Guru, sosok pahlawan pendidikan yang kerap kali disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Tanpanya mungkin dunia ini masih gelap gulita tanpa adanya ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. Dalam filosofi Jawa, guru disebut sebagai sosok yang digugu dan ditiru. Maksud dari digugu dan ditiru adalah seorang guru harus dapat memenuhi dua kata itu. Digugu artinya perkataannya harus bisa dipertanggungjawabkan dan ditiru artinya sikap dan perbuatannya dapat menjadi teladan bagi siswanya.
 Menilik peran guru dalam dunia pendidikan, guru berada di garda terdepan dalam membangun sebuah peradaban. Dengan kalimat "Guru digugu dan ditiru" memberikan sebuah beban besar yang dipikul oleh guru agar ia dapat memberikan contoh yang baik bagi muridnya, menjadi teladan dan idola yang akan ditiru oleh murid-muridnya.Â
Bagaimana cara menjadi sosok guru yang dapat digugu dan ditiru oleh muridnya, simak ulasan berikut ini!
1. Sadari tujuan menjadi seorang guru
Tujuan awal menentukan langkah yang diambil selanjutnya. Menjadi seorang guru tidak hanya dianggap sebagai sebuah profesi untuk mencari nafkah duniawi saja. Jika hal ini dilakukan maka menjadi guru cukuplah guru mengajar tanpa memikirkan kemajuan peradaban. Menjadi Guru mempunyai peran yang sangat penting bahkan bisa saja perannya tersebut menyita waktu guru baik pagi, siang, petang bahkan malam hari. Maka tujuan menjadi seorang guru hendaklah diniatkan untuk mencari keridhoan Allah swt. Jika ridho Allah sudah didapat, maka akan datang kemudahan-kemudahan dalam mengajar, petunjuk-petunjuk dalam mendidik murid, dan peluang mengalirnya amal jariyah untuk dikumpulkan sebagai pemberat timbangan kebaikan.
2. Lakukan aktivitas mendidik dengan sepenuh hati
Menjadi seorang guru dengan rutinitas harian yang sama dan berulang setiap hari, minggu, bulan bahkan tahun. Melihat tingkah polah murid sehari-hari di sekolah dengan segala problematika akademik dan sosial yang mereka hadapi, maka seorang guru harus melihat tidak hanya dengan organ matanya saja tetapi juga dengan mata hatinya. Â Guru harus mampu memberikan sentuhan-sentuhan lembut penuh kasih sayang pada setiap proses pembelajaran yang berlangsung. Guru harus mampu memisahkan problematik pribadinya dengan kegiatan membersamai Murid di sekolah. Bukan berarti guru harus menjadi super, tetapi guru mendidik dengan sepenuh hati, menganggap bahwa murid-muridnya juga adalah anak kandungnya yang tak ada perbedaan satu sama lain dalam transfer ilmu dan kasih sayang.Â
3. Menjaga perkataan dan perbuatan
Guru adalah sosok yang perkataannya adalah titah dan perbuatannya adalah cermin bagi muridnya. Maka sudah seharusnya guru mampu menjaga perkataan dan perbuatannya. segala kata dan kalimat yang keluar dari lisannya adalah doa yang akan membangun kepribadian dan karakter murid. Jauhi perkataan negatif yang membuat semangat murid mengalami penurunan atau bahkan mematahkan harapan yang ia bangun. Perbuatan guru adalah cermin yang menjadi refleksi pada sikap dan tingkah laku murid. Untuk pembangunan karakter murid yang berakhlak mulia maka guru harus bisa memberikan refleksi akhlaqul karimah yang akan tertanam dalam memori dan teraplikasi dalam keseharian murid.
4. Doa kebaikan untuk murid
Doa adalah amunisi terkuat seorang guru untuk mendidik muridnya. Karena pemegang hati-hati murid ini adalah Penciptanya, Allah swt. Seorang guru tidak akan pernah mampu mengubah hati dan sikap murid tanpa campur tangan Allah. Maka doakanlah muridmu agar menjadi sosok pribadi cerdas dan berakhlak mulia pembangun peradaban yang lebih baik di masa depan.
Selamat belajar menjadi guru yang patut untuk digugu dan ditiru, guru profesional, pencetak generasi penerus bangsa yang akan membangun bangsa Indonesia yang lebih baik. Sejatinya proses belajar tak akan pernah berhenti selagi ruh masih dikandung badan. Salam perubahan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H