dunia saat ini sedang berjuang untuk menghadapi pandemi covid-19 yang semakin hari semakin merakit menyebarkan dari covid-19 ini. Negara di seluruh dunia juga sudah melakukan berbagai macam cara untuk menanggulangi penyebaran covid-19 ini termasuk juga di Indonesia.
Namun walaupun begitu,diluar sana masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan covit 19 yang tentu saja yang menyulitkan tenaga kesehatan untuk melakukan tracing.
Banyak masyarakat yang menolak edukasi Swab karena berbagai macam stigma yang beragam. Untuk tahapan diagnosis saja menolak tentu saja untuk dilakukan tracing akan lebih menyulitkan lagi.
Agar proses tracing berhasil tentu saja harus dimulai dari masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat harus percaya Dwi jika covid 19 atau virus Corona ini nyata adanya. Jika memang menemukan kondisi kesehatan yang berubah, misalnya dengan tubuh yang tiba-tiba demam tinggi, kehilangan penciuman atau bahkan kehilangan indera perasa di lidah, sebagai masyarakat yang baik harusnya langsung berkonsultasi ke dokter.
Tentu saja agar tingkat kepercayaan masyarakat terhadap covid 19 ini bisa naik, para publik figur harus bertindak. Jangan malah mengambil informasi hoax dari sumbernya tidak akurat dan tidak mempunyai kajian ilmu yang tidak diakui.
Dokter umum Puskesmas Dompu Timurt TB laela Soraya juga menemukan hal yang sama walaupun berada di daerah gajian namun ia mengatakan bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang tidak peduli dengan covid- 19.
kebanyakan alasan dari masyarakat yang tidak peduli adanya covid 19 adalah karena takut keluarganya dikucilkan apabila dalam proses tracing harus dilakukan isolasi.
Padahal sebelumnya wakah isolasi ini sendiri berguna untuk meminimalisir adanya penyebaran covid-19 di sekitar lingkungan tempat tinggal korban yang terkena covid-19 tersebut.
Kepercayaan publik pada dokumentasi juga ikut menurun. Bahkan korona juga membuat tingkat kepercayaan publik terhadap demokrasi juga ikut menurun. Di mana hasil survei nasional Saiful Mujani Research And Consulting atau SMRC mengatakan jika kepercayaan masyarakat terhadap jalannya demokrasi menurut di masa pandemi covid 19 ini.
hasil survei menunjukkan jika hanya 67% masyarakat yang puas dengan jalannya demokrasi di tengah pandemi covid 19. sementara itu sisanya tidak puas atau kurang puas dengan jalannya demokrasi di era pandemi covid 19.
kemungkinan covid 19 menjadikan komplikasi komplikasi pada pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah sehingga banyak masyarakat yang menilai pesimis atau kurang puas terkait pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah.
Pendiri dari SMRC yakni Saiful Mujani mengatakan jika penurunan kepuasan masyarakat terhadap demokrasi di era pandemi covid 19 adalah hal yang wajar karena banyak juga terjadi di negara-negara lain seperti Filipina dan India.
Hal ini sendiri terjadi karena langkah pemerintah dalam rangka menangani demokrasi dinilai masyarakat tidak demokratis, ditambah lagi dengan kondisi penurunan ekonomi serta keamanan.
Sebenarnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap demokrasi bisa dibilang tergolong masih besar. Tapi tingkat kepercayaan ini bisa saja terus menurun apabila potensi krisis ekonomi tidak bisa segera ditangani dengan baik.
Jika kinerja presiden dan pemerintah, keamanan, kondisi politik serta ekonomi semakin memburuk.
Hal tersebutlah yang membuat merosotnya komitmen dan dukungan untuk demokrasi.