Setelah asyik menikmati keindahan Danau Toba baik dari kejauhan maupun langsung di tepi danau, para pengunjung mungkin akan terasa lapar dan butuh waktu untuk beristirahat. Waktu istirahat tersebut dapat dimanfaatkan untuk menikmati sajian makan khas Danau Toba.Â
Sajian makanan khas seperti daging panggang khas, sangsang (daging bumbu khas), ikan panggang dengan sambal khas, ikan mas arsik, naniura (sashimi ala batak), dali ni horbo (susu kerbau yang dikoagulasi), dan lain-lain, bisa menjadi menu utama untuk dinikmati para pengunjung.
Bila memungkinkan para pengunjung bisa menikmati pertunjukan cara pembuatan makanan khas yang disajikan secara langsung. Untuk menambah keseruan, pengunjung bahkan bisa ditawarkan melakukan aktivitas memasak bersama untuk merasakan pengalaman unik selama mengunjungi Danau Toba.
Bila pun sudah sangat kelelahan, para pengunjung bisa tinggal duduk tenang menikmati makanan sajian khas diiringi dengan senandung para penyanyi lokal yang biasanya dilantunkan dalam nada-nada tinggi diselingi harmoni sopran tenor. Keindahan lagu-lagu tersebut menguatkan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Apalagi sebelum dinyanyikan, biasanya ada cerita pengantar tentang arti maupun kisah yang disampaikan pada lagu tersebut.
Selain lantunan lagu, bisa diselingi dengan penampilan tari-tarian (tortor) khas Batak. Untuk menambah menambah keseruan para penari bisa menarik para pengunjung bisa ikut menari/manortor bersama. Pengunjung tersebut bisa dipandu untuk melakukan gerakan tortor bersama-sama. Pengalaman manortor bersama akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi para pengunjung.
Sambil menikmati keseruan manortor bersama, aktivitas selanjutnya yang bisa dilakukan adalah pemberian cenderamata berupa ikat kepala maupun selendang tenun/ulos khas Batak. Ritual tersebut juga bisa ditambahkan dengan penyampaian pantun khas/umpasa untuk semakin menegaskan unsur budaya yang disajikan selama kunjungan wisata tersebut. Ritual tersebut pun menjadi sarana menyampaikan doa agar para pengunjung selamat dan merasakan berkat (pasu-pasu) selama kunjungan dan setelah meninggalkan Danau Toba.
Aktivitas tersebut menjadi sebuah paket komplit yang sangat potensial dikembangkan di Kawasan Danau Toba. Meski harus juga dipahami bahwa dari tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, setiap daerah akan memiliki ciri masing-masing. Namun, hal itu justru menjadi kekayaan budaya di kawasan Danau Toba.
Pemikiran tentang paket komplit di atas muncul ketika saya menjadi peserta acara International Conference Heritage of Toba: Natural and Cultural Diversity yang dilangsungkan secara hybrid pada tanggal 14 Oktober 2021. Acara tersebut dilangsungkan dari TB Silalahi Center, Balige, Kabupaten Toba dan diikuti oleh ratusan peserta secara daring melalui Zoom Meeting.
Konferensi internasional ini diadakan atas kerjasama antara Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) dengan Kompas untuk membantu pengembangan produk pariwisata di Danau Toba. Konferensi internasional ini diadakan untuk menguatkan status Danau Toba sebagai sebuah destinasi kelas dunia melalui pengakuan UNESCO Geopark Global sejak 2 Juli 2020.