Mau Traveling pun Harus Persiapan, Lho!

Kejenuhan menjalani rutinitas membuat orang butuh rekreasi. Rekreasi yang bisa membuat healing, ya traveling, karena transform live dan healing! Hehe 

Di masa pandemi seperti ini, tentu perjalanan wisata alias traveling menjadi terbatas. Namun, Mas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno sudah memastikan bahwa aktivitas pariwisata tetap bisa dilakukan asal menerapkan protokol kesehatan yang ketat. 

Oiya, Mas Menteri juga menyarankan beberapa tempat yang bisa dikunjungi sebagai tujuan traveling yang bikin healing lho. Destinasi tersebut membantu untuk penyembuhan rohani, lebih dari sekedar penyembuhan fisik (wellness). Lombok menjadi yang pertama, ini karena pemandangan alam yang eksotis, suasana pedesaan yang nyaman dan menenangkan. 

Selanjutnya adalah Borobudur, candi di Magelang, Jawa Tengah ini menyimpan cerita sejarah yang menarik. Saat mengunjunginya bisa dimanfaatkan untuk menikmati ketenangan dan keindahan alam sekitarnya, sambil berolahraga yoga maupun berdiam diri mengambil saat refleksi diri. 

Bila ingin ke arah barat Indonesia, Danau Toba bisa menjadi pilihan utama, dengan pemandangan alam terindah dari segala sisi dan potensi alamiah lainnya: air panas di Sipoholon, berenang di danau, serta segala atraksi lain yang komplit paketnya.

Mandalika di Nusa Tenggara Barat pun tak ketinggalan dengan eksotisme pantai pasir putih di tengah suasana ombak dan angin yang berhembus sejuk dikelilingi perbukitan hijau. Tak lupa mengunjungi sirkuit balap motor kelas internasional di sana. Kita akan pulang dengan semangat untuk meraih juara di tempat kita.

Bergerak kearah Nusa Tenggara Timur, Labuan Bajo menawarkan destinasi  untuk trekking di bukit, lalu menikmati matahari terbit serta pemandangan tiga warna yang eksotis. Sungguh menghilangkan penat dan jiwa raga kita healing seketika.

Nah, biasanya sebelum mengunjungi tempat-tempat tersebut, kita tentu harus membuat persiapan yang matang. Kita harus punya gambaran akan destinasi yang akan kita tuju. Di era digital saat ini, persiapan untuk traveling bisa dilakukan dengan mudah melalui internet. Browsing/surfing di internet baik melalui situs web maupun media sosial membuat kita bisa menemukan apa yang sesuai dengan kebutuhan kita pada saat traveling.  

Persiapan tersebut biasanya saya lakukan di rumah dengan memanfaatkan koneksi internet yang terbaik. Kalau soal pemilihan internet terbaik di rumah, pastikan bahwa promosi yang ditawarkan oleh penyedia jasa sesuai dengan kenyataan dan tentunya menjawab kebutuhan kita.

Pada prinsipnya, jangan sampai mudah terkecoh dengan promo murah yang ditawarkan  oleh penyedia jasa, tetapi ternyata layanannya jauh dari yang diharapkan. Menurut Don Rozano, Direktur Enciety Business Consult, yang dikutip dari detikinet sudah saatnya pelanggan lebih peka dan peduli atas pilihan paket internetnya, jangan sampai pengalaman dalam menggunakan layanan internet tidak sesuai dengan yang ditawarkan oleh penyedia jasa.

Bagi penyedia jasa internet, terutama provider fixed broadband, tantangan yang dihadapi adalah menjawab kebutuhan pelanggan sesuai paket yang dilanggan dan meminimalisir keluhan pelanggan sekecil mungkin.

Rilis Indonesia Mean Speeds oleh Ookla pada Desember 2021 menunjukkan bahwa kecepatan rata-rata unggah (upload) di Indonesia mencapai 19.7 Mbps, sementara untuk unduh (download) mencapai 30.7 Mbps. Rasio nya 1:2, dengan rata-rata latency sebesar 17,0 milisekon.

Untuk mendalami hasil riset tersebut, Enciety Business Consult melakukan Direct Observation di delapan kota besar di Indonesia, meliputi Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar. Hasilnya, ada lima penyedia jasa yang memiliki persentase throughput performance yang terbaik. Kelima provider tersebut adalah IndiHome (102 persen), My Republic (96 persen), CBN (84 persen), Oxygen (82 persen) dan Firstmedia (80 persen).

Khusus di Jakarta, berdasarkan direct observation awal Februari 2022 ini, dari segi kecepatan download, Paket 85 Mbps Biznet, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan sebesar 30.2 Mbps dengan throughput 36 persen. 

Diikuti paket 50 Mbps MyRepublic pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 44.2 Mbps dengan throughput 88 persen. Sedangkan untuk IndiHome, dominan pelanggan masih berlangganan paket 20 Mbps ke bawah, hasilnya rata-rata kecepatan download 20.6 Mbps dengan throughput 103%. 

Selain melakukan pengukuran terhadap kecepatan download dan upload.  Dilakukan juga pengukuran latency -waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu data sampai ke tujuan dalam satuan milisecond (ms).  Semakin rendah angkanya, bahkan menuju nol, artinya semakin baik.

Hasilnya adalah tiga provider menempati peringkat latency terbaik (2.0 ms) yakni IndiHome, MNC Play, dan MyRepublic. Selanjutnya adalah Biznet (3.0 ms), Oxygen (3.0 ms), Iconnet (4.0 ms), XL Home (4.0 ms), First Media (13.0 ms), dan CBN (15.0 ms). 

Dari rilis tentang parameter layanan internet tersebut, menurut saya pilihan saya sejauh ini adalah IndiHome sebagai internet terbaik. Dan benar, ketika saya mempersiapkan rencana traveling, saya bisa dengan leluasa berselancar untuk menjelajahi rute, tujuan, penginapan, makanan khas, maupun atraksi budaya yang menarik selama akan melakukan traveling.

Bahkan, sering juga saya ikut acara bincang daring ala Koteka melalui aplikasi video meeting, Zoom. Dan lagi, tidak ada kendala yang menghambat selama mengikuti acara karena pilihan saya atas layanan dari provider terbaik tersebut. Rencana traveling sudah menumpuk karena banyak informasi yang sangat berharga selama mengikuti sharing dari para narasumber yang kebanyakan adalah duta besar negara sahabat.

Pun bila ada kebutuhan lain yang berkaitan dengan koneksi internet, meski tinggal di rumah, kita tetap bisa melakukan aktivitas tanpa batas. Video call dengan keluarga atau sahabat, menonton film, atau bahkan hanya sekedar ingin scrolling sosial media demi mencari hiburan, tetapkan pilihan pada internet terbaik.

Mengutip kembali hasil penelitian di atas, Don menekankan bahwa setiap pelanggan harus dipastikan memilih provider yang tepat, bukan yang iming-iming (over promise), namun tidak sesuai (under deliver).