Tak berapa lama, saya baru berdiskusi dengan rekan kerja yang mengurusi teknologi informasi di kantor. Selalu ada kendala ketika ingin mengirimkan surat elektronik (surel) ke pihak luar, terutama yang menggunakan domain google.
Kendala itu sangat menghambat aktivitas karena banyak keperluan untuk pekerjaan yang mengharuskan untuk penggunaan alamat surel milik institusi. Namun ternyata, domain milik institusi tersebut diblokir oleh pihak google.
Menurut rekan tersebut, hal itu bermula dari banyaknya akun sesama pegawai yang menyebarkan spam. Biasanya setelah pegawai tersebut mengklik tautan dalam sebuah email spam karena rasa penasaran dengan isinya.Â
Setelah itu, akun email tersebut akan menyebarkan spam ke kontaknya, sehingga menurut google, domain tersebut adalah penyebar spam. Dan hal itu berdampak bagi semua akun email yang tidak bisa mengirim email ke luar, terutama google.
Saya sedikit mengernyitkan dahi dengan kondisi tersebut. Beberapa rekan tersebut bukan tidak memahami dampak spam yang bisa mengarah kepada phising, skimming, cracking, dan penipuan jenis lainnya.Â
Mereka bahkan lulusan dari bidang teknologi komputer, sistem informasi, informatika, rekayasa perangkat lunak, dan ilmu sejenisnya. Namun, mereka pun bisa terjebak dengan informasi yang tersaji di depan mereka.
Oleh karena itu, di awal, sudah ditekankan bahwa seringkali penipu menyebarkan informasi yang berisi konten negatif/hoaks/iming-iming untuk memanfaatkan kelalaian para pengguna media tersebut.
Banjirnya arus informasi, aktivitas yang padat, ketidakcakapan mengelola gawai, menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kelalaian. Alhasil, dampaknya tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga merambat ke orang lain.
Sehingga, penting untuk mengedepankan literasi digital alias kecakapan untuk memanfaatkan segala hal yang berhubungan dengan dunia digital/maya dengan bijak.Â
Literasi digital dasar (literasi digital 101) yang terpenting saat ini adalah tidak merespon sesuatu yang tidak dikenal.Â
Bersikaplah 'bodoh amat' terhadap iming-iming berhadiah, investasi rendah imbal balik tinggi, konten negatif, hoaks, dan sebagainya. Dijamin hal ini bisa menghindarkan kita dari penipuan maupun kejahatan digital lainnya.