Ada beberapa perusahaan yang kami hubungi untuk menjadi mitra pelaksanaaan magang industri. Sejak tahun 2021 hingga tahun 2023, perusahaan tersebut telah menjadi mitra yang setia bagi kami. Bahkan, selain menampung mahasiswa yang magang, perusahaan tersebut juga merekrut beberapa mahasiswa yang tertarik untuk bekerja di sana setelah mereka lulus kuliah.
Ini merupakan salah satu dampak MBKM yang bisa membuat link & match antara perguruan tinggi dan industri. Dengan pengalaman kerja sebelumnya, mahasiswa yang kemudian menjadi alumni sudah dinyatakan siap bekerja sesuai dengan bidang yang menjadi core business dari perusahaan tersebut.
Nah, selain itu, program lain yang sedang berjalan dan kebetulan saya menjadi supervisor untuk mahasiswa yang mengambil program MBKM adalah Living Lab. Ketika mendapatkan informasi tentang kegiatan ini, saya langsung menawarkan kepada mahasiswa/i yang berminat. Dan ternyata ada banyak yang berminat.
Apa itu Living Lab?
Menurut MIT Office of Sustainability, the living lab concept may be thought of as a variant of the experiential learning model that involves concrete experience followed by observation, reflection and the formation of new concepts and testing in new situations. Dengan kata lain, Living Lab menjadi sebuah model pembelajaran yang langsung dalam sebuah situasi nyata dengan menerapkan observasi, refleksi dan formasi sebuah konsep baru.
Konsep ini mungkin masih asing di Indonesia, karena pada umumnya ketika berbicara pembelajaran di lab, kita langsung membayangkan gedung laboratorium yang akan menjadi tempat belajar, berisi segala peralatan yang dibutuhkan. Namun dengan Living Lab, pembelajaran dibawa menjadi lebih nyata di laboratorium hidup (living lab) alias kondisi nyata di sekitar kita.
Dalam kegiatan Living Lab ini, tergabung tiga kampus: IT Del, Bakrie University, Saxion University of Applied Sciences dan dua perusahaan: CHAMP & Calbee Wings Food. Topik dari kegiatan ini adalah Living Lab Sustainable Food Systems, sebuah usaha untuk mendukung program lumbung pangan (Food Estate) yang dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Provinsi Sumatera Utara.
Sejauh ini, kami sudah melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau langsung 'living lab' yang akan menjadi tempat kami untuk belajar dalam satu semester. Sebagai pendamping, saya bisa melihat antusiasme mahasiswa ketika bisa melihat langsung lokasi lahan, berbincang dengan petani dan pengelola kawasan, dan bahkan bisa berdiskusi dengan mahasiswa lain di luar daerah bahkan di luar negeri.
Kegiatan Living Lab ini masih sedang berjalan. Melalui pertemuan daring dan platform Kriya, setiap mahasiswa masih saling bertukar pikiran, pengetahuan, bahkan mungkin keluh kesah untuk bisa menghasilkan solusi bagi pengembangan lumbung pangan di Humbahas.
Setelah beberapa kali pertemuan daring bersama mahasiswa di Indonesia dan Belanda, saya mengamati bahwa kualitas mahasiswa Indonesia tidak kalah dibandingkan dengan negara lain. Bagaimana mahasiswa melakukan pengamatan, menyampaikan pertanyaan, dan bahkan menjawab pertanyaan, membuktikan bahwa kualitas mahasiswa Indonesia cukup bersaing.