dan pengulangan pelajaran di sekolah. Supaya saat pandemi berlangsung anak masih mengingat pelajaran-pelajaran di sekolahnya. Selanjutnya diminta untuk membuat video guna memperkenalkan teknologi kepada masyarakat. Kegiatan semacam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Jadi kesimpulannya, pemberdayaan masyarakat (Commmunity Empowerment) dapat dilakukan kapan saja da dimana saja asalkan seorang pemberdaya mampu melihat peluang dan masalah di dalam masyarakat. Dalam situasi pandemi saat ini, salah satu solusi yaitu dengan melakukan pemberdayaan dalam berbagai bidang dengan memanfaatkan potensi lokal. Bukan melulu soal ekonomi, pemberdayaan bidang pendidikan juga harus kuatkan selama pandemi. Agar dalam kondisi pandemi anak-anak dan masyarakat tetap memeperoleh pengetahuan sebagai bekal menjalani kehidupan bahkan bisa beradaptasi dengan perubahan sosial. Merubah mereka yang tidak berdaya menjadi berdaya dan yang tidak tahu menjadi tahu. Salah satunya dengan membuka TBM di tengah pandemi Covid, tetapi tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Beberapa manfaat taman baca masyarakat sebagai salah satu bentuk pemberdayaan yaitu; sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi anggota masyarakat dan penunjang pengetahuan masyarakat, di TBM masyarakat dapat belajar mandiri (otodidak), melakukan penelitian, menggali, memanfaatkan dan mengembangkan sumber informasi dan ilmu pengetahuan.

Hubungan TBM dan pemberdayaan dalam hal ini adalah suatu cara untuk menggali proses belajar kelompok masyarakat dan berlatih secara sistematis untuk menyiapkan kompetensi local serta menyiapkan diri untuk peranan, dengan memaknai belajar mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi seseorang (learning to be) secara bersamaan dan berkesinambungan. Sehingga akan tercipta masyarakat yang berpengetahuan dan mandiri ditengah pandemi.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun