Mohon tunggu...
Ni Komang Vena Kumala
Ni Komang Vena Kumala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ni Komang Vena Kumala

alamat : Tabanan, Penebel, Bali.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Umat Hindhu dalam Menghadapi Covid-19

24 Maret 2021   21:54 Diperbarui: 24 Maret 2021   22:12 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bali disebut sebagai pulau dewata atau pulau seribu pura. Pulau dewata menjadi  daya tarik wisata karena memiliki berbagai keindahan alam seperti destinasi sawah  berundak, pantai, danau, air terjun dan pegunungan. Bali juga dikenal karena beragam  keunikan yang dimilikinya, mulai dari budaya seni, tradisi, dan juga kekuatan magis  yang terdapat di dalamnya. 

Kebudayan dan tradisi Bali terus dilestarikan secara turun  temurun hingga saat ini. Mayoritas penduduk Bali menganut agama hindu, yang dimana  tujuan dari setiap agama hindu itu sendiri adalah mencapai jagadhita (kebahagian).  Mencapai Jagadhita bukanlah sesuatu hal yang mudah, salah satunya syaratnya adalah  sehat secara jasmani dan rohani, apalagi saat ini Bali bahkan dunia sedang dilanda  wabah penyakit yang membatasi setiap interaksi juga kegiatan manusia.  

Penyakit tersebut disebabkan oleh virus yang bernama corona atau COVID 19.  Corona merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan manusia. Batuk, lesu, flu,  sakit tenggorokan dan sesak nafas menjadi gelaja awal seseorang ketika terjangkit  corona virus. Tidak dapat dipungkiri munculnya virus corona mengakibatkan keresahan  di setiap golongan masyarakat hingga terjadinya berbagai perubahan pola kehidupan. Dengan adanya pembatasan masyarakat tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan  maksimal. 

Setiap kegiatan dilakuakn di rumah masing-masing. Mulai dari pekerjaan, proses  pembelajaran bahkan dalam melakukan persembahayangan. Seperti halnya  menggunakan protokol kesehatan, melakukan pembatasan sosial sekala besar  merupakan upaya secara sekala (duniawi) yang dilakukan oleh setiap golongan  masyarakat. Namun, selain itu umat hindu sendiri juga melakukan kegiatan secara  niskala, di masing-masing daerah bahkan secara serempak telah melakukan upaya-upaya untuk menetralisir wabah penyakit yang disebabkan oleh virus corona ini. Dimulai dari upacara yang sederhana sampai ke upacara yang besar, yang dilakukan  merajan masing-masing ataupun yang dilakukan di Pura.  

Selanjutnya, apakah yang dapat dilakukan untuk menindaklanjuti virus corona? Khususnya di Bali, masyarakat yang beragama hindu mengalami kesulitan untuk  mengikuti runtutan upacara persembahayangan di Pura, karena harus tetap menjaga  jarak dan tidak boleh berkerumunan (sosial distancing). Bahkan, di tempat yang  menjadi zona merah masyarakat tidak bisa sama sekali melakukan persembahayangan  di pura. Setiap masyarakat dianjurkan untuk melakukan setiap kegiatan hanya di rumah  saja. 

Selama kegiatan dirumah, tidak sedikit golongan masyarakat yang merasa  kesulitan bahkan tertekan. Hal itu disebabkan oleh perubahan yang sangat cepat  sehingga membuat masyarakat kesulitan dalam beradaptasi. Namun, segala rintang yang  telah dialami tidak menyurutkan semangat masyarakat untuk bertahan serta akan  bangkit kembali dari musibah yang telah menimpa. Menjaga kondisi tubuh sangatlah  penting untuk dilakukan pada masa saat ini. Salah satu jalan sederhana yang dilakukan  masyarakat adalah dengan melakukan yoga, asanas maupun meditasi (memusatkan  pikiran terhadap hal-hal yang positif). 

Selain itu, banyak upacara yang telah dilaksanakan untuk menetralisir pandemi  COVID 19, seperti menghaturkan segehan wong-wongan. Dalam agama hindu segehan  termasuk tingkatan kecil atau sederhana yang dihanturkan kepada butha kala (mahkluk  alam lain). Segehan berarti suguh (menyuguhkan) dalam artian lain dapat dikatakan bentuk dari penerapan palemahan yaitu hubungan harmoni antara manusia dengan  makhluk ciptaan tuhan lainnya. Segehan wong-wongan merupakan segehan yang  berbentuk seperti manusia, yang dimana wong berarti manusia. Segehan wong-wongan  terbuat dari nasi kemudian diberi lima macam warna (merah, hitam, kuning, putih dan  berumbun).  

Mengapa segehan wong-wongan? Apakah makna di dalamnya? Persembahan sesajen berupa segehan wong-wongan dipercaya memiliki  kekuatan magis. Magis itu sendiri adalah hal-hal yang bersifat gaib. Umat hindu di Bali  meyakini adanya dua unsur dalam bumi yang berbeda yaitu sekala dan niskala. Sekala  berarti berkaitan dengan keduniawian, penyakit yang berhubungan niskala dapat  disembuhkan oleh manusia seperti dokter, Sedangkan niskala berarti alam gaib, yaitu  penyebab penyakit yang tidak dapat terlihat atau tidak tampak, biasanya ketika  mengalami sakit secara niskala selain berobat ke balian, juga melalui berdoa dengan  sarana sajen yaitu segehan wong-wongan.  

Selain itu, masyarakat hindu di Bali juga menghaturkan pejati di sanggah  kemulan. Dilihat dari asal katanya, sanggah kemulan berasal dari dua kata yaitu sanggah  yang berarti tempat pemujaan dan kemulan (mula) yang berarti akar atau asal. Jadi,  sanggah kemulan adalah tempat pemujaan asal atau sumber darimana manusia ada.  

Sedangkan pejati itu sendiri berasal dari kata jati yang bermakna sungguh-sungguh.  Pejati dijadikan sebagai salah satu sarana persembahan umat hindu. Pejati yang  dihaturkan tersebut berisi benang tri datu ( merah, putih dan hitam) serta berisi tepung  tawar. Benang tri datu tersebut menyimbolkan permohonan perlidungan terhadap tiga penguasa dunia yakni, Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Setelah  dihaturkannya benang tri datu lalu benang tersebut dipakai oleh seluruh bagian  keluarga. Sedangkan, tepuk tawar memiliki makna supaya seluruh virus corana cepat  dinetralkan atau hilang di muka bumi. 

Berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini, seluruh dunia dikejutkan dengan  adanya pandemi covid 19. Kehidupan masyarakat terdiri dari tiga aspek yaitu fisik,  mental, dan spiritual. Dalam pandemic Covid 19, menjaga kesehatan fisik sangatlah  diperlukan, banyak perubahan pola kebersihan yang telah diterapkan oleh masyarakat.  Seperti , mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, selalu menggunakan masker  ketika berpergian, melakukan pengecekan suhu tubuh, serta melakukan sosial  distancing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun