Suatu siang, ketika perjalanan melintas daerah padat kendaraan, tiba-tiba truk di depan berhenti mendadak. Tentu refleks saya juga kaget, ikut rem tapi tidak mendadak, karena cukup menjaga jarak.
Namun naas, sebuah kendaraan umum berpenumpang di belakang, sepertinya baru menyalip, berhenti mendadak, terlihat persis di spion kiri saya. Hampir menyentuh bagian belakang, supir lalu banting stir menjauhi mobil, ke arah badan jalan. Dan ternyata beda tinggi, sehingga terbalik. Masuk ke pekarangan warga.Â
Syukur tidak ada korban jiwa, tapi tetap saja ada kerugian. Setidaknya waktu terbuang dan trauma yang mungkin bisa timbul. Sambil geleng-geleng dalam hati, kenapa pak supir tidak berhati-hati. Dia kan sudah makan aspal dengan asam garam.Â
Peringatan untuk selalu berhati-hati dalam berlalu lintas memang harus ditanamkan setiap saat. Apalagi bagi orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya berlalu lintas. Karena dalam hitungan detik saja, kecelakaan bisa terjadi. Kalau sudah terjadi, hanya penyesalan yang terjadi.Â
Ingat, kebanyakan kecelakaan terjadi di jalan raya. Mulai dari risiko sedang, hingga yang fatal. Oleh karenanya, tidak ada alasan lagi untuk bertindak semaunya saat berlalu lintas di jalan.Â
Nah, untuk bisa selalu selamat di perjalanan, sebenarnya harus melibatkan semua pihak. Namun, terutama bagi pengguna jalan, tanpa terkecuali. Entah berkendara maupun pejalan kaki.Â
Hari sial memang tidak ada di kalender, tapi upaya untuk hati-hati harusnya bisa menghindari risiko. Atau sedikitnya, mengurangi dampak risiko yang lebih besar.Â
Di sebuah persimpangan, mobil di depan langsung masuk ke jalan protokol. Cukup berani dan tiba-tiba. Beruntung saya cukup menjaga jarak, sehingga sedikit rem mendadak.Â
Namun, sial lagi, sebuah sepeda motor, kecepatan cukup tinggi, rem mendadak kehilangan kontrol, lalu menabrak bagian belakang mobil tersebut. Pengendara motor, pasangan suami istri setengah baya, terjatuh. Menunjuk ke arah si mobil, si mobil malah pergi melenggang kangkung.Â
Dalam kurun beberapa hari, saya merasakan bahwa sikap kehati-hatian berlalu lintas memang harus terus dibudayakan. Setidaknya, konsentrasi ketika berkendara fokus sepenuhnya kepada kondisi lalu lintas di sekitar kita.Â
Konsentrasi ini juga mencakup penguasaan terhadap kendaraan yang kita kendarai. Sering juga, karena meminjam kendaraan, kita merasa cukup mampu untuk berkendara, padahal kebiasaan untuk masing-masing kendaraan bisa berbeda. Perlu adaptasi, setidaknya familiarisasi.Â
Saat ini, konsentrasi berkendara seringkali juga dipengaruhi oleh gawai yang kita gunakan. Meski beralasan hanya sebentar untuk memeriksa notifikasi, namun dampaknya bisa berbeda ketika berada pada kondisi jalan berintensitas tinggi, baik dari volume maupun kecepatan tiap-tiap kendaraan. Hitungan detik, bisa berdampak fatal.Â
Oleh karena itu, sebelum pergi, baik berkendara maupun tidak, tetaplah berhati-hati. Bagaimana praktisnya? Konsentrasi pada kendaraan dan kondisi lalu  lintas sekitar kita.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI