Mohon tunggu...
Nila Karimatunnisa
Nila Karimatunnisa Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Interested in public health and urban planning

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Budaya Baru "Musik dan Keresahan"

4 Juni 2020   19:20 Diperbarui: 4 Juni 2020   19:29 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut penulis, lagu ini ingin menyampaikan pesan bahwa semua yang sudah terjadi bukanlah sepenuhnya menjadi salah dari individu tersebut. Berbagai asumsi yang muncul dipikiran juga bukan hal yang nyata dan hanya ada dalam imajinasi saja. 

Semua asumsi tersebut tidak akan terjadi. Berbagai hal tersebut lumrah disebut overthinking. Lagu ini juga mengajak pendengar untuk 'here and now'. Secara psikologi, ini merupakan step yang disebut 'mindfullness' dan dapat mereduksi overthinking. Semua hal tersebut akan membawa individu pada kesadaran bahwa ia sedang ada di masa sekarang, bukan masa lalu atau masa depan.

Kaitannya dengan kesehatan mental? Yap, sangat dekat. Bagaimana pikiran kembali ditenangan dan mental kembali pada kondisi normal. Ini dapat mengurangi dan mencegah gangguan emosi pada seseorang. Jika gangguan emosi tersebut dibiarkan, maka dapat cenderung pada gangguan kesehatan mental.

Kembali pada industri musik. Ada budaya baru yang mencoba diangkat dengan adanya permasalahan kesehatan mental di masyarakat. Narasi-narasi mengenai keresahan diri yang kemudian dikemas dalam sebuah lagu. Hal tersebut akhirnya dirasa mewakili suara hati para individu yang tersakiti batinnya dan tidak dapat bercerita pada siapapun. 

Budaya baru ini mungkin dapat dikatakan sebagai komodifikasi keresahan hati seperti lagu-lagu jaman dulu yang mengkritik pemerintah. Bedanya hanya pada segmen isu nya saja dengan genre yang disesuaikan. Ini menjadi bentuk budaya yang populer beberapa tahun belakangan. Bahkan menjadi lagu yang dapat dinikmati semua kalangan, tidak terbatas kelas, gender, hingga negara.

Kesimpulannya adalah industri musik yang mulai memodifikasi isu kolektif seperti kesehatan mental menjadi sebuah hal yang lumrah didengar oleh masyarakat. Komodifikasi tersebut menciptakan budaya baru di masyarakat mengenai 'emosi' dan 'keresahan' yang perlu kembali ditilik. Semua ini dapat membantu masyarakat memahami makna self-love atau mencintai diri sendiri dan lebih peka pada kesehatan mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun