Perjalanan saya ke Kuala Terengganu sebenarnya bukan dalam rangka melancong untuk menghabiskan masa liburan. Namun, tujuan utama adalah mengikuti sebuah konferensi tentang perkembangan riset pariwisata yang diadakan oleh Universiti Malaysia Terengganu (UMT) pada tanggal 19-22 Juli 2017. Setelah melihat rencana rangkaian acara, ternyata diselingi dengan kegiatan tur selama konferensi untuk mengunjungi lokasi-lokasi pariwisata di Kuala Terengganu. Perjalanan terasa sangat lengkap, sambil berbagi pengetahuan tentang pariwisata, sambil menikmati tempat-tempat pariwisata dan sajian khas Kuala Terengganu.
Mengunjungi Muzium Negeri Terengganu & Masjid Kristal (Crystal Mosque)
Tur pertama yang dilakukan setelah acara pembukaan konferensi adalah mengunjungi Muzium Negeri Terengganu. Rombongan kami dibawa ke sana dengan dua bus milik UMT, salah satunya adalah double-decker yang sangat cocok untuk pelancong, sehingga kami bisa melihat suasana sekeliling selama perjalanan. Abaikan dulu berbincang dengan sesama, nikmati perjalanan perdana ini.
Pulau Redang
Acara konferensi ini menjadi sangat menarik. We're having so much fun. Hari kedua menjadi hari yang full untuk jalan-jalan karena kami sejak pagi berangkat dari hotel menuju Merang Waterfront Jetty. Ini adalah pelabuhan kapal kecil (boat) untuk menyeberang ke Pulau Redang. Sekitar dua jam perjalanan menggunakan bus dari penginapan. Untuk kali ini, ambil waktu untuk tidur selama perjalanan karena perlu tenaga fit untuk tidak melewatkan semua keseruan di pulau seberang. Sebelum naik ke boat, tentu harus foto dulu!:)
Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam untuk bisa mencapai Chagar Hutang Pulau Redang. Ini adalah pusat riset penyu (marine turtle) milik UMT. Pusat riset yang dikelola bersih dan terawat ini bisa dijadikan wisata edukasi bagi pelancong, selain itu sering juga dibuka kesempatan untuk para volunteer yang berminat untuk bisa berperan serta menjaga kelestarian penyu laut. Kami pun diberi kesempatan untuk melihat langsung bagaimana telur penyu yang tertanam di pasir sudah menjadi bayi-bayi penyu yang siap untuk dilepaskan ke laut. Dan pesan utama yang disampaikan di sini adalah jangan membeli telur penyu untuk alasan apapun. Mari turut serta menjaga kelestarian penyu laut yang hampir punah. Â Bagaimana sudah merasakan pengalaman yang seru?
Selepas lelah bermain air, jam sudah menunjukkan waktunya makan siang. Kami pun berpindah lagi menuju Redang Pelangi Resort. Cukup sepuluh menit, kami sudah tiba di jetty dan langsung diarahkan ke restoran. Makan siang ala buffet sudah tersedia di resto, silakan ambil sendiri, dan jangan lupa untuk membuang sisa makanan dan letakkan peralatan makan yang sudah dipakai di tempat yang sudah ditentukan. Para wisatawan pun dididik untuk menjaga kebersihan bersama-sama. Sebuah pengalaman  yang menarik dan masih jarang ditemukan di restoran maupun kawasan pariwisata di negeri tercinta.
Menjelang sore kami sudah kembali ke jetty Merang dan seterusnya menuju penginapan. Namun, bukan berarti hari ini sudah berlalu begitu saja. Setiba di hotel, saya tidak langsung mengendap di hotel. Saya sempatkan untuk menjalani sekitar hotel yang kebetulan sangat  dekat dengan Pantai Batu Buruk. Masyarakat Terengganu sangat beruntung bisa memiliki pantai terbuka yang mudah diakses, sehingga waktu senggang di sore hari bisa dimanfaatkan bersama untuk bersenda gurau di pinggir pantai.Â
Hanya sebentar saya di pinggir pantai lalu balik ke hotel untuk mempersiapkan presentasi paper yang menjadi tujuan utama saya ikut acara ini. Rasa nervous dan waswas datang seketika karena membayangkan harus berhadapan dengan para pakar dan peneliti yang sudah lama berkecimpung dalam dunia riset.
Tur Dalam Kota dan Danau Kenyir
Ah, ternyata hari presentasi pun berlalu, ada perasaan tenang dan lega karena sudah menunaikan agenda utama di acara ini. Setelah closing ceremony, kami pun diingatkan untuk mengikuti city tour dengan persiapan hanya 10 menit. Cukup dengan berganti kemeja jadi kaos oblong, saya pun langsung berangkat menuju bus.Â
Tujuan pertama yang kami datangi adalah mini galeri Terradala di tengah kota yang dikelola oleh Ping Anchorage, salah satu sponsor acara konferensi ini. Kami disuguhi keunikan budaya Terengganu, kerajinan tangan, dan souvenir khas yang bisa dibeli. Dari sana, kami menuju  KT Walk,sebuah kawasan jalan yang ditutup dan dijadikan pasar malam. Pasar malam ini hanya ada setiap Jumat malam. Kami pun mencicipi makanan yang dijajakan di sana.
Keesokan harinya, agenda yang tak kalah menarik adalah mengunjungi Danau Kenyir. Danau ini adalah danau buatan sebagai water catchment untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air Sultan Mahmud. Namun kemudian menjelma menjadi kawasan alami dengan 340 pulau di dalamnya serta keindahan alam lain berupa sungai, hutan tropis, air terjun, goa, taman herbal dan hewan liar.Â
Kami berangkat mengarungi danau dari Pengkalan Gawi Jetty menuju Santuari Kelah (Kelah Sanctuary) Sungai Petang. Di sini kami di briefing tentang perjalanan si Santuari Kelah yang berupa track jalan kaki sejauh 1,8km dengan pemandangan hutan di sekitar dan melalui jembatan gantung.
Setelah dari Santuari Kelah, kami singgah ke taman herbal untuk melihat suasana taman dan merasakan ramuan herbal alami. Ada tiga jenis minuman herbal yang kami nikmati: tongkat ali, kacip fatimah, dan mahkota dewa. Untuk tongkat ali, sangat baik untuk stamina, namun jangan sampai overdosis ya. Sementara kacip fatimah lebih diutamakan untuk dikonsumsi oleh para wanita.
Dari sana, kami bergerak kembali ke jetty untuk seterusnya menikmati makan siang. Setiba di jetty, kami naik ke bus dan beranjak ke restoran yang berada di Pusat Penerangan Kenyir. Pemandangan danau yang indah tersaji dari atas restoran. Pengalaman yang sangat lengkap hari ini. Sebelum pulang, jangan lupa foto bersama. Ini adalah program melancong yang terakhir dari seluruh rangkaian acara conference. Terima kasih banyak panitia! Saatnya kembali ke penginapan.
China Town
Oiya, sebelum hari ini berlalu, di sore hari setelah tiba dari Danau Kenyir, saya dan teman menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sekitar Pasar Payang, pasar tradisional warga Kuala Terengganu. Dari sana kami melintasi jalan-jalan sekitar yang banyak dihiasi oleh street art hingga tiba di China Town. Ternyata sedang ada acara Pesta Kebudayaan Cina Malaysia ke-34 yang dihadiri Menteri Besar Terengganu.Â
Acara tersebut dimeriahkan dengan booth kuliner, pakaian, kerajinan tangan, dan terutama karnaval dari perwakilan warga Cina di Terengganu. Pengalaman yang sangat lengkap untuk menutup kunjungan ke Kuala Terengganu.
Ini adalah pengalaman pertama mengunjungi negeri jiran, karenanya saya banyak merasa terkagum melihat bagaimana saudara serumpun ini sangat fokus dalam mengembangkan pariwisatanya. Tak heran, data menunjukkan bahwa kunjungan pariwisata ke Malaysia sudah mencapai 25 juta wisatawan, sementara Indonesia masih berada kurang dari setengahnya, sekitar 12 juta wisatawan. Mau tidak mau, kita perlu belajar dari Malaysia, apalagi banyak kesamaan dalam alam maupun budaya. Namun, soal infrastruktur, Indonesia memang harus mengejar ketertinggalan. Ayo tunjukkan pesonamu Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H