Koalisi partai untuk menghadapi pemilihan presiden (pilpres) tahun 2024, masih sangat-sangat cair. Sejauh ini, ada tiga koalisi yang sudah terbentuk: Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP), Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra dan PKB), dan Koalisi Perubahan (Demokrat, Nasdem, PKS).
Uniknya, PDI Perjuangan, dengan kepastian tiket capres yang dimilikinya, malah belum deklarasi untuk pembentukan koalisi. Mereka menyebut masih membuka komunikasi untuk membentuk kerjasama, terutama setelah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (bacapres).
PDI Perjuangan telah menjadi poros utama menjelang pilpres 2024. Meski begitu, setiap partai juga tetap berkalkulasi untuk membagi energi dalam menghadapi pemilihan legislative (pileg) 2024. Pemilihan umum 2024 yang serentak akan memilih presiden dan anggota legislatif ini membuat setiap partai harus matang menetapkan strategi.
Sejauh ini, gembar-gembor bacapres yang sudah ramai didominasi oleh tiga tokoh: Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Yang kemudian menjadi menarik adalah bagaimana setiap bacapres memilih pendamping sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres).
Desas-desus yang paling menarik sejauh ini muncul dari Koalisi Perubahan yang akan mengusung Anies Baswedan sebagai bacapres. Dari ketiga partai yang tergabung, disinyalir bahwa Demokrat sangat berambisi untuk mengajukan Ketua Umum (ketum), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk mendampingi Anies sebagai bacawapres.
Kesepakatan belum diambil. Kondisi internal Koalisi Perubahan semakin cair, bahkan sepertinya cenderung akan menguap alias bubar. Penentuan bacawapres untuk Anies Baswedan menjadi titik kritis apakah koalisi akan berlanjut atau tidak.
Nah, di sisi lain, masing-masing partai politik (parpol) akan selalu mencari titik ekuilibrium ketika akan membangun kerjasama. Pertimbangan untung (benefit)Â dan rugi (cost) akan selalu menjadi pertimbangan utama setiap parpol.
Teranyar, PDI Perjuangan sedang membuka komunikasi dengan Partai Demokrat ketika Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto bertemu dengan Sekjen Demokrat, Teuku Riefky Harsya pada Minggu (11/6) di sebuah restoran kawasan Blok M, Jakarta.
Pertemuan itu bisa jadi menjadi pendahulu untuk rencana pertemuan berikutnya antara Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani dan Ketum Demokrat, AHY. Hal ini menjadi sangat menarik karena sejarah relasi PDI Perjuangan dan Partai Demokrat dalam kurun 20 tahun terakhir diketahui selalu diametral, terpisah.
Selain itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga mendukung adanya pertemuan tersebut. "Pertemuan yang berangkat dari niat baik, tujuan yang baik, membahas masalah-masalah bangsa, tentu ada gunanya", ungkap SBY pada Minggu (11/6) di Kawasan GBK, Jakarta.