Aksi boikot juga ramai terdengar di Indonesia. Di berbagai platform media sosial, warganet pro Palestina gencar memanggil untuk memboikot produk-produk Israel dan pendukungnya.Â
Gerakan ini mendapatkan dukungan penuh dari pihak pemerintah, yang sebelumnya telah secara terang-terangan menyuarakan solidaritas dengan Palestina dan mengutuk serangan Israel di Gaza.
 Namun, pemerintah melihat aksi boikot ini sebagai peluang untuk memajukan produk dalam negeri. Saat ini, terdapat beragam produk pro-Israel di Indonesia, mulai dari makanan, minuman, perangkat elektronik, hingga perlengkapan rumah tangga. Dengan adanya aksi boikot, diharapkan masyarakat Indonesia akan beralih ke produk lokal, mendukung pengusaha dalam negeri.
Dampak Ekonomi Pemboikotan Terhadap Israel
Bagaimana dampak pemboikotan terhadap produk pro-Israel memengaruhi perekonomian negara tersebut? Gerakan BDS, yang secara perlahan namun pasti mendapatkan momentum, telah memberikan efek signifikan terhadap Israel.Â
Menurut BDS Movement, sejumlah perusahaan dan investor telah mengurangi keterlibatan mereka dengan Israel. Pada tahun 2014, misalnya, terjadi penurunan investasi asing langsung ke Israel sebesar 46 persen.Â
Beberapa perusahaan internasional juga tercatat telah menarik diri dan melakukan divestasi. Dampak terbesar terjadi pada perusahaan ekspor pertanian terkemuka Israel, Carmel Agrexo, yang bahkan harus mengalami likuidasi akibat boikot besar-besaran di beberapa wilayah. Ini mengakibatkan kesulitan bagi petani Israel dalam mengekspor barang, merugikan perekonomian negara.
Boikot Global dan Penurunan Saham Perusahaan Ternama
Masyarakat dunia, termasuk Indonesia, terus berpartisipasi dalam boikot terhadap produk-produk pro-Israel. Starbucks, McDonald's, KFC, Pepsi, Netflix, Unilever, Danone, Nestle, hingga Walt Disney menjadi objek boikot.Â
Gerakan ini menyebabkan penurunan signifikan pada saham merek-merek tersebut. Sebagai contoh, saham PepsiCo mencapai level terendah sejak November 2021, sementara saham Walt Disney mengalami penurunan hingga 0,59 persen. Produk-produk lain yang menjadi sasaran boikot juga mengalami penurunan saham yang mencolok.Â
Dengan melibatkan masyarakat dan merosotnya nilai saham, diharapkan perusahaan-perusahaan tersebut akan mempertimbangkan kembali posisi mereka yang mendukung Israel. Semakin berkurangnya dukungan terhadap Israel, semakin mungkin tekanan terhadap negara tersebut untuk mengakhiri konflik di Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H