Assalamualaikum..
Salam Sehat dan Bahagia. Semoga siapa pun yang membaca tulisan ini diberikan limpahan kesehatan dan kebahagiaan.Aamiin..
Dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999).
Kali ini saya akan menuliskan refleksi setelah belajar dalam Program Guru Penggerak Angkatan 8 mulai dari Demontrasi Kontekstual Modul 1.4 tentang Budaya Positif sampai pada Ruang Kolaborasi Modul 2.1 tentang Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi.
Model Refleksi yang saya gunakan adalah model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future). Model 4F Â merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan)
1. Facts (Peristiwa)Â
Pada tanggal 10 Juli 2023, saya mendapatkan tugas Demonstrasi Kontekstual modul 1.4 dimana saya harus membuat 2 skenario praktik segitiga restitusi. Kasus skenario 1 melakukan kunjungan rumah murid yang sering tidak masuk sekolah terkadang tanpa meminta izin. Kasus pada skenario 2 murid yang tidak tertib dalam kelengkapan sekolah, yakni memakai sepatu selain warna hitam pada saat upacara bendera. Kemudian  mempraktikkan skenario tersebut bersama dengan murid dan mendokumentasikan kegiatan tersebut, selanjutnya menggungahnya di channel youtube dengan link https://youtu.be/7wkIn6Vb5Qw.
Pada hari Kamis, 13 Juli 2023, pukul 15.30 s.d 17.00 WIB melalui google meet saya mengikuti Elaborasi Pemahaman modul 1.4 bersama Instruktur Bpk. Sunartono dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto. Beliau memberi penguatan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif yang telah saya pelajari sebelumnya, seperti:
- Ilusi guru : dapat mengontrol murid, kritik dapat menguatkan karakter, penguatan positif itu efektif dan bermanfaat, dan orang dewasa berkuasa.
- Motivasi ada 3 : menghargai diri sendiri(motivasi intrinsik), menghindari hukuman dan mendapat imbalan yang merupakan motivasi eksternal.
- Merdeka artinya tidak hanya terlepas dari perintah akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri.Â
- Penghargaan dapat menurunkan kualitas, mematikan kreatifitas, dan mengurangi motivasi intrinsik.Â
- Apresiasi (pengakuan) dapat dilakukan secara khusus, pribadi, pada semua murid (bergantian), konsisten, dan fokus proses.
- Peraturan berbeda dengan keyakinan
Setelah kegiatan EP selanjutnya saya mengerjakan tugas Koneksi antar Materi, meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 Â yaitu menyimpulkan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Selain itu saya juga menyusun langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah dengan mengisi Tabel Rancangan Tindakan Aksi Nyata. Tabel tersebut terdiri dari :latar belakang, tujuan, tolak ukur, linimasa tindakan yang akan dilakukan, dan dukungan yang dibutuhkan.
bagian terakhir dari modul 1 saya membuat aksi nyata modul 1.4 yaitu: (a) mengimplementasikan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif di lingkungan kelas saya, sesuai yang dibuat di tahap Koneksi Antarmateri. Salah satu yang telah saya lakukan adalah membuat keyakinan kelas bersama dengan murid-murid di kelas. (b) membagikan pemahaman dan pengalaman dalam menerapkannya kepada rekan-rekan guru melalaui kegiatan deseminasi budaya positif yang saya lakukan pada tanggal 18 Juli 2023, waktu pelaksanaan kurang lebih 60 menit. Kegiatan tersebut didokumentasikan dalam bentuk video yang selanjutnya saya unggah di channel youtube saya https://youtu.be/7bAwfQPKvro dan PMM pada menu bukti karya. Dalam kegiatan Aksi Nyata saya berupa sebaik mungkin betul-betul menerapkan sesuai panduan dalam LMS. Namun saya mengalami kendala terkait dokumentasi tanpa operator kamera sehingga video yang saya hasilkan kurang maksimal. Kedepan akan menjadi pembelajaran untuk saya supaya lebih baik lagi.
Masuk di modul 2.1 yang semakin menantang dimana CGP diajak untuk memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran Diferensiasi yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan belajar murid: kesiapan belajar, minat murid, dan profil belajar murid. Saya mempelajari kebutuhan belajar murid dan pembelajaran diferensiasi pada kegiatan eksplorasi konsep.
Pada hari Rabu, 26 Juli 2023 mulai pukul 12.00-14.15 saya mengikuti Rukol (Ruang Kolaborasi) melalui gmeet bersama fasilitator Bapak Dwi Sulistyono, Ibu PP Sujatmiani dan Ibu Ida Yuanita (PP dari kelompok lain) serta 11 rekan CGP. Rukol kali ini kami dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai jenjang untuk membahas sebuah skenario pembelajaran untuk kasus SD/SMP/SMA. Saya sebagai guru SD tentu berdiskusi dengan rekan-rekan CGP dari jenjang SD pula. Keesokan harinya, Kamis, 27 Juli 2023 saya kembali mengikuti Rukol mulai pukul 18.30-20.45 untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di hari sebelumnya. Diskusi berjalan lancar dan seru karena pada point Asesmen yang terdiri dari asesmen formatif dan sumatif menjadi bahasan dari berbagai jenjang. Diskusi ditutup dengan Quotes dari bapak Fasil, "Yang penting dimulai dan dicoba terlebih dahulu.."
2. Feelings (Perasaan)
Selama mempelajari materi budaya positif dan diskusi dengan rekan CGP tentang pembelajaran diferensiasi saya merasa senang mendapat banyak pengetahuan baru tentang posisi kontrol guru, motivasi murid, dan segitiga restitusi. Juga merasa tertantang dan bersemangat mempelajari hal baru dalam kurikulum merdeka yang baru mulai saya terapkan yaitu tentang berdiferensiasi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Karena ini hal baru untuk saya tentu akan banyak tantangan yang harus saya hadapi. semisal menyiapkan konten pembelajaran sesuai kebutuhan murid dan merancang asesmen for learning, as learning, atau pun of learning.
3. Findings (Pembelajaran)
Hal baru yang saya dapatkan adalah reward tidak selamanya baik. Selama ini saya pribadi memahami bahwa reward adalah apresiasi dan motivasi ternyata apresiasi adalah proses yang dijalani murid menjadi lebih baik dengan motivasi intrinsik yang mencul pada murid. Tugas kita adalah menuntun murid memunculkan motivasi intrinsik tersebut supaya murid menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. ketika murid melakukan sesuatu bukan karena mengharap imbalan atau takut dihukum tetapi mereka melakukannya karena ingin menghargai diri sendiri dan bertanggung jawab. Dan ketika terjadi kesalahan kita tidak lantas menghakimi namun dapat menerapkan segitiga restitusi yang terdiri dari menstabilkan identitas, menvalidasi tindakan, dan menanyakan keyakinan kelas supaya murid dapat menemukan solusinya sendiri.
4. Future (Penerapan) Â
Yang bisa saya lakukan dengan lebih baik adalah melihat murid merupakan pribadi yang unik dengan segala kebutuhannya. baik itu kebutuhan dasar sebagai individu seperti rasa kasih sayang, bertahan hidup, kesenangan, kebebasan, dan pengakuan. Juga memperhatikan kebutuhan belajarnya yang terdiri dari kesiapan, Minat, dan Profil Belajarnya. Dengan mengetahui kebutuhan murid saya akan bisa mengambil tindakan yang tepat baik dalam pengembangan karakter dan mengembangkan belajar murid melalui pembelajaran diferensiasi baik diferensiasi konten, proses, maupun produk demi mencapai tujuan pendidikan menuntun murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Semoga dapat mewujudkannya. Aamiin..
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H