Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gebrakan di Awal, Konsisten untuk Inkonsisten?

3 Februari 2025   21:50 Diperbarui: 3 Februari 2025   21:59 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Apa yang sudah anda rencanakan di awal tahun? Ketika tahun 2024 sudah berakhir, pasti banyak yang berharap untuk melakukan hal-hal yang lebih baik di tahun 2025. Resolusi. Terbayang sejak tanggal satu di bulan awal tahun 2025, semangat membara untuk mewujudkan harapan. Eitsss, sudahkah terwujud?

Tanpa sadar, ini mungkin hari pertama kita masuk kerja di bulan kedua tahun 2025. Saya cukup kaget, ternyata harus membalikkan kalender di meja untuk bulan baru. Sementara, melihat ke bulan sebelumnya, belum terasa langkah-langkah untuk mewujudkan resolusi.

Bahkan, setengah bercanda dengan rekan sekantor, tak terasa kita sudah melewati dua tahun baru sekaligus. Tahun Baru Masehi dan Tahun Baru Imlek 2025. Apakah hari-hari yang begitu cepat berlalu? Atau kalender yang cukup memerah (e-nya pepet) di awal tahun ini? Sehingga long weekend bisa dilanjut menjadi longer weekend, dengan pengorbanan dua hari cuti?

Ah, tetap ternyata sehari masih dua puluh empat jam dan belum ada manusia di bumi yang dapat extra time. Meski punya harta dan kuasa sebesar apapun, tidak bisa beli waktu. Seperti film In Time yang tayang 2011, waktu diperjualbelikan, namun tetap terbatas.

Balik ke semangat di awal tadi, kita pun sedang menyaksikan para punggawa negeri ini sedang mempertontonkan sebuah gebrakan. Di awal masa kepemimpinan rezim baru, semua strata kepemimpinan yang dibawahi oleh presiden diminta untuk menjalankan janji-janji kampanye.

Dari sekian banyak isu yang meluas, kita ambil satu contoh bagaimana program makan bergizi gratis sudah mulai dilaksanakan secara serentak. Bukan sulap, bukan sihir, tapi abrakadabra, di banyak sorot media, pelaksanaannya bisa dikatakan berhasil. Tentu masih ada kekurangan sana sini. Tapi ingat, gebrakan awal pasti begitu menggoda.

Satu contoh lagi, yang bila dikait-kaitkan, ada korelasi dengan program yang disebut sebelumnya adalah bagaimana anggaran dipangkas hingga satuan sembilan. Satuan sembilan katanya merupakan satuan terkecil dalam klasifikasi anggaran. Dan dampaknya, banyak sekali, dapat berupa penghapusan tenaga honorer, pengurangan fasilitas pejabat (mis: diminta untuk naik transportasi umum), pengeluaran rutin yang diperketat (mis: anggaran rapat di hotel, dsb.), dan masih banyak dampak lain.

Tapi belum kedengaran dampak adanya pemangkasan gaji dan tunjangan bagi para pejabat. Bahkan ternyata, masih ada pengecualian untuk beberapa instansi. Misalnya kementerian pertahanan, kepolisian, dan legislator. Saran saya, untuk yang lembaga parlemen, sebaiknya mengajukan inisiatif pemangkasan anggaran terutama gaji dan tunjangan, hitung-hitung untuk mengambil hati para konstituennya. Ingat, ini bisa jadi gebrakan oleh para wakil rakyat.

Begitulah betapa gebrakan di awal, bila dirasa berpihak kepada kepentingan rakyat, bisa memberikan kesan positif terhadap kepemimpinan rezim saat ini. Dan, alangkah baiknya bila gebrakan di awal tersebut, konsisten hingga akhir kepemimpinan, dan bahkan, syukur-syukur bisa lanjut periode selanjutnya.

Namun, sedikit mengingatkan, kepemimpinan sebelumnya juga terasa gebrakannya. Ya, setidaknya rajin menyapa masyarakat kecil, bahkan blogger semenjana seperti kita-kita (eh, saya saja sepertinya) bisa menginjak istana negara. Berbagai macam gebrakan lain yang dilakukan, bisa menarik simpati hingga rakyat mempercayakan untuk periode kedua. Dan berujung kepada suksesi yang hingga kini diwarnai gonjang-ganjing.

Terkait konsistensi, setiap orang memang perlu untuk terus belajar. Esuk tempe, sore dele. Pitutur Jawa yang memberikan gambaran kehidupan manusia. Konsisten untuk inkonsisten. Apalagi kalau sudah bicara kuasa. Seringnya kita hanya bisa geleng-geleng.

Ya sudah, tak usah urus orang lain. Kita urus diri sendiri aja yuk! Terus belajar konsisten yang benar-benar konsisten. Meski sulit, bukan mustahil. Meski sakit, tapi tidak mematikan. Setidaknya kita menyemai "peace of mind" dalam diri kita masing-masing.  

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun