Rencana pengembangan lumbung pangan di Kawasan Danau Toba akan dimulai dari Kabupaten Humbang Hasundutan, di desa Siria-ria. Luas lahan yang menjadi prioritas adalah seluas 1.000 hektare. Luas keseluruhan lahan yang akan dijadikan food estate di Kabupaten Humbang Hasundutan ini direncanakan sekitar 23.225 hektare.
Selain Kabupaten Humbang Hasundutan, pengembangan food estate di Kawasan Danau Toba juga akan dilakukan di Kabupaten Tapanuli Utara seluas 16.883 hektare, Kabupaten Tapanuli Tengah seluas 12.665 hektare dan Kabupaten Pakpak Bharat seluas 8.329 hektare. Jumlah total keseluruhan luas lahan yang akan dijadikan food estate di Kawasan Danau Toba ini direncanakan sekitar 61.042 hektare hasil konversi dari hutan lindung.
Rencana pengembangan lumbung pangan di Provinsi Sumatera Utara ini selain melibatkan pemerintah daerah untuk penyediaan lahan, juga mengundang pihak swasta yang diharapkan menjadi offtaker ke depan. Sejauh ini, ada beberapa pihak swasta yang tertarik berinvestasi untuk pengembangan food estate, di antaranya PT Indofood, PT Calbee Wings, PT Champ, PT Semangat Tani Maju Bersama, PT Agra Garlica, PT Agri Indo Sejahtera, dan PT Karya Tani Semesta.
Tidak hanya berhenti di kerjasama antara pemerintah dan swasta (public private partnership), pengembangan lumbung pangan ini juga melibatkan institusi pendidikan tinggi. Peran penelitian dan pengembangan akan dikembangkan oleh institusi ini melalui rencana pengembangan Taman Sains, Teknologi Herbal dan Horti (TSTH2). Taman sains tersebut akan menjadi pusat riset dan rekayasa tanaman herbal dan holtikultura, serta sentra produksi bibit unggul untuk food estate di Sumatera Utara.
TSTH2 diharapkan dapat meningkatkan pengembangan tanaman pangan dan obat/herbal berstandar internasional. Untuk itu akan dibangun fasilitas laboratorium untuk pengujian in vitro, biologi molekuler, dan sebagainya. Selain itu, pada TSTH2 tersebut akan dikembangkan unit pengolahan teknologi pasca panen, ekstraksi herbal, herbarium, dan sebagainya. Fasilitas tersebut akan memanfaatkan teknologi terbaru dalam bidang pertanian berupa pertanian presisi dan teknologi nano.
Pengembangan TSTH2 tersebut akan melibatkan Institut Teknologi Bandung, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Del, dan juga institusi penelitian: BPPT dan kementrian (Kementerian Pertanian, ATR/BPN, PUPR). Dengan demikian pengembangan food estate ini juga berkontribusi untuk mendorong peningkatan ilmu pengetahuan dalam pengembangan tanaman pangan dan herbal/obat-obatan.
Hingga kini, pengembangan food estate di Kawasan Danau Toba akan berfokus pada budidaya kentang, bawang merah dan bawang putih. Hal ini sejalan dengan potensi lokal dan nilai yang dihasilkan. Selain itu, untuk pengembangan tanaman herbal direncanakan beberapa usulan, diantaranya kemenyan, kapur barus, atsiri, jahe, cengkih, temu lawak, jenang, dan eucalyptus.
Kawasan food estate dan TSTH2 tersebut akan menjadi sentra pengembangan kentang industri dari mulai pembibitan, budidaya, pasca panen dan pemasaran. Selain itu akan muncul sentra utama baru bawang merah di Pulau Sumatera dan bawang putih untuk substitusi impor. Pengembangan tersebut diharapkan mendorong pengembangan ekowisata berbasis agro yang bermanfaat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kawasan Danau Toba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H