Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Merdeka Belajar: Pembelajaran Berkualitas dan Layanan yang Inklusif

29 Mei 2023   18:58 Diperbarui: 29 Mei 2023   19:03 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa, Program Merdeka Belajar telah memasuki episode ke-24 di tahun 2023 ini. Sejak diluncurkan pada tahun 2020, Program Merdeka Belajar telah menjadi tonggak sejarah untuk perbaikan Pendidikan di Indonesia.

Meskipun diluncurkan dalam beberapa episode, Suharti, Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menegaskan bahwa Program Merdeka Belajar merupakan sebuah usaha yang utuh untuk meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.

Hal itu semakin menguatkan komitmen Kemendikbudristek untuk bisa mengatasi masalah Pendidikan, terutama dalam tiga hal utama: literasi, numerasi, dan karakter. Dan tentu, ini bukan pekerjaan yang mudah, semua pihak diajak untuk bekerjasama dalam mewujudkan pembelajaran yang berkualitas dan layanan yang inklusif dalam Pendidikan.

Mendengar hal itu, sejenak pikiran saya melayang ketika turut menyaksikan secara daring Episode 2 Program Merdeka Belajar di tahun 2020. Kampus Merdeka. Begitu judul dari peluncuran Program Merdeka Belajar yang menyasar secara khusus kepada Pendidikan Tinggi.

Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) begitu judul program ini di kalangan Pendidikan tinggi (dikti). Secara jujur, semangat MBKM memang bisa dipahami, namun tidak gampang untuk bisa mengadopsi dan melakukan implementasi di masing-masing kampus/perguruan tinggi.

Sulit, ya! Namun, tidak mustahil. Adaptasi dan penyesuaian (adjustment) berlangsung secara on the go. Di awal peluncuran MBKM, ada 8 kegiatan yang ditawarkan, yaitu: (1) pertukaran pelajar,  (2) magang/praktik kerja di industri, (3) asistensi mengajar di satuan pendidikan, (4) penelitian/riset,  (5) proyek kemanusiaan,  (6) kegiatan wirausaha, (7) studi/proyek independen, (8) kuliah kerja nyata tematik (KKNT)/membangun desa.

Dari delapan kegiatan tersebut, kampus harus bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing. Tentu, diawali dengan sebuah komitmen masing-masing pimpinan perguruan tinggi dan dinyatakan dalam kebijakan di masing-masing perguruan tinggi.

Setelah itu, rangkaian sosialisasi berjalan marathon, dari level kementerian, perguruan tinggi, hingga ke setiap program studi, maupun satuan pelaksana kurikulum. Terasa sekali kegamangan, kekagetan, kebingungan, dan segala macam keresahan.

Bila saat ini, Program Merdeka Belajar telah sampai ke episode 24, menjadi bukti bahwa Kemendikbudristek sangat serius untuk mengawal program ini. Dan itu juga yang membawa perguruan tinggi terimpartasi dan para mahasiswa pun turut merasakan semangat baru dalam penyelenggaraan Pendidikan tinggi.

Semangat itu juga yang membuat saya sebagai pendidik untuk ikut mengambil bagian dalam memberikan kemerdekaan belajar bagi mahasiswa yang dipercayakan kepada saya. Dalam beberapa tahun berjalannya program MBKM yang kami coba ikuti, Magang/Praktik Kerja memang menjadi kegiatan yang paling banyak diminati oleh mahasiswa dan bisa menampung banyak mahasiswa sekaligus.

Ada beberapa perusahaan yang kami hubungi untuk menjadi mitra pelaksanaaan magang industri. Sejak tahun 2021 hingga tahun 2023, perusahaan tersebut telah menjadi mitra yang setia bagi kami. Bahkan, selain menampung mahasiswa yang magang, perusahaan tersebut juga merekrut beberapa mahasiswa yang tertarik untuk bekerja di sana setelah mereka lulus kuliah.

Ini merupakan salah satu dampak MBKM yang bisa membuat link & match antara perguruan tinggi dan industri. Dengan pengalaman kerja sebelumnya, mahasiswa yang kemudian menjadi alumni sudah dinyatakan siap bekerja sesuai dengan bidang yang menjadi core business dari perusahaan tersebut.

Nah, selain itu, program lain yang sedang berjalan dan kebetulan saya menjadi supervisor untuk mahasiswa yang mengambil program MBKM adalah Living Lab. Ketika mendapatkan informasi tentang kegiatan ini, saya langsung menawarkan kepada mahasiswa/i yang berminat. Dan ternyata ada banyak yang berminat.

Kunjungan Lapangan Living Lab di Humbang Hasundutan (sumber: dokumentasi pribadi)
Kunjungan Lapangan Living Lab di Humbang Hasundutan (sumber: dokumentasi pribadi)

Apa itu Living Lab?

Menurut MIT Office of Sustainability, the living lab concept may be thought of as a variant of the experiential learning model that involves concrete experience followed by observation, reflection and the formation of new concepts and testing in new situations. Dengan kata lain, Living Lab menjadi sebuah model pembelajaran yang langsung dalam sebuah situasi nyata dengan menerapkan observasi, refleksi dan formasi sebuah konsep baru.

Konsep ini mungkin masih asing di Indonesia, karena pada umumnya ketika berbicara pembelajaran di lab, kita langsung membayangkan gedung laboratorium yang akan menjadi tempat belajar, berisi segala peralatan yang dibutuhkan. Namun dengan Living Lab, pembelajaran dibawa menjadi lebih nyata di laboratorium hidup (living lab) alias kondisi nyata di sekitar kita.

Dalam kegiatan Living Lab ini, tergabung tiga kampus: IT Del, Bakrie University, Saxion University of Applied Sciences dan dua perusahaan: CHAMP & Calbee Wings Food. Topik dari kegiatan ini adalah Living Lab Sustainable Food Systems, sebuah usaha untuk mendukung program lumbung pangan (Food Estate) yang dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara.

Sejauh ini, kami sudah melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau langsung 'living lab' yang akan menjadi tempat kami untuk belajar dalam satu semester. Sebagai pendamping, saya bisa melihat antusiasme mahasiswa ketika bisa melihat langsung lokasi lahan, berbincang dengan petani dan pengelola kawasan, dan bahkan bisa berdiskusi dengan mahasiswa lain di luar daerah bahkan di luar negeri.

Kegiatan Living Lab ini masih sedang berjalan. Melalui pertemuan daring dan platform Kriya, setiap mahasiswa masih saling bertukar pikiran, pengetahuan, bahkan mungkin keluh kesah untuk bisa menghasilkan solusi bagi pengembangan lumbung pangan di Humbahas.

Mahasiswa berbagi ide, pendapat, dan analisis dalam Program Living Lab (sumber: dokumentasi pribadi)
Mahasiswa berbagi ide, pendapat, dan analisis dalam Program Living Lab (sumber: dokumentasi pribadi)

Setelah beberapa kali pertemuan daring bersama mahasiswa di Indonesia dan Belanda, saya mengamati bahwa kualitas mahasiswa Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan negara lain. Bagaimana mahasiswa melakukan pengamatan, menyampaikan pertanyaan, dan bahkan menjawab pertanyaan, membuktikan bahwa kualitas mahasiswa Indonesia cukup bersaing.

Mungkin, kendala komunikasi saja yang seringkali merintangi mahasiswa Indonesia untuk bisa bersaing dengan mahasiswa asing. Selebihnya, kita harus optimis bahwa mahasiswa Indonesia akan semakin berkualitas bila dikelola dengan program pembelajaran yang berkualitas pula.

Living Lab bisa menjadi pilihan untuk kampus/perguruan tinggi lain, atau bahkan sekolah (khususnya vokasi) untuk bisa mendukung program Merdeka Belajar. Living Lab ini bisa dimulai dari masalah-masalah yang ada di sekitar sekolah, kampus, maupun daerah tempat tinggal kita.

Terima kasih untuk Program Merdeka Belajar yang telah membuka sekat-sekat pembelajaran yang terbatas hanya di lingkungan Pendidikan dan hanya oleh para pendidik. Program Merdeka Belajar menjadi tonggak untuk tetap bisa menyediakan pembelajaran yang berkualitas dengan layanan yang inklusif. Merdeka Belajar untuk Belajar Merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun