Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saring Hoax dengan Berbaman dan Periksa Jusuf Gamla

2 Agustus 2018   08:54 Diperbarui: 3 Agustus 2018   09:29 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Agama berdiskusi dengan Kompasianer untuk melawan hoax (sumber:dokumen pribadi)

Ada sebuah kelekatan emosional yang sangat personal ketika berkaitan dengan SARA. Bila itu diusik, orang akan begitu sangat sensitif. Apalagi bila dikaitkan dengan pilihan politik, kecenderungan saat ini membuat orang sangat sensitif. Bisa dibayangkan efek yang timbul bila kondisi ini terjadi di tahun politik yang sebentar lagi kita hadapi.

Menteri Agama berdiskusi dengan Kompasianer untuk melawan hoax (sumber:dokumen pribadi)
Menteri Agama berdiskusi dengan Kompasianer untuk melawan hoax (sumber:dokumen pribadi)
Andai Aku Menteri Agama

Di era media sosial, setiap isu bisa menjadi hangat bila tidak dikelola dengan baik. Untuk sesuatu yang sifatnya buruk, berita bisa cepat menyebar dan efeknya bisa merugikan banyak pihak. Nah, yang membahayakan adalah berita hoax alias sesuatu hal yang diburuk-burukkan atau berita palsu yang tidak terverifikasi kebenaran, kebaikan, dan kemanfaatannya.

Menteri Agama memiliki peran yang sentral dalam mengelola konten-konten sensitif yang berhubungan dengan agama. Oleh karena itu, seandainya saya sebagai menteri agama, saya akan melakukan hal-hal berikut.

Pertama, saya akan mengelola akun media sosial pribadi saya dan menyebarkan berita-berita positif berkaitan hal-hal yang bersinggungan dengan agama. Saya pun meminta setiap orang yang berada di Kementrian Agama untuk menyebarkan berita-berita positif yang saya sebarkan tersebut.  Dengan demikian, berita positif tersebut menjadi meluas cakupannya.

Kedua, saya harus sering berdiskusi dengan pemuka-pemuka agama yang ada di negeri ini. Setiap kegiatan tersebut dilakukan untuk memupuk rasa kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Semangat untuk membangun bangsa ini tidak bisa dilakukan oleh kalangan agama tertentu. 

Semua agama memiliki peran untuk mengambil bagian dalam pembangunan dan menteri agama adalah milik semua agama dalam konteks bernegara. Oleh karenanya, kehadiran Menteri Agama dalam forum-forum keagamaan menjadi sebuah jembatan untuk membangun persatuan.

Ketiga, memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang memiliki semangat untuk membangun kebersamaan antarumat beragama. Para aktivis, relawan, pegiat sosial media, artis, pejabat, pelajar, professional, pemuka agama, bahkan siapa saja yang berperan aktif untuk menyebarkan pesan damai, pesan kebersamaan, dan pesan persatuan harus diapresiasi langsung oleh menteri agama. Saya akan mengundang mereka untuk bisa menangkap semangat yang mereka miliki untuk kemudian disebarkan kepada semua pihak.

Dengan ketiga langkah tersebut, saya membayangkan bahwa keberadaan menteri agama menjadi garda terdepan untuk menangkal hoax terutama terkait isu yang sangat sensitif. Menteri Agama berperan besar untuk selalu mengedepankan penyebaran berita-berita positif.

Foto bersama Menteri Agama, Lukman Saifudin Hakim (sumber:@andrie_agan)
Foto bersama Menteri Agama, Lukman Saifudin Hakim (sumber:@andrie_agan)
Untuk melawan hoax, yang perlu dilakukan adalah memperbanyak berita baik. Dengan menyediakan informasi positif nan konstruktif, hoax yang destruktif tersebut menjadi tidak relevan. Ibarat air keruh di sebuah gelas, bila terus menerus dialiri air jernih, maka kekeruhannya akan hilang dengan sendirinya, dan kita bisa melihat kejernihan yang bertahan.

Perbedaan antar umat beragama adalah karunia. Jangankan antar umat beragama, internal sebuah agama saja masih banyak perbedaan. Oleh karenanya, Menteri Agama harus menjadi irisan persamaan dan persatuan dari semua agama. Nilai-nilai universal dari agama menjadi modal untuk memupuk kebersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun